Empat bulan kemudian ...
Ini adalah jadwal terakhir kontrol kehamilan Jieun tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk Jieun melahirkan putra pertama mereka bersama Min Yoongi.
"Kita main ke rumah eoma yuk, Sayang. Aku kangen sama eoma," ujar Jieun yang merindukan sang eoma.
Yoongi mengangguk ke arah Jieun yang disambut dengan sebuah senyuman manis istri cantiknya, Min Jieun.
Selama perjalanan hanya diisi dengan suara Yoongi yang terus menyanyikan setiap lagu yang di putar di radio. Jieun tidak tahu sebesar apa memori yang Yoongi punya sampai ia bisa hapal setiap lagu ia hapal. Secara itu lagu ciptaannya. Pantas saja jika dia hapal semuanya tapi bagaimana caranya. Jieun mengakui otak jenius suami tampannya ini.
Satu jam lebih mereka baru sampai di rumah orang tua Jieun yang berada di Seoul, sedangkan orang tua Yoongi berada di Daegu.
Awalnya Jieun meminta Yoongi mengantarnya ke Daegu tetapi, berhubung kandungan Jieun sudah mendekati hari kelahirannya jadi, Min Yoongi menolaknya bukan karena ia tidak peduli Yoongi hanya takut terjadi sesuatu di jalan. Maka ia memutuskan untuk pergi ke rumah orang tua Jieun yang jaraknya tidak terlalu jauh.
Jieun melihat Yoongi dan sang Appa sedang asyik berbincang di ruang keluarga sambil bermain kartu. Mungkin pemandangan akan terlihat lengkap jika putra Jieun dan Yoongi sudah lahir dan ikut bergabung dan duduk di samping mereka. Jieun tersenyum saat membayangkannya sambil mengusap perutnya yang sudah terlihat membesar.
"Kamu sudah periksa ke dokter, Sayang?" kapan kamu akan melahirkan?", tanya eoma sambil mengelus rambut panjang Jieun penuh sayang.
"Sudah, eoma. Perhitungan dokter satu atau dua minggu lagi untuk aegi menemukan jalan keluar. Aku tidak sabar untuk melihat aegi lahir," jawab Jieun menyandarkan kepala ke bahu sang eoma.Jieun dan eoma masih melanjutkan obrolan sambil tertawa kecil membicarakan aegi lahir. Jieun menoleh ketika Yoongi menatapnya penuh cinta.
"Apa?" tanya Jieun menggerakkan bibir tanpa bersuara. Min Yoongi hanya tertawa melihat istrinya dengan perut buncit. Yoongi mendekat ketika ia melihat Jieun memberi isyarat untuk ia memeluk dan menciumnya.
Jieun merasakan genggaman tangan Yoongi begitu dingin di telapak tangannya. Keringat dingin mengucur dari dahi Jieun hingga ke sekujur tubuh dan perutnya terasa sakit. Muncul dan hilang seperti orang ingin buang air besar, berhubung ini pengalaman pertama Jieun ia tidak tahu jika ia sedang mengalami kontraksi.
Belum lagi ia merasakan nyeri di tulang belakang. Rasanya ia sangat lelah padahal ia tidak melakukan pekerjaan berat apapun di rumah dan Min Yoongi tidak akan pernah mengizinkannya untuk melakukan pekerjaan berat apapun, suaminya itu selalu memanjakannya. Jieun masih memperhatikan Yoongi yang masih berbicara kepadanya sampai akhirnya Yoongi menatapnya dengan pandangan meneliti.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Yoongi sambil menatap Jieun cemas.
Jieun hanya terdiam ia meringis menahan sakit di tulang belakangnya. Keringat dingin kembali mengucur.
Tatapan eoma dan appa pun kini beralih pada Jieun mendengar pertanyaan rasa cemas dari Yoongi secara tiba-tiba teralih kepadanya.
"Ya, ampun, Sayang. Wajah kamu pucat sekali kaki kamu berdarah. Bukan, bukan kaki kamu...," ujar Yoongi panik saat darah mengalir di sela-sela paha ke betis hingga ke bawah mata kaki Jieun.
"Yoon, itu Jieun akan melahirkan ia kontraksi dan itu pendarahan!" Seru sang eoma saat menyadari akan hal itu.Min Yoongi pun dengan sigap membopong tubuh Jieun dengan meminta pertolongan kepada sang Appa untuk membukakan pintu mobil.
Yoongi mendudukkan Jieun di bangku penumpang di bantu sang eoma memeluk Jieun dan mengusap keringat di dahi Jieun. "Ya, Tuhan. Baju kamu basah semua, Sayang karena keringat dingin," ucap Sang eoma sambil terus memeluk tubuh sang putri tersayang.
"E-eoma, s-sakit ...," ucap Jieun lirih.
"Iya, Sayang. Iya, sebentar lagi kamu sampai rumah sakit." Eoma mencoba menenangkan Jieun. Mengusap pinggang belakang hingga ke tulang belakang. Mengusapnya lembut sesekali mengusap perut Jieun.
Min Yoongi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sesekali ia melirik ke arah Jieun yang tengah kesakitan. Di samping kemudi Sang Appa tidak kalah khawatirnya melihat keadaan putrinya kesakitan seperti itu.
"S-sayang, s-sakit," lirih Jieun wajahnya sudah pucat sekali dengan bibir sudah mulai memutih dan keringat dingin masih mengucur. Keadaan Jieun sangat mengkhawatirkan. Min Yoongi menerobos rambu lalu lintas saat lampu merah. Ia tidak peduli yang ada di dalam pikirannya ia segera sampai di rumah sakit. Masalah sanksi untuk pelanggarannya biar nanti saja yang terpenting saat ini istrinya. Pikirnya.
Dengan kecepatan tinggi Yoongi melajukan mobilnya hingga mereka sampai di rumah sakit. Entah sudah berapa banyak klakson tertuju kepadanya. Ia tidak peduli. Sesampainya di rumah sakit Yoongi menghentikan mobilnya. Ia segera turun dari dalam mobil dan menggendong Jieun masuk ke dalam rumah sakit di ikuti eoma dan appa mertua. Setelah Yoongi menyerahkan kunci mobil ke petugas meminta untuk ia memindahkan mobil ke area parkiran. Beberapa perawat dan dokter segera membawa Jieun ke ruang persalinan.
Yoongi menatap Jieun sedih dan cemas. Dengan enggan ia melepaskan tangan Jieun tanpa sadar Yoongi meneteskan air mata. Ia takut kehilangan Jieun dan aegi-nya.
"Sayang...," panggil Jieun lemas dan Yoongi menoleh ke arahnya. Jieun mencoba tersenyum menenangkan suaminya.
"Tunggu aku. Ya," ujarnya sambil tersenyum berusaha menguatkan Yoongi.
Yoongi tersenyum dan mengangguk. Yoongi mengecup kening Jieun cukup lama dan Jieun memejamkan mata tak terlihat bulir bening menetes dari sudut matanya. Sebelum akhirnya sosok Jieun menghilang di balik pintu ruang gawat darurat persalinan.
*****
"Tarik napas ... dorong ... Tarik napas ... Dorong."
Jieun terus mengikuti instruksi sang dokter selama hampir satu jam lebih membuat Jieun merasa seperti sudah tidak kuat. Benar-benar sangat sakit dan nyeri di sekujur tubuh dengan seluruh tubuh berkeringat di tambah kondisinya yang kekurangan darah.
"Sakit, Dok. Saya tidak kuat lagi," ujar Jieun sedih dan lemah tak berdaya. Tenaganya terasa sudah terkuras habis. Ia merasa bibirnya terasa dingin, bukan hanya bibirnya tapi sekujur tubuh.
Jieun merasakan malaikat kematian sedang menunggunya di sudut ruangan untuk mengambil nyawanya. Namun, sepertinya ia sedikit memberikan kesempatan untuk Jieun berjuang melahirkan putra pertamanya dan mencoba bertahan demi orang yang sangat ia cintai suaminya, Min Yoongi. Kedua orang tuanya, adik laki-lakinya dan juga kedua mertuanya yang menyayangi dan mencintainya setulus hati.
"Nyonya, bertahan sebentar lagi ... Nyonya harus berjuang ... Aegi sebentar lagi keluar. Tinggal sedikit lagi ...," ujar Sang dokter dan perawat memberikan semangat pada Jieun untuk tetap bertahan.
"Tetap bertahan jangan menyerah," ujar Sang dokter lagi.
Dengan satu tarikan nafas panjang dan dorongan sekuat tenaga penghabisan yang Jieun punya sesuai instruksi sang dokter. Akhirnya suara yang sudah ia tunggu selama sembilan bulan lamanya menggema nyaring di ruangan.
Jieun tersenyum ketika putranya yang masih berlumuran darah berada dalam gendongan perawat dan baru ia ingin melihat wajahnya ketika tubuhnya terasa dingin seperti tidur di atas balok es begitu dingin, lemas dan pandangannya buram hingga akhirnya kegelapan menelannya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING IN THE STARS (END)
RandomWEDDING IN THE STARS PERJALANAN AKAN PERJUANGAN KISAH CINTA MIN YOONGI SEORANG PRODUSER MUSIK JENIUS DAN HAN JIEUN SEORANG ARTIS TERKENAL DI TENGAH PERSAINGAN DUNIA ENTERTAINMENT