Jam tujuh malam Andre baru terbangun dari tidur lelapnya, efek obat yang ia minum tadi cukup membuat dirinya istirahat, perutnya kerongan ia pun keluar sudah tak mendapati asisten disana.
"Aku ketiduran." gumamnya membersihkan diri terlebih dulu sebelum keluar kamar.
Para pelayan memberi salam melihat kedatangan majikan berjalan menuju meja makan yang sudah tersaji semua makanan kesukaannya.
"Bik." panggil Andre celingukan mencari sesuatu.
"Iya tuan." datang menghampiri.
"Dimana Morgan."
"Baru saja pergi tuan. Katanya ada urusan penting di luar." jawab bik Ina sopan.
"Oh!" mengangkat tangan kanannya ke atas pertanda bik Ina diperbolehkan pergi.
Andre menatap hampa pada hidangan terlihat lezat, menggiurkan di ludah, ingin rasanya ia melahap nya tapi nafsu makan mendadak hilang seketika.
Bik?
"Eh... Tuan." terkejut saat sang majikan berdiri di belakang bik Ina yang berada sibuk mencuci peralatan masak.
"Aden maksudnya." bik Ina membenarkan.
Dari dulu Bik Ina memang sudah bekerja sedari muda saat Andre kecil seumuran almarhum kedua orang tuanya, sehingga ia di anggap ibu kedua sebelum atau setelah mamanya meninggal.
"Ada apa Den."
Dari raut wajah majikannya yang lesu bik Ina pun bertanya.
"Emm... bibik bisa buatkan aku sesuatu." ucap nya ragu ragu.
"Buatkan apa den." tanya bibik antusias.
"Seblak. Aku ingin sekali makan itu."
"Aden udah mirip orang ngidam." goda Bik Ina. "Den Andre tunggu sebentar disana." menunjuk ke arah meja makan utama.
"Aku tunggu disini aja bik. Oh iya yang pedes ya, buatin aku dua porsi, tidak berkuah sama berkuah." pesan Andre menarik kursi dapur.
Diam sejenak. "Siap Den." mengacungkan dua jempol sekaligus.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya makanan pesanan pun siap tersaji sebelum itu ia mengirim sebuah pesan singkat ke seseorang.
---
Sedangkan di sisi lain
"Cieeee... yang lagi kangen bojo." goda nya selaku sahabat sekaligus bosnya.
"Udah kayak J43langkung aja lo, dateng dateng ngagetin orang, kalo tiba tiba gue kena serangan jantung dadakan gimana, siapa yang mau tanggung jawab." menatap horor asisten tengil mengambil snack dari genggaman tangan nya.
"Eh... itu punya gue." hendak merebut kembali dari bosnya.
"Nih, gak jadi." ujarnya memakan semua isi dari bungkusan snack kesukaannya.
"Ah, elah Dav. Beli sendiri napa, kehabisan duit lo." gerutu Genta tak lain ialah asisten nya.
Pletak
"DAVID." teriak Genta kemudian.
"Sadar woy, gue atasanmu, lo makan tiap hari karna gue yang gaji." ujar David memperingatkan.
"Yee... gue kerja kali bro! bukan makan gaji buta." sergah Genta tak terima.
"Haha. Lagi PMS lo, sewot amat, gue cuma bercanda kali." merangkul bahu Genta erat.
"Ih, gue najis sama tatapan lo." dorongnya hingga terpental dari semula duduk jadi berguling kecil mencari tempat baru.
"Sa... aaaaaa bintang jatuh." teriak girang David tanpa berpikir panjang langsung memejamkan mata cukup lama.
Genta tersentak kaget menutupi telinganya yang terasa pening, menatap sahabatnya heran dengan tingkahnya, ia pun mendongak ke atas arah langit melihat dua benda bercahaya saling bertubrukan satu sama lain ia juga senang tapi tidak sampai bersikap berlebihan.
"Takhayul lo, percaya sama benda begituan. Seharusnya." ucap Genta berniat menasehati.
"Iya, iya gue tau. Mentang mentang anak pak ustad, nasehatin gue seenak jidat lo." dengus David kesal.
"Lo."
Shutttt
David memberi kode dari jarak dua meter dengan Genta untuk diam. Ketika ponselnya bergetar.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
IPAR KEMATIAN (END)
RandomPernikahan adalah sebuah momen terindah yang di idamkan semua pasangan, tapi tidak untuk Diana. Di malam pertamanya kakak iparnya sendiri dengan sengaja menjebak dalam hubungan terlarang, merebut hak yang seharusnya di berikan bersama sang suami ia...