3. Lucid dream

8 3 0
                                    

Sebuah asap muncul tepat ketika Altair dan Libra perlahan terlihat wujudnya. Beberapa detik kemudian asap tersebut hilang tanpa jejak. Libra memelotot terkejut apa yang sudah terjadi barusan.

Dirinya benar-benar teleportasi? hanya beberapa detik saja? Sungguh gila. Tempat apa ini?

Penuh sekali pertanyaan rumit di kepalanya, Libra berusaha mencerna apa yang terjadi. Perempuan itu melihat sekeliling, suasananya benar-benar menyejukkan dan sangat indah. Ya, ia berada di rumah Altair saat ini, namun ini lebih ke rumah pohon sepertinya? Dan, ketika Libra melongok ke bawah, sialan ini tinggi sekali.

"Bagaimana? Ini indah bukan?" Tanya Altair pada Libra yang masih sibuk menganggumi pemandangan sekitar.

Bagaimana tidak kagum, tidak jauh dari rumah pohon ini ia dapat melihat hamparan pantai dan laut yang luas, langit bewarna orange hampir keungu-unguan,serta pohon kelapa yang berjejer dengan rapi.

Libra memegang kayu pembatas menghadap kearah laut, merasakan semilir angin yang tak henti hentinya menerpa wajahnya.

"Alta, ini beneran rumah kamu?" Tanya Libra masih tetap berdiri di situ.

Altair sedikit meninggikan dirinya, "Ya tentu saja, ini yang kamu lihat,"

Libra membalikan tubuhnya, kembali berdiri di hadapan Altair, "Alta, ngga bakal nyangka sekeren ini kalau di lihat dari atas,"

"Ada yang lebih keren dari ini, Libra." ujar Altair.

"Apa itu? Mau lihat dong." Libra memperlihatkan rasa penasarannya.

"Rumahku yang sebenarnya, itu lebih indah 5x lipat dari ini, tapi sayangnya saat ini sudah tidak ada." Ucapan Altair membuat hati Libra sedikit sedih.

"Kenapa emangnya?" Tanya Libra penasaran.

Altair mendekat, dan tiba-tiba berbisik, "Itu Rahasia,"

Lalu, Altair langsung meletakkan jempolnya pada sebuah kotak hitam kecil di pintu, terdengar suara seperti lonceng, dan pintu bewarna coklat itupun terbuka dengan otomatis.

Altair melangkahkan satu kakinya, kemudian menengok kebelakang yang ternyata Libra masih terdiam di tempat, "Ada apa? Ayo masuk,"

Libra terkesiap dan akhirnya mengikuti Altair masuk ke dalam rumah pohon itu.

Sebenarnya dari tadi, Libra sedang berpikir rumah pohon macam apa ini? Mengapa ada pintu fingerprint? Mengagumkan sekali.

*****

Libra masuk ke dalam rumah pohon bersama dengan Altair, matanya benar-benar melotot dan mulutnya sedikit terbuka. Ia benar-benar tidak percaya apa yang sedang dilihat nya saat ini.

Apa ini? Mengapa semuanya begitu canggih? Barang-barang yang belum pernah ia lihat sekalipun. Layar hologram di mana-mana, robot yang sedang membersihkan debu, dan sebuah komputer berukuran raksasa, masih banyak lagi sebenarnya hal hal yang membuat Libra tercengang, sampai tidak bisa di utarakan dengan kata-kata.

"Astaga!" Libra terkejut dengan sebuah sentuhan di bahunya. Ia menoleh, ternyata sebuah robot humanoid dengan dandanan yang sangat nyentrik.

Altair tertawa karena tingkah Libra yang lucu. "Namanya Lili, dia salah satu robot humanoid ciptaanku, karena sedikit ada kesalahan sistem, dia memiliki gaya yang sedikit agak nyentrik, walau begitu, Lili adalah robot humanoid ciptaanku yang pertama kali, dan siapa sangka dia sangat cerdas,"

"Pertama kali saat aku menciptakan Lili, aku berumur 14 tahun, aku di latih dari kecil oleh seorang professor yang sangat berjasa bagi hidupku, tapi sayangnya beliau sudah meninggal 3 tahun lalu." Libra mulai menyimak cerita dari Altair.

"Kamu udah buat robot dari umur 14 tahun? Gila!" Libra sangat terkejut dengan cerita Altair tentang membuat robot di umur 14 tahun, mana ada anak smp yang bisa membuat robot secanggih itu?

"Ya, kamu terkejut? Tidak usah begitu terkejut, aku memang keren kok,"

Begitu mendengar jawaban Altair, rasanya Libra ingin melempar sebuah buku ensiklopedia yang tebalnya 900 halaman tepat ke wajah Altair.

"Ternyata kamu agak ngeselin juga ya," Ucap Libra lirih, yang nyatanya didengar oleh Altair.

Laki-laki transparan itu hanya terkekeh, "Kamu mau tau alasan mengapa aku membawa mu kesini?"

"Kenapa emang?"

Altair berjalan menuju komputer raksasanya itu dan mulai mengetik sesuatu. Libra yang masih berdiri hanya melihat Altair yang sedang berkutat dengan komputer hologram itu.

"Lucid dream"

Dua kata itu tertulis di layar komputer, karena ukuran komputer hologram nya yang raksasa, Libra dapat melihat apa tulisan tersebut.

Maksudnya apa?

Altair yang semula menghadap komputer, ia berbalik dan menatap Libra yang masih berdiri terdiam di tempat.

"Libra, kamu saat ini sedang mengalami Lucid dream. Kamu memasuki dunia mimpi yang benar-benar berbeda dari duniamu, kamu bisa melakukan apa saja di dunia mimpi ini, dan peranku di sini adalah sebagai 'pendamping' mu agar kamu tidak 'tersesat' karena sebenarnya jika kamu hilang kendali, kamu tidak akan bisa kembali Libra." Altair mulai menjelaskan secara detail tentang hal-hal rumit di sini.

Tepat saat itu, dengan sekejap Libra sadar ia berada di dunia mimpi, ia benar-benar terkejut dengan apa yang terjadi pada dirinya, ia tidak menyangka bahwa dirinya akan mengalami 'lucid dream'.

"Jadi aku beneran lucid dream Al?"

"Ya, kamu bebas melakukan apa saja disini, tetapi kamu tidak boleh melewati batas, karena di setiap tempat pasti ada aturan." Tekan Altair mengingatkan Libra yang sudah terlanjur kegirangan.

Libra mengangguk-angguk, "Oke, terimakasih penjelasannya,"

Setelah mengatakan itu Libra langsung melengos keluar dari rumah pohon dan melihat sekali lagi pemandangan laut yang sangat indah.

Sementara Altair, ia hanya terkekeh melihat Libra yang tampak girang. Kemudian ia membalikan badannya dan membuka salah satu laci. Terdapat sebuah kertas dengan tulisan tangan menggunakan tinta. Altair mengambilnya, kemudian ia menarik sudut bibirnya.

"Nak, saya mohon kepadamu tolong jaga anak saya ya, pastikan dia bahagia dan tidak akan pernah meneteskan air matanya,"

"Pasti prof, saya akan menjaga anak itu sesuai kemampuan saya. Terimakasih prof, saya tidak akan melupakan janji saya pada saat itu,"











To be continued.

SILHOUETTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang