3

9 0 0
                                    

Krystal berjalan santai menyusur koridor area gudang belakang. Setelah semuanya tuntas, dia dan Leon sepakat untuk segera kembali berhubung jam istirahat telah usai. Begitu juga dengan masalah mereka tempo hari. Selesai dengan mudah hanya dengan satu rayuan yang Krystal buat. Rayuan yang tidak akan pernah Leon tolak.

Krystal berbelok dan dia dikejutkan dengan keberadaan Safira yang bersandar tepat di dinding.

"Anak emas habis dari mana?"

Krystal menetralisir keterkejutannya, berganti memasang wajah angkuhnya. "Bukan urusan lo."

"Ya emang bukan urusan gue. Cuma bertanya-tanya aja. Atau jangan-jangan lo mau bolos,  ya?"

"Lo aja kalik, gue gak." Safira manggut-manggut santai sembari terus mengunyah permen karet di mulutnya.

Krystal memandangi Safira dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dia dapat melihat jejak kemerahan yang kentara karena dua kancing seragamnya dibiarkan terbuka. Dia lantas bersedekap dada. "Lagian tempat ini gak cocok buat gue. Tapi cocok buat cewek ga bener kaya lo."

Bukannya tersinggung, Safira justru terkekeh. Dia membuang permen karet di mulutnya. Kemudian dia balas bersedekap. "Sekalipun gue gak bener juga udah kelihatan. Jadi orang-orang gak akan kaget, daripada tampangnya bener tapi di belakang ternyata ahli. Lo tahu, kan, banyak cewek masang wajah innocent-nya di depan orang-orang buat nutupin keburukan dia?"

Mendengar kalimat panjang Safira, Krystal tersenyum mengejek.

"Cowok lo ada berapa sebenarnya. Gue jadi penasaran. Pasti banyak, ya, sama kaya nyokap lo dulu," Krystal tersenyum mengejek.

Kuping Safira terasa panas mendengarnya. Dia segera mendorong tubuh Krystal cukup keras. "Jaga mulut lo sialan! Yang bikin keluarga kecil gue hancur, tuh, siapa gue tanya? Nyokap lo godain bokap gue!"

Katakanlah Safira memang lemah jika itu sudah menyangkut ibunya. Safira tidak terima dan tidak akan tinggal diam jika ada orang yang menghina ibunya.

Krystal sama sekali tidak terpengaruh meskipun Safira mendorongnya. "Saf, masa lo belum paham juga, sih? Papa, tuh, terpaksa nikah sama nyokap lo. Dia tahu mana yang harus dia perjuangin antara cinta pertamanya atau istri yang punya banyak laki-laki di belakang suaminya." Krystal terenyum licik. "Dan lo sepertinya menurunkan sifat murahan nyokap lo."

"Terus lo bangga karena jadi anak haramnya bokap gue?" Kini Safira menyunggingkan senyum.

Safira kesal karena Krystal begitu membanggakan dirinya seolah dia begitu sempurna dan menampik kenyataan bahwa dia hanyalah anak di luar perkawinan yang tidak sah dari ayahnya. Keberadaan Krystal yang membuatnya jauh nyaris sejauh-jauhnya. Terlebih saat fakta bahwa Krystal lebih unggul dibanding dirinya di bidang akademik. Juga karena Krystal begitu penurut di hadapan ayahnya. Dengan itu ayahnya begitu mengagungkan Krystal. Sementara bakat seninya selalu dianggap tidak berguna.

"Berani banget lo ngatain gue anak haram." Kini Krystal sudah menjambak rambut Safira yang tergerai. Dia mulai marah, tidak terima dengan penghinaan yang Safira berikan. Meskipun itu fakta.

Safira seolah tidak merasakan pedihnya jambakan Krystal. Dia justru semakin tersenyum. "Kenapa, kesinggung?"

Krystal melepaskan jambakannya. Wajahnya benar-benar terlihat kesal dengan kedua tangan yang mengepal. Jangan lupakan kedua matanya yang memerah menahan sesuatu. "Gue aduin lo ke bokap!" ujarnya sembari pergi dengan menghentakkan kakinya. Safira yang melihat itu hanya tersenyum sengit sambil memegangi rambutnya yang beberapa helainya rontok akibat jambakan Krystal.

"Ngadu aja, lo emang bisanya cuma ngadu sama fitnah gue di depan bokap. Cewek sialan!" Safira akhirnya meringis merasakan perih di kepalanya. Dia menatap helaian rambut di tangannya. Kemudian dia melemparkan sembarang dengan kesal.

SapphireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang