6

7 0 0
                                    

"Lo pada tahu, gak?"

Kalimat itulah yang membuat keempat cowok itu akhirnya merapatkan lingkaran mereka. Leon, Morgan, Kevin dan Arga duduk merapat melingkari meja dengan sajian menu masing-masing.

"Tadi pagi Leon nyabulin anak kelas 11-5."

"Bangsat!"

Sebuah sumpit melayang mengenai kepala si pembuka percakapan, Arga. Leon melempari cowok itu dengan sumpit yang dia gunakan untuk makan mi ayam. Cowok berkulit putih itu sukses dibuat emosi oleh Arga. Umpatan itu pun berhasil membuat orang-orang di sekitar mereka melirik.

Di depannya Arga nyengir kuda. Lain dengan Morgan dan Kevin yang justru makin merapatkan posisinya. Kedua cowok itu kepo. Apa yang mereka lewatkan sehingga ketinggalan berita hot ini.

"Siapa, Sat?"

"Jadi lo udah putus dari batu Krystal?" bisik Kevin pelan. Dia tidak mungkin menyebut nama itu dengan nada normal. Bisa-bisa dia dicut off sebagai sahabat Leon.

"Punya mulut jangan licin-licin banget kenapa, sih?" balas Leon. Cowok itu kembali mengambil sumpit baru dari dalam wadah.

"Ga, buruan kasih tahu!" desak Morgan.

"Itu si cewek yang kemarin Leon ajak pulang."Morgan berpikir sejenak.

"Maksud lo? Safira Inema itu?" tanya Kevin tak habis pikir. Cowok itu terlihat syok.

"Safira Inema, bukan, Bego!"

"Serius Leon cabulin tu cewek?" tanya Morgan penasaran. Sejujurnya tak habis pikir, tidak mungkin Leon bertindak sebodoh itu, kan? Apalagi Leon ini kelewatan bucin dengan Krystal.

"Gak ya! Itu cuma salah paham, gue jalan di belakang dia buat ke perpus terus dia tiba-tiba benerin sepatu gak pake jongkok. Ya otomatis bokongnya keseruduk, dong! Berhubung gue baik, ya gue jagain pinggangnya biar dia gak jatoh. Eh, si kampret dateng langsung fitnah!" Leon menatap Arga geram.

Morgan dan Kevin terbahak mendengarnya. Sedangkan Leon mendengus sebal. Maka disitulah senyum Arga mengembang, ada kepuasan tersendiri baginya.

"Sialan!"

Keempat cowok itu menoleh, begitupun pengunjung kantin lainnya saat mendengar umpatan dari seorang gadis. Di depan pintu kantin terlihat, Safira yang tengah menatap sengit ke arah Krystal dan kedua temannya. Baju seragam cewek itu basah sekaligus berubah warna. Dapat dilihat mangkok bakso yang dipegang oleh Krystal itu benar-benar kosong, semua isinya tumpah berceceran di lantai.

"Lo sengaja?!" balas Safira sengit.

Tepat di depan Safira, Krystal tertunduk. "Gue gak sengaja." Cewek itu mulai mengeluarkan air matanya dengan tangan gemetar.

"Gue bisa bedain mana yang sengaja sama yang gak sengaja, gue gak bego!"

"Tapi gue beneran gak sengaja, Saf."

Tangis Krystal pecah, Safira jadi heran sendiri kenapa cewek itu tiba-tiba menangis. Di sebelahnya ada Tiara yang mencoba menenangkan sahabatnya.

"Lo gak usah ngegas gitu, dong. Krystal udah bilang kalau dia gak sengaja, kenapa lo malah nyolot, sih?" ujar Tiara.

"Iya, nih, mulut lo kenapa jahat," bela Sita.

Safira bergeleng tak habis pikir. Jelas saja dia nyolot, Krystal saja sengaja menumpahkan semangkok bakso panas ke tubuhnya. Kulitnya terasa terbakar, seragamnya juga kotor. Padahal sebentar lagi ada kelas seni setelah jam istirahat dan Safira tidak boleh melewatkan itu.

"Punya masalah sama gue? Ngomong, jangan cuma beraninya nyerang diem-diem."

Sita mencegah ketika Safira mendekat hendak menubruk Krystal. Karena gagal mendorong Krystal, Safira balas mendorong Sita hingga cewek itu mundur dengan punggung yang menubruk pilar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SapphireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang