5

7 0 0
                                    

"Sialan Leon!" Di belakang mereka orang itu kembali bersuara.

Safira meruntuki kebodohan yang Leon buat. Bisa-bisanya cowok itu menubruk bokongnya. Apa cowok itu tidak melihat dia tengah membetulkan tali sepatunya yang terlepas!

"Heh lepas, Bego!" ujar Safira sambil menyikut perut cowok itu ketika dia sudah berdiri.

Oh astaga Leon ngefreeze sebentar. Dia segera melepaskan tangannya dari kedua pinggang Safira.

"Oh sorry, Saf."

Mendekatlah Arga ke dua bocah itu. Di sebelah Leon, wajah Safira bersemu merah karena malu bercampur kesal.

"Wah gila kalian gak senonoh banget."

"Bacot, gue gak sengaja. Safira kalau gak gue pegangin juga udah pasti nyungsep."

"Lo jalan pake mata lah!"

"Pegangin mah pegangin aja gak usah nyari kesempatan!"

Safira segera pergi dari sana. Dia terlanjur malu. Yang awalnya sangat mengantuk kini mendadak seperti singa.

"Eh, mau kemana lo?!" Arga menarik lengan Leon saat bocah itu akan pergi.

"Gak usah pegang-pegang, jijik gua."

"Dih!"

Arga membiarkan Leon pergi. Dia tidak tahu bocah itu akan kemana. Tapi mungkin karena bersama Safira yang hobi telat, agaknya Arga paham.

Safira meregangkan kedua tangannya. Dia memandangi tumpukan buku yang berhambur sembarang di sebuah ruang kecil yang masih di dalam perpustakaan, ya semacam gudang penyimpanan perpustakaan. Di sana dia tidak sendirian ada dua orang petugas perpustakaan yang tengah mengemas buku usang yang telah disortir ke dalam kardus berukuran besar.

Gadis itu mengambil satu dus besar untuk dia gunakan.

"Pakai masker sama sarung tangan dulu!" ujar salah seorang petugas.

Safira menurut dan berjalan untuk mengambil masker dan juga sarung tangan yang tersedia di meja penjaga.

"Nih."

Tiba-tiba Leon datang dan menyodorkan dua benda itu. Safira menerimanya tanpa mengucap terimakasih. Cewek itu kembali beranjak, dia hanya mau hukumannya cepat selesai.

Sangat cuek, batin Leon.

"Saf, tunggu."

Safira melirik sebentar, bukan pada wajah tampan Leon melainkan pada pergelangan tangannya yang dicekal cowok itu. Setelah mendapat tatapan seperti itu, Leon segera menurunkan tangannya. Dia tersenyum kikuk.

"Soal semalam, gue bisa jelasin."

Safira menyipitkan pandangannya. "Jelasin apa, ya?" tanyanya tak paham.

Terlihat wajah Leon tersenyum kikuk setelah mendengar respon yang Safira berikan. Dia salah tingkah?

"Soal gue sama Krystal semalem."

Gadis di depannya manggut-manggut sambil ber-oh ria sembari memasang sarung tangannya. "Emang kenapa sama kalian berdua?"

"Seperti yang gue bilang waktu itu, gue gak ada pacar jadi gue gak mau lo salah paham soal gue sama Krystal semalam."

"Masa, sih? Tapi kalau gue lihat kalian kaya pasangan, kelihatan kok dari wajah kalian berdua."

Mampus! Leon menelan saliva dengan terburu. Sepertinya akan sulit meyakinkan Safira. Ah, padahal dia ingin mengenal Safira lebih dalam. Leon baru menyadari jika ternyata cewek itu menarik. Takdir malah seolah menunjukkan kebohongannya.

SapphireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang