DIE FOR YOU

32

Aku mendorong kakiku lebih dekat ke lantai dan mesin besar di bagian depan Rover menderu lagi saat aku memindahkannya mengitari van yang bergerak lambat di depanku dan melaju menuju mobil Becky. Semua cahaya keemasan dan relaksasi telah berlalu dengan baik dan benar-benar membuat saya terburu-buru untuk pulang, mandi dan berpakaian. Setelah empat kali ganti pakaian kecilku, aku mengenakan pakaian pertama yang kubeli, celana jins rancangan desainer cerdas yang menurut Lauren "sempurna sayang" dan atasan yang

Becky telah memilih ketika kami berada di Bath.

Kontribusiku pada pakaian itu adalah sepasang sepatu bot tempur yang diselipkan dengan baik di celana jinsnya dan jaket M65 yang tampak usang di bagian atasnya. Seorang desainer sialan yang menggunakan gaya M65 yaitu; bahkan aku punya standarnya, dan ketika aku melihatnya tersimpan di bagian belakang toko yang aku datangi dalam perjalanan ke sesi terapi, aku langsung tahu aku harus memilikinya.

Aku bahkan berhasil tertawa pada diriku sendiri ketika aku melihat ke cermin di lemari pakaianku di flat, dengan mengenakan jaket, aku tampak sedikit berantakan, seperti pasukan yang pantas mati dalam kencing; tapi saat aku melepas jaketnya, aku terlihat cukup pintar. Becky akan merasa cocok tetapi untuk beberapa alasan yang aneh, saya menantikan reaksinya terhadap kedua penampilan saya.

Anehnya, aku tidak pernah peduli tentang hal seperti itu sebelumnya; gadis ini melakukan hal-hal aneh padaku dan aku menyukainya.

Aku mengetuk pintu, dengan cemas memeriksa arlojiku. Delapan tiga puluh lima empat puluh enam detik; bahkan

kepahlawananku dalam menavigasi jalan-jalan kecil di London dengan kecepatan tinggi tidak menyelamatkanku, aku terlambat dan itu sangat menyebalkan. Aku benar-benar benci terlambat, ketepatan waktu adalah sesuatu yang ditanamkan oleh ibuku dan tentara kepadaku; terlambat sama dengan bersikap kasar dalam pandangan ibuku tentang dunia, dan terlepas dari semua pandangan liberalnya, kekasaran bukanlah sesuatu yang dia terima dari siapa pun.

Maaf aku terlambat," aku berhasil keluar ketika Becky akhirnya membuka pintu, pemeriksaan keamanan kami selesai. Dengan mengerutkan kening, dia menutup pintu lagi dan aku mendengar gemerincing rantai pengaman saat pintu itu terbuka dengan benar dan dia memberi isyarat padaku untuk masuk.

"Aku benar-benar sedih..."

Aku tidak melanjutkan permintaan maafku lebih jauh lagi karena otakku yang kebingungan akhirnya menyadari kemunculannya. Dia tampak sangat menakjubkan; bahkan lebih baik daripada yang dia alami di 'soiree' Rob dan dia tampak luar biasa saat itu. Gaun mini berwarna biru tua yang menempel sempurna di tubuh atletisnya, riasannya yang tepat, dan sepatu hak tinggi yang dikenakannya membuat kakinya terlihat panjang dan kuat dan... ya.

'Persetan ya' sebenarnya.

Pada dasarnya, sulit untuk tidak ngiler.

"Kamu tampak hebat," aku berhasil berkata, mencoba menarik otakku kembali ke posisi normalnya di tubuhku dan menjauh dari genangan air di dekat kakiku. Dia tersenyum melihat usahaku yang lemah dalam memberikan pujian dan menatapku dari atas ke bawah.

"Kamu lihat, sangat kamu," jawabnya pada akhirnya dan aku tersenyum masam padanya.

"Senang kamu berpikir begitu, aku harus mengeluarkan banyak uang untuk pakaian ini."

Dia kelihatannya tidak yakin, tapi ternyata memang begitu, jaket itu membuatku membayar lebih dari tiga ratus pound, tapi itu sepadan; jika hanya untuk perasaan nyaman yang diberikannya padaku.

“Sepertinya begitu,” jawabku hati-hati, tidak begitu ingat label di dalamnya; hanya mengingat itu adalah nama yang terkenal, dan betapa hal itu telah membuatku mundur.

"Aku yakin begitu, aku suka jahitan di bagian belakang; hasil kerja yang bagus. Pokoknya, bisakah kita pergi? Aku kelaparan."

Aku mengangguk dan membantunya memakai mantelnya, membuka pintu dengan hati-hati dan memeriksa koridor sebelum kami pergi. “Kita mau kemana, Bec?” Aku bertanya padanya ketika kami meninggalkan gedung, meraba-raba sakuku untuk mencari kunci mobil.