Hallo readers/siders
Happy reading
Derap langkah kaki begitu khawatir menyusuri lorong hingga menabrak banyak orang lagi-pun ia sudah tak perduli, membiarkan nafas memburu hingga kaki berhasil berhenti didepan sebuah ruangan yang kini terdapat beberapa orang.
Nafas memburu dengan cepat menarik kerah kemeja seorang lelaki yang kini menunduk merasa bersalah akibat apa yang baru saja terjadi.
"BAJINGAN!!"
BUAGH!
Sebuah pukulan dengan emosi mendarat, menjatuhkan sosok lelaki yang bahkan hanya pasrah kala pukulan itu berhasil merobek tepi bibirnya. Gimyung terdiam, tak berusaha melawan kala sadar apa yang ia lakukan sangat percuma dan membuang waktu. Menatap Seo yang tampak menahan amarah penuh api, tatapan penuh permusuhan itu seakan sangat dingin hingga rasanya tak ada lagi jalan lain untuk memperbaiki hubungan keduanya.
"Berhenti!!"
"Lelaki bajingan! Kau sangat tidak pantas disebut sebagai seorang lelaki!!!!"
BUAGH!!
"BERHENTI!!!"
"HENTIKAN!!!"
Seo bahkan tak perduli dengan terus memukuli wajah tampan Gimyung yang tampaknya tak melawan, pria itu seakan pasrah membiarkan Seo memukuli wajahnya. Di belakangnya Ibu Gimyung dan Rua serta Han Sinwo yang berusaha menghentikan Seo.
Lorong rumah sakit itu seakan penuh dengan orang-orang yang keheranaan dengan apa yang sedang terjadi, Sinwo dan beberapa orang berusaha memisahkan brutalnya Seo memukuli Gimyung dengan menarik tubuh lelaki itu untuk menahannya.
"Hentikan! Ini rumah sakit!!"
Sinwo memampah tubuh besar Gimyung, menatap Seo yang kini dipegangi oleh 2 orang satpam. Pria itu tampak masih marah dengan emosi yang berapi-api, terlihat dari sorot mata tajam yang begitu emosional.
"Kalian berdua ini laki-laki! Kenapa harus berkelahi dirumah sakit seperti ini?!!!!" Tekan Shinwo
Seo menatap kearah Sinwo dan Gimyung, keduanya pernah bersama saat ia masih bergabung dengan Big Deal dahulu kala, perebutan kekuasaan diantara mereka menghancurkan segalanya. Sinwo yang selalu membanggakan Gimyung membuat Seo muak, pria itu selalu menyerahkan segala hal pada Gimyung padahal Seo juga membantu dan dalam perkembangan Big Deal sebelumnya. Ditambah, perkara gadis pujaan hatinya memilih bersama Gimyung namun Gimyung menyia-nyiakan sang gadis hingga membuat masalah besar yang terus membesar sampai seperti sekarang.
"Kau memang bajingan!! Jika kau tidak mampu membahagiakan-nya setidaknya jangan sakiti dia!!!"
Gimyung menatap kearah Seo yang memberikan perkataan kasar padanya, ia sungguh menyesal atas apa yang terjadi pada [Name]. Kemarin malam, Gimyung sempat kehilanggan ponselnya yang ternyata disembunyikan oleh Rua. Gimyung tidak tahu bahwa [Name] melakukan telfon berulang padanya karena wanita itu membutuhkan pertolongan, sampailah pada pagi hari ia mendapatkan telfon dari Jitae yang mengatakan bahwa [Name] ditemukan tak sadarkan diri didepan rumahnya oleh seorang satpam yang melakukan ronda keliling karena seorang pengatar bunga menemukan pintu terbuka dengan sosok [Name] yang terbaring di lantai penuh darah.
Kebetulan Jitae lewat didaerah dekat rumah [Name] berada hingga mereka membantu tubuh tak sadarkan diri itu dengan keadaan tubuh penuh darah yang sudah sedikit mengering. Wanita itu bahkan ditangani dokter sejak 2 jam yang lalu dan belum ada tanda-tanda dokter itu akan keluar.
Gimyung menyesali apa yang terjadi, ia ingin marah kepada Rua tapi hatinya seakan menolak untuk berkata kasar pada perempuan tersebut. Rasa bersalah seakan membuat dirinya kehilangan kesadaran dengan mengucapkan kata maaf berkali-kali untuk [Name] dan putri mereka yang belum lahir. Berharap semuanya akan baik-baik saja meskipun rasa tak tenang itu terus menghantui.
Gimyung menatap Seo dengan ekspresi penuh penyesalan. Meskipun tubuhnya sudah terasa sakit akibat pukulan dan terluka di beberapa tempat, tapi ia tetap mencoba untuk tenang. Rua dan Ibu Gimyung ikut merasa gugup dan khawatir melihat kejadian ini.
"Seo, aku tahu aku telah membuat kesalahan besar. Aku menyesalinya," ujar Gimyung dengan suara yang terbata-bata.
Seo masih terlihat marah dengan manik memerah, dengan tatapan tak terlepaskan pada Gimyung. Tangannya tergepal erat ingin melepaskan pukulannya lagi meskipun ada dua orang yang sedang menahannya tapi kemudian terhenti karena ia berusaha mengontrol diri.
"Kau pikir permintaan maafmu bisa menghapus semua yang telah terjadi? Kau pikir kau bisa mengembalikan segalanya seperti semula?" Seo bicara dengan nada tajam.
Sinwo yang melihat itu mencoba menjauhkan Gimyung dari Seo.
"Seo, mari bicara dengan tenang. Ini bukan tempat yang tepat untuk kalian berkelahi."
Seo menatap Sinwo dengan wajah yang penuh kemarahan.
"Aku tidak peduli! Aku sudah muak dengan semua ini! Apa yang pria ini lakukan sudah keterlaluan, disaat seorang wanita yang ia hamili membutuhkan hadirnya dirinya tapi dia sama sekali tidak berada disisinya dan memilih untuk mengikuti perintah ibunya yang haus akan kesempurnaan!!!"
Ibu Gimyung mencoba mendekati mereka, "Jangan menyalahkanku! Mari bicara dengan baik-baik. Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik."
Seo menatap kearah Minseon dengan tajam, mengetahui sifat buruk sang wanita paruh baya yang begitu menjengkelkan membuat Seo ingin menghabisi perempuan iblis didepannya.
"Sudah cukup, Seo! Kau harus tenang!" kata Sinwo dengan tegas.
"Gimyung, kau harus dengarkan aku baik-baik. Jika sampai terjadi sesuatu pada [Name] ataupun bayinya, aku bersumpah akan membawa mereka pergi dan memastikan bahwa kau tidak akan pernah melihat mereka sekali-pun!!"
Gimyung menatap wajah Seo dengan sendu, tatapan pria itu menyendu akibat ujaran Seo yang berhasil membuat tubuhnya terdiam kaku. Segalanya seakan membuat bayang-bayang kegagalan kembali muncul hingga tak ada lagi harapan sampai bunyi pintu ICU terbuka.
"Saya perlu bicara dengan suami nona [Name]."
"Saya suaminya!!"
Gimyung dan seo kembali menoleh satu sama lain, keduanya saling melemparkan perasaan penuh amarah membuat dokter kebinggungan melihatnya. Gimyung ingin berucap tapi sebuah tangan menahan pergerakannya, Itu ibunya. Wanita paruh baya itu menahan lengan besar milik Gimyung sembari menariknya pelan dan membuat pria itu tak lagi melangkah.
Gimyung memiliki keraguan didalam diri hingga membuatnya hanya diam dan tidak tau harus melakukan apa lagi.
Seo yang melihat itu langsung berjelan mendekat kearah sang dokter, "Apa yang terjadi dengan istri saya dok?"
"Maaf, sepertinya nona [Name] kehilangan bayi-nya.."
Jangan lupa vote + komen guys, ayo kita selesaikan cerita ini sebelum tahun baru biar bisa pub cerita baru hehhehe
Salam manis
Tr
28 12 23