"Ini yang katanya independent woman tapi ternyata ani-ani?"Sheila menolehkan kepalanya perlahan seraya meyakinkan diri bukan dirinya lah yang dituduh.
Belum ada dua menit dia duduk di tempatnya saat ini, dan sekarang seorang wanita cantik berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang.
"Sorry, lo kayaknya salah orang deh." Sheila masih mencoba tersenyum saat wanita di depannya melotot seolah-olah ingin mengeluarkan bola matanya.
"Halah, mana ada ani-ani ngaku kalo dirinya ani-ani. Dimana-mana yang namanya aib ya pasti ditutup-tutupi lah. Mana ada orang mau aibnya kesebar."
Istg, ini akan jadi pengalaman paling memalukan di kehidupan gue.
Terus mencoba bersabar, Sheila menarik satu tangan wanita di depannya. "Kak, mbak, sorry, gue nggak tahu harus manggil lo gimana. Kakaknya lebih baik duduk dulu, kita bicarakan ini baik-baik."Menepis tangannya dengan keras, wanita itu semakin menaikkan volume suaranya. "Duduk, duduk. Kenapa? Malu lo? Waktu lo godain suami orang, urat malu lo itu kemana? Putus?"
Sheila mengusak rambutnya kesal. Ucapan wanita di depannya benar-benar menarik atensi sekitar hingga dirinya dan wanita itu kini menjadi pusat perhatian.
Dirinya berharap, ada pihak pengaman mall yang tidak sengaja lewat dan membawa wanita itu pergi dari hadapannya.
"Mbak, bukannya gue malu..."
"Nah, ngaku kan lo sekarang kalo lo emang nggak punya malu." Ucap wanita itu. "Lihat ya semua, cewek ini itu ani-ani. Dia simpenan suami temen gue." Lanjut wanita itu seraya menunjuk-nunjuk Sheila yang sekarang turut berkacak pinggang.
"Ok. Mbak sudah kelewatan. Ada banyak saksi di sini dan saya bisa menggugat mbak karena sudah mencemarkan nama baik saya."
"Nggak usah pake bawa-bawa pengacara segala. Lo juga bisa dikenai pasal perzinahan. Gue dan temen gue punya bukti perselingkuhan lo dengan suami temen gue. Jadi sebelum lo ngelapor, kita bakal pasti in lo duluan yang bakal dihukum."
Kepalang kesal, Sheila merogoh tasnya bermaksud mengambil dompet. Tapi sebuah suara kembali menginterupsi.
"Mbak mohon maaf, ada keperluan apa ya dengan pacar saya?"
Dengan cepat Sheila menoleh dan mendapati seorang pria tampan berdiri di samping wanita tersebut.
"Oh, lo salah satu sugar daddy-nya cewek ini? Wah, banyak juga ya pelanggan lo. Berapa penghasilan lo sebulan? Bisa buat ganti mobil nggak tiap bulan? Ato beli apartemen mungkin?" Tiada habisnya wanita itu terus mencaci Sheila yang bahkan tidak tahu harus berkata apa dan bagaimana lagi untuk meladeni.
"Mbak, maaf. Tapi dia beneran pacar saya." Sangkal pria itu lagi.
Seorang wanita kembali datang dan terlihat kalau mereka seusia. "Ra, lo salah orang." Bisik wanita itu pada wanita sebelumnya, tampak panik.
Lantas wanita pertama yang dipanggil Ra pun menoleh terkejut. "Sumpah lo? Tapi lo tadi bilang pelakor itu duduk di sini." Ucapnya seraya menunjuk meja yang Sheila tempati.
"Dia udah kabur. Kayaknya dia tau kalo kita mau ngelabrak dia." Jawab wanita yang kedua. "Maafin temen saya ya mbak. Permisi."
Dengan cepat mereka berdua menunduk dan berlari kecil meninggalkan Sheila yang bahkan belum mampu mencerna semuanya.
Walaupun kedua wanita itu pergi setelah meminta maaf padanya, tapi siapa yang akan membersihkan rekaman-rekaman video yang sudah diambil oleh pengunjung lain?
"Mohon maaf semuanya, bisa minta tolong hapus semua rekamannya ya! Ini hanya salah paham." Ucapan pria yang masih berdiri di depan Sheila seolah mampu membaca pikiran dan pikirannya.
Thanks God, cukup kali ini aja ada kejadian begini.
"Terimakasih ya." Sheila tersenyum pada pria di depannya.
Pria itu pun balas tersenyum dan menempatkan diri di depan Sheila.
"Sheila kan? Gue Naren, yang nyewa lo hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Giselle's World [✔️]
Short StoryCerita one shoot atau bahkan two shoot dengan Giselle sebagai main cast nya dan siapapun yang menurut aku cocok sebagai pairingnya. Ingat, cerita ini hanya fiktif ya, so bijak-bijak saat membaca Happy reading !!! Omong-omong, covernya udah lama ambi...