Eritha mencebik kesal saat tanpa sengaja melihat Naresh yang berlari kecil ke arahnya.
Dua bulan sudah ia mengejar laki-laki itu, dan dua minggu lebih juga ia berusaha untuk melupakan laki-laki itu. Namun sekarang, dengan entengnya laki-laki itu datang menghampirinya padahal sudah empat hari mereka tidak bertegur sapa ataupun bertukar pesan.
"Eritha." Naresh berhenti di depannya, dengan senyum yang berhasil membuat Eritha memutar mata malas.
"Eum?"
Naresh terkekeh, tapi tangannya dengan ringan bergerak mengusap puncak kepala Eritha pelan.
"Apa sih?" Eritha menepis tangan Naresh pelan, namun sukses membuat tangan laki-laki itu berhenti di udara.
"Jangan galak-galak, Er. Nanti nggak ada yang mau." Ujar Naresh enteng.
"Idih, siapa bilang nggak ada yang mau?"
Bukan. Bukan Eritha yang menjawab. Tapi Nila yang berdiri tepat di belakang Eritha lah yang menjawab.
"Jangan gitu dong, La. Jangan patahin semangat gue gitu aja. Gue kan mau berjuang."
Lagi, bukan Eritha yang kesal mendengar ucapan Naresh, tapi Nila lah yang justru tampak gereget dengan ucapan dan tingkah Naresh.
"Alah, buaya. Ucapan lo itu nggak akan mempan sekarang. Temen gue udah ngejar lo dua bulan lebih, dan sekarang giliran Eritha jauhin lo, lo tiba-tiba dateng dengan omongan bullshit lo itu? Bajingan."
Eritha mendelik kaget. Nila memang cenderung ceplas ceplos. Tapi temannya itu tidak pernah berbicara kasar. Kecuali... ya kecuali kalo sudah keterlaluan sih.
"Udah ya, La. Jangan repot-repot keluarin emosi, lo. Mending kita langsung masuk kelas aja. Ke kantinnya nanti aja sekalian nunggu Sharon." Ucap Eritha yang langsung menarik tangan Nila untuk mengikutinya. Sementara Nila sendiri masih enggan untuk memutus tatapan tajamnya pada Naresh.
🌙🌙🌙
"Awas aja ya, lo. Kalo sampe gue tau lo sembunyi-sembunyi di belakang kita ketemu ama Naresh, kita gembosin ban mobil lo."
Eritha meringis heran. Kenapa teman-temannya mendadak jadi menyeramkan begini? Padahal mereka juga yang sebelumnya penuh semangat menyuruh dirinya untuk mendekati Naresh lebih dulu.
"Iya, iya. Gue nggak akan ketemu sama Naresh lagi." Jawab Eritha pasrah kemudian.
Nila dan Sharon lantas saling menatap dengan senyum mencurigakan.
"Apa nih? Kalian nyembunyiin sesuatu dari gue ya?" tebak Eritha.
Sharon tersenyum lebar, hingga gusinya terlihat. "Gini, Er. Temennya Harlan..."
"Harlan, cowok lo?"
Sharon mengangguk mantap lantas melanjutkan ucapannya yang tertunda. "Ada satu temen Harlan yang naksir lo udah sebulanan ini..."
"Iya, Er. Temen Harlan ini jauh lebih ganteng, lebih t-o-p b-g-t lah dibandingkan sama Naresh. Gue dukung lo sama dia."
Eritha menatap Nila dan Sharon bergantian. Kepalanya mendadak berat. "Kalo kalian lupa, kalian juga ngomong gitu waktu gue bilang gue tertarik sama Naresh." Ucap Eritha mengingatkan.
"Ya kan kemarin lo yang ngejar-ngejar Naresh. Kalo sekarang, gue jamin lo yang bakalan dikejar-kejar sama Jeje."
"Jeje?" Eritha merasa aneh dengan nama itu.
"Namanya Jevanka, cuma anak-anak biasa manggil dia Jeje. Baik kok anaknya, pinter juga. Dan yang penting..."
"Dia nggak suka tepe-tepe sama cewek-cewek kayak Naresh." Lanjut Nila kesal, sementara Sharon hanya bisa mengangguk-angguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giselle's World [✔️]
Historia CortaCerita one shoot atau bahkan two shoot dengan Giselle sebagai main cast nya dan siapapun yang menurut aku cocok sebagai pairingnya. Ingat, cerita ini hanya fiktif ya, so bijak-bijak saat membaca Happy reading !!! Omong-omong, covernya udah lama ambi...