Hai hai
Ini lanjutannya dari A Single Life yaa
semoga sukaa°°°°
Naren akui, menghabiskan uangnya untuk bisa bersama dengan Sheila bukanlah sesuatu yang harus ia sesali. Dia senang, sangat senang bahkan karena bisa mengenal sosok seperti Sheila.
Dikala pertemuan pertama mereka yang bisa dibilang tidak mengenakkan. Setidaknya, Sheila benar-benar professional dalam kinerjanya. Setelah mengenalkan diri sebagai seseorang yang sudah menyewa gadis itu di hari itu, Sheila langsung tersenyum dengan manis seolah kejadian sebelumnya tidak pernah terjadi. Dan sekarang, ia tengah menunggu kedatangan Sheila di basement apartemen gadis itu.
Bukan, bukan sebagai seseorang yang menyewa gadis itu lagi. Karena nyatanya, Sheila sudah keluar dari pekerjaan itu. Lalu sebagai seorang kekasih? Bukan juga. Mereka belum sampai ditahap itu, karena Naren masih berusaha untuk memantaskan diri setelah mengetahui siapa Sheila sebenarnya.
"Maaf ya, jadi nunggu lama."
Naren tersenyum dengan lebar saat melihat tubuh Sheila yang berdiri setelah berhasil membuka pintu mobilnya. Gadis itu pun masuk dan mengambil tempat di sampingnya.
"Mau kemana, sih?" tanya Sheila setelah berhasil memasang seat belt-nya.
"Ketemu orang tua gue."
🌻🌻🌻
Sheila terus menyunggingkan senyum manisnya selama mendengar kedua orang tua Naren bercerita. Walau sesungguhnya, dalam hati ia merasa sangat dongkol. Ingatkan ia untuk memukul, menimpuk atau bahkan menjambak Naren nanti.Naren sendiri hanya bisa menahan tawanya melihat Sheila. Namun dalam hati ia bersyukur, orang tuanya menyambut baik kehadiran Sheila, berbeda terbalik saat dengan mantan terakhirnya.
"Nak Sheila bekerja di firma mana?"
Sheila meringis. Satu hal yang tidak ia sukai adalah saat seseorang ingin tahu akan pekerjaannya dan kemudian mereka sadar kalau ia terlahir dari keluarga yang bukan main-main.
"Ma, sudah dibilang jangan tanya yang aneh-aneh. Kan Naren udah bilang kalo Sheila ini bibit, bebet, bobotnya nggak perlu diragukan."
Mama Naren mengerucutkan bibirnya kesal, namun tak lama tangan wanita paruh baya itu bergerak menggenggam tangan Sheila.
"Mama percaya sama kamu. Mama titip Naren, ya. Kalo Naren nakal atau bikin kamu sedih, langsung jewer atau pukul aja anaknya. Mama juga sering kok mukul dia."
"Maa..." Naren merengek, tidak terima dengan ucapan sang mama. Membuat Sheila yang memperhatikan mereka hanya bisa terkekeh kecil.
🌻🌻🌻
Tidak bisa melawan, Naren hanya bisa pasrah saat Sheila memukulnya dengan membabi buta. Baginya, Sheila makin menggemaskan saat gadis itu marah-marah seperti sekarang.
Katakanlah dirinya buta, tapi nyatanya cinta itu memang buta. Membuatnya berkali-kali melihat Sheila sebagai sosok gadis yang selalu sempurna di matanya. Padahal ia tahu pasti, Sheila tidak sesempurna itu juga.
Cinta, cinta, sialan.
Naren terkekeh memikirkan perasaannya.
"Masih bisa ketawa, lo?" Sekali lagi Sheila melayangkan pukulannya ke lengan Naren yang dimana laki-laki itu dengan sigap menangkap tangannya. "Lepas, ga?"
Bukannya dilepas, Naren justru menarik tangan Sheila hingga membuat tubuh gadis itu masuk ke dalam pelukannya. "Iya, gue minta maaf."
Sheila memutar bola matanya malas, lantas mendorong tubuh Naren untuk melepaskannya. "Gila, lo. Nggak ada angin, nggak ada ujan, tiba-tiba bawa gue ketemu orang tua lo. Kita tidak ada hubungan apa-apa ya, kalo lo lupa."
Masih terkekeh, Naren mengusap puncak kepala Sheila. "Bukan nggak ada, cuma belum aja. Tungguin gue, ya. Bentar lagi aja."
Melipat kedua tangannya ke depan, Sheila malas menatap Naren. "Suruh tunggu mulu. Udah berapa bulan, nih? Biarin, cowok manapun nanti yang deketin gue, bakal gue terima."
"Yakin? Kalo gue sih enggak yakin lo bakal nerima mereka. Kan lo udah jatuh ke pesona gue."
Menyipitkan matanya, Sheila menatap Naren dengan tajam. "Argh~ benci banget gue sama lo."
"Iya, gue juga sayang kok sama lo."
🌻🌻🌻
Dua bulan sudah sejak pertemuannya dengan orang tua Naren, kini Sheila dibawa kembali oleh laki-laki itu ke salah satu tempat yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Sekarang, dirinya dan Naren berdiri di sebuah pekarangan rumah dengan model minimalis yang tampak asri dengan berbagai macam tanaman di sana. Rumah dua lantai itu juga tampak masih baru dengan bau cat yang khas. Yang entah kenapa, Sheila bisa menebak maksud Naren membawanya ke sini.
"Ini..."
"Rumah kita nanti kalo kita sudah menikah. Maaf ya kalo kecil, berbanding terbalik sama rumah keluarga kamu. Tapi aku jamin, aku bisa kasih kenyamanan dan kebahagian yang jauh lebih baik dari yang keluargamu kasih."
Sheila memejamkan matanya, bibirnya pun terkatup rapat. Ia ingin menangis. Tentu saja.
Enam bulan mereka berkenalan yang dimulai secara acak dari aplikasi pacar sewaan, dan dua bulan yang lalu tanpa babibu Naren membawanya ke hadapan orang tuanya. Yang artinya kalau ditotal, mereka baru mengenal satu sama lain hanya dalam waktu delapan bulan.
Ia ingat, saat bulan kelima, dirinya memutuskan untuk terbuka pada Naren akan keluarganya yang merupakan pemilik salah satu firma hukum terbesar di Jakarta. Dan seperti dugaan, laki-laki itu tiba-tiba menghilang seperti laki-laki yang ia kenal sebelum-sebelumnya.
Namun, dua hari setelahnya, Naren kembali menghubunginya yang saat itu ia sudah siap untuk menghapus nomor laki-laki itu.
Sheil, apa kamu mau menunggu? Sebentar saja. Aku ingin memantaskan diri dulu.
Dan benar saja, setelah ia membalas pesan itu, Naren kembali menghubunginya dan menemuinya dengan intens walau tidak sesering sebelumnya. Alasannya tentu saja, laki-laki itu sibuk.
Bulan berikutnya, ia mendengar bahwa Naren diangkat masuk dalam jajaran direksi. Tidak hanya laki-laki itu, dirinya pun sangat senang mendengarnya karena Naren benar-benar membuktikan ucapannya.
Dan kini kejadian serupa kembali terulang, laki-laki itu menyiapkan rumah yang sangat layak untuk mereka tempati kelak.
"Maaf, tapi bisa kita lewati masa pacarannya nggak? Aku ingin kita langsung menikah."
Tanpa menjawab, Sheila langsung berhambur dipelukan Naren. Air matanya sudah mengalir deras, cukup membasahi baju yang Naren kenakan.
Tentu saja ia mau. Sama halnya dengan Naren yang tertarik pada dirinya sejak pertama kali mereka bertemu, dirinya pun jatuh hati pada Naren sejak laki-laki itu menolongnya dari ucapan dua wanita yang tidak ia kenal saat itu.
Akhirnya, aku bertemu dengan laki-laki yang tepat.
*** THE END ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Giselle's World [✔️]
Historia CortaCerita one shoot atau bahkan two shoot dengan Giselle sebagai main cast nya dan siapapun yang menurut aku cocok sebagai pairingnya. Ingat, cerita ini hanya fiktif ya, so bijak-bijak saat membaca Happy reading !!! Omong-omong, covernya udah lama ambi...