2

210 36 14
                                    

Seorang wanita baru saja keluar dari sebuah apotek berjarak dua puluh lima menit dari subway station, tangan kanannya menggenggam obat sakit kepala.

Kalian tahu? Malam hari adalah pertanda ia harus membeli obat sakit kepala. Mungkin terkesan kecanduan, tapi seperti itulah seorang An Lisa.

An Lisa, seorang wanita berumur dua puluh tiga tahun. Tengah mengenyam pendidikan di salah satu universitas swasta. Namun dia tengah mengambil cuti kuliah yang akan berakhir beberapa hari ke depan.

Kembali ke topik awal, An Lisa benci malam hari dan tiap kali malam datang terkadang dirinya akan merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya apalagi jika ditambah hujan turun, serasa kepalanya dihujam ribuan benda asing yang berujung tajam. Hal ini tentu saja sangat menyiksa dirinya.

Kebiasaan ini sudah berlangsung lama dan beruntungnya tidak hampir setiap malam dirinya merasa seperti itu. Bersyukur sakit kepalanya bukan disebabkan penyakit yang mematikan, mau bagaimana pun ini merupakan dampak kejadian beberapa tahun lalu.

"Habis?" Lisa mendengus kesal.

Bungkus rokok yang dirinya bawa ternyata kosong. Lisa melihat sekitar lalu berjalan beberapa meter guna mencari mini market, setahu dirinya jika tidak salah ada salah satu mini market di dekat sini.

Benar saja, sebuah mini market terlihat dari tempat dia tengah berdiri sekarang. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, ia mengambil satu batang rokok dan menyalakannya dengan korek api gas yang dia bawa.

Lisa mendudukkan dirinya pada kursi luar mini market, sesekali menghembuskan asap rokoknya. Menghiraukan orang-orang yang keluar masuk mini market dengan tatapan yang membuatnya risi.

Kegiatannya berlangsung cukup lama untuk menghabiskan satu batang rokok. Ia meraba-raba isi kantung celana miliknya, mencoba mengeluarkan bungkus rokok yang sudah dia buka namun Lisa mengernyit ketika tak menemukan satu bungkus rokok lainnya yang masih belum dia buka sama sekali.

Mencoba untuk melihat sekeliling tempat dan beruntung matanya menemukan apa yang dirinya cari, sepertinya itu jatuh saat ia mengeluarkan korek api dari kantung celananya. Berniat untuk bangun dari posisinya duduk, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat seorang pria hendak melintas didepannya.

"Hey!"

Pria bertubuh jangkung dengan rambut hitamnya berhenti berjalan ketika mendengar suara panggilan yang dia layangkan. Bahkan sang pria melirik ke sebelah kanan dan kiri, seperti memastikan bahwa orang yang dia panggil merupakan dirinya.

"Iya benar, kau yang aku panggil," seru An Lisa membenarkan bahwa sang prialah yang dia panggil.

"Tolong ambilkan itu, dibawah kakimu." ucap Lisa kembali seraya menunjuk dengan tangan kanannya.

Sang pria melihat ke bawah, tempat yang ditunjuk oleh dirinya. "Terima kasih," kata Lisa selagi pria yang membantu dirinya memberikan sebungkus rokok yang dia ambil untuk dirinya.

Lisa memandang punggung sang pria yang langsung berjalan meninggalkan dirinya, mematikan rokok yang setengah dia hisap lalu beranjak dari tempat duduknya. Memeriksa jam tangan miliknya sebelum melangkah meninggalkan mini market.

"Apa ini?" Lisa berseru ketika mendapati sesuatu yang tak sengaja dirinya injak. Ia menyipitkan matanya saat membaca tulisan dalam dompet yang dia temukan, mengernyitkan dahinya seraya memerhatikan pas foto yang ada di kartu identitas.

Bukankah ini terlihat seperti pria tadi? Lisa melihat ke arah jalan yang dilewati sang pria, namun sayang pria jangkung tadi sudah tak terlihat batang hidungnya sama sekali.

Magic in the MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang