MASALAH KECIL

6 0 0
                                    

RAKA HOME

Zea menundukkan kepalanya sembari memainkan kukunya sendiri, ia begitu takut untuk menatap wanita yang sama sekali tidak ia kenal itu. Satu lagi, hal gila yang Raka katakan bahwa mereka berpacaran, itu membuatnya merasa begitu frustasi, terlebih Raka tiba-tiba saja pergi meninggalkannya sendirian setelah memperkenalkannya pada ibu ini.

" Zeane ya, Kamu kuliah dimana? " Ucap mama Raka sembari menuang teh untuk Zea di sebuah gelas yang terlihat cantik

" ah iya tante saya kuliah di Universitas Harapan Bangsa tante "

" Oh ya? kalo saya boleh tau ambil jurusan apa? " Suaranya terdengar begitu lembut di sertai dengan senyuman cantik di wajahnya

" saya mengambil jurusan Seni rupa tante " Jawab Zea sembari meremas celana jeansnya sendiri karena benar-benar merasa gugup

" Wah sama dong, saya juga alumni Harapan Bangsa jurusan Seni rupa, tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu "

" wah beneran tante? " Zea menutupi mulutnya sendiri dengan tangannya, entah mengapa tiba-tiba ia merasa senang mendengarnya

" iya, Mahasiswi sekarang cantik-cantik sekali ya ? "

" ah engga juga tante, malahan saya kagum karena tante kelihatan sangat muda dan cantik sekali "

" Bisa aja kamu, Zea juga cantik buktinya anak saya berani bawa kamu di hadapan saya sekarang "

Zea tersenyum kecut mengingat jika ia di bawa ke tempat ini karena dipaksa oleh anaknya. Rencananya Zea akan membunuh Raka setelah perbincangan dengan ibunya ini usai nanti.

Zea dan ibu Raka cepat sekali menjadi akrab, karena mereka memang memiliki pemikiran yang bisa di bilang juga satu frekuensi. Terlebih saat membicarakan lukisan, Zea baru mengetahui jika Ibu Raka memang merupakan seorang seniman, dan ia juga merupakan seorang kolektor. Tidak heran jika di setiap sudut rumahnya banyak terpajang lukisan-lukisan yang bagus dan juga terkenal.

" Raka emang susah banget di atur, tapi dia anak yang baik kok, sebenarnya tante mau kirim dia keluar negri itu, biar dia lebih menyadari jika pendidikan itu penting dari pada geng motor dia itu "

Zea hanya mengangguk mengiyakan semua yang di katakan oleh ibu Raka, karena memang ia tidak mengenal Raka sama sekali. Ia mengambil teh yang hampir dingin itu lalu meminumnya perlahan.

" atau kalian mau kuliah bareng setelah nikah? "

Zeapun tersedak hingga tehnya tumpah, mengenai baju dan celananya. Benar-benar di luar dugaan ketika ibu Raka tiba-tiba membahas soal pernikahan, Padahal mereka baru sejam lalu berkenalan.

" Zea, ngga papa kan sayang ? "

" engga papa tante, maafin Zea, sofanya jadi kotor "

" duh ngomong apa sih kamu, bentar kayaknya tante punya baju size kamu yang belum pernah di pake deh tante cariin dulu ya? "

" eh ngga usah tan- "

" engga papa udah, kalo gitu kamu tunggu di kamar Raka aja, ntar biar tante anterin bajunya, oh ya kamar Raka ada di ujung lorong ya "

Ibu Raka berlari kecil meninggalkan Zea, sementara Zea hanya terpaku ketika menyadari ibu dan anak sama-sama keras kepalanya.

KAMAR RAKA

Terlihat Raka yang sedang tertidur pulas, di atas tempat tidurnya, sementara nyali Zea tiba-tiba menciut karena tidak berani membangunkannya. Ia harus segera meluruskan kesalah pahaman ini, agar tidak menjadi masalah untuk kedepannya.

Zea melangkahkan kakinya dan masuk kedalam kamar Raka, yang terlihat tiga kali lebih besar dari kamarnya. Semua barang-barangnya di tata dengan sangat baik dan rapi, Ia sejenak di buat kagum ketika melihat sebuah lemari kaca besar yang di penuhi kumpulan Vinyl milik Bing Crosby dan Louis Amstrong.

POSESIF BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang