4.Rumor Pendekar Pedang Serayu

99 18 1
                                    

4. Rumor Pendekar Pedang Serayu



Happy reading




























Kian Santang menggiring kudanya kesebuah kedai makan disalah satu desa Padjajaran. Selepas sholat ashar ia merasakan lapar lagi pula hari sebentar lagi malam sekalian dirinya mencari penginapan. Banyak warga menyapa dirinya karena sebagai seorang pangeran.
Tak ayal ada yang bersimpuh kepadanya sebagai penghormatan tetapi Kian Santang tidak memperbolehkannya karena ia sama dengan mereka.
Kian Santang menaruh kudanya ditempat penetitipan kuda dan berjalan kearah kedai lalu memasukinya yang langsung disambut oleh penjualnya.


"Raden Kian Santang ada apa gerangan datang kemari?"Tanya sang penjual.

"Saya mau beli makanan paman." Jawab Kian Santang sambil tersenyum yang membuat penjual itu merasa senang.

"Mari atuh duduk den"

"Saya duduk diluar saja"

"Silahkan saya siapkan makanan enak untuk aden" Kian Santang mengangguk kemudia keluar mencari tempat duduk.

Kian Santang duduk didekat pagar menunggu makanan yang akan datang nantinya. Ia melihat desa yang disinggahi ini sangat tentram dan damai. Ia tersenyum lebar betapa bahagianya sekarang Padjajaran dan rakyatnya.
Tak berselang lama makanan datang sekaligus kedatangan para pembeli lain sambi mengobrol bersama.

"Silahkan aden" Kian Santang mengangguk.

"Makasih pak" Orang itu pamit setelah ucapan Kian Santang.

"Kamu dengar tidak?"

"Apa?"

"Istri raden Walangsungsang udah lahiran"


Samar-samar Kian Santang mendengar orang diseberang lebih jauh dari dirinya, berbicara tentang kakaknya Walangsungsang. Sambil memakan makanannya ia menajamkan pendengarannya.

"Benarkah? Alhamdulillah akhirnya lahir juga yang ditungguin oleh keluarga istana"

"Benar, saya sangat senang mendengarnya kalau tidak salah anaknya lahir seorang putri"

"Semoga saja menjadi perempuan sholehah suatu hari nanti"

"Aamiin"

Kian Santang tersenyum mendengar kabar bahwa istri kakaknya sudah melahirkan dengan selamat. Tak terasa ia sudah menjadi seorang paman dan ia tidak sabar nanti anak kakaknya memanggil dirinya dengan sebutan paman.

"Alhamdulillah ya allah...Akhirnya raka Walangsungsang dan yunda Endang Geulis sudah menjadi orang tua. Semoga putrinya nanti menjadi anak yang sholehah seperti ayah dan ibunya. Aamiin ya robbal alamiin" Ucapnya pelan.

Setelah mengucapkan doanya, dua orang datang dengan penampilan berbeda dari para rakyat sepertinya dua orang itu merupakan seorang pendekar. Mereka berdua duduk disebelah meja Kian Santang sambil mengobrol serius karena tertera sekali diwajahnya. Membuat mereka tidak menyadari jika ada seorang pangeran Padjajaran berada di meja sebelahnya.

"Kamu tahu tidak kadipaten Tumenggung Agung habis dibantai sama pendekar itu!" Ujar seorang itu menggebu.

"Bener atuh?" Tanya salah satunya.

"Benar" Jawabnya.

"Pendekar itu kan? Pendekar yang terkenal karena sebagai pembunuh bayaran?" Temannya menggangguk.

"Saya kira cuma berita burung-nya?"

"Tidak! Itu beritanya benar. Aku juga kaget makanya waktu itu aku sampai kesana buat pastiin dan ternyata benar! Habis seluruh desa kadipaten Agung dibantai! Desanya juga habis dibakar sama mereka"

Pendekar Pedang SerayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang