11. Rencana Sebuah Drama

102 16 1
                                    

11. Rencana sebuah drama.























  Serayu terbangun dari tidurnya, ia pun melihat Chen sedang menatapnya bingung.
Tanpa disangka Serayu langsung memeluk kekasihnya bahkan sampai menangis dan meminta untuk tidak ditinggalkan. Abimanyu bersama lainnya termasuk Kian Santang dan Rara Santang yang sudah sadar menatap bingung juga. Abimanyu menyipitkan matanya dan melihat jika adiknya menangis dipelukan kekasihnya.

  "Kau apakan adikku, Chen?" Chen yang ditanya seperti itu langsung menggeleng.

  "Aku tidak melakukan apa apa. Serayu pas bangun tidur langsung memelukku." Jelasnya.

  Hal itu membuat semuanya mengerut heran.

  "Kau kenapa Serayu?" Tanya Abimanyu namun Serayu tidak menjawab justru perempuan itu mengeratkan pelukannya.

  Chen mengelus pundak Serayu ia menebak jika kekasihnya ini sedang mengalami mimpi buruk.

  "Kau mengalami mimpi buruk, sayang?" Tanya Chen yang menggunakan aksen tiongkoknya.

  Serayu memperlihatkan wajahnya penuh basah dengan air mata, "Aku bukan hanya mimpi tetapi itu pesan untukku. Aku mohon jangan tinggalkan aku, Chen kau cinta pertamaku....ku mohon tetap bersamaku dan tetap dalam pengawasanku." Chen yang mendengar balasan dengan aksen sama merasa bingung.

  "Pesan apa yang disampaikan dalam mimpimu?" Tanya Chen penasaran begitupun yang lain kecuali Kian Santang dan Rara Santang yang tidak mengerti. Sepertinya Kian Santang sedikit menyesal karena ia tidak mempelajari bahasa tiongkok yang pernah digunakan oleh Kenari Rindu.

   "Mereka ingin mengambilmu dan menjadikan wadah mereka untuk membangkitkan pemimpin mereka." Jawab Serayu.

  "Siapa?" Tanya Guanheng.

Serayu menatap Guanheng, "Damballa."

Guanheng, Bayu, Chen juga Abimanyu membulatkan matanya mendengar nama ular iblis dalam mitologi yunani itu.

  "Untuk apa?" Tanya Bayu.

  "Membangkitkan pemimpin mereka, Lucifer." Chen diam dengan jawaban Serayu. Kenapa dirinya ingin dijadikan sebagai wadah pemimpinan iblis dalam mitologi yunani itu?

  "Atas dasar apa hingga Chen ingin dijadikan wadah?" Tanya Abimanyu.

   "Aku tidak tahu kak, pesan itu mengatakan jika Chen memiliki keistimewaan." Jawab Serayu.

 
  "Mereka bicara apa rayi?" Bisik Rara Santang.

  Kian Santang menggeleng, "Aku tidak tahu."

  Kian Santang melihat ekspresi Serayu yang khawatir dan takut kehilangan kekasihnya. Tidak seperti yang ia lihat beberapa waktu lalu dimana selalu datar dan juga begitu dingin. Tetapi bukan itu saja ia tidak tahu kenapa ada perasaan sakit dihatinya ketika wajah Serayu dielus oleh kekasihnya sendiri.

  "Ya allah ada apa denganku? Kenapa aku merasa sakit dihati." Batinnya dan dimana tangannya juga memegang sisi dada kirinya.

  Tangan Kian Santang tak bisa luput dari pandangan kakaknya. Rara Santang sedikit mengerutkan wajah keterkejutannya lalu ia melihat mata adiknya itu dengan rasa kecemburuan. Lalu ia mengalihkan pandangannya pada Serayu yang dipeluk kembali oleh pemuda tampan bernama Chen.

  "Rayi, apa kau cemburu pada mereka?" Rara Santang membatin.

......

   Setelah menceritakan tentang mimpinya kepada yang lain kecuali dua saudara padjajaran itu walau tidak semuanya ia ceritakan, dirinya kembali seperti semula. Serayu mendekati Kian Santang juga Rara Santang yang menjadi tawanannya itu. Rara Santang ingin memanggil nama Kenari Rindu namun tatapan Serayu yang dingin menusuk itu membuat putri Padjajaran itu bungkam.

 
   "Aku ingin bertanya padamu, pangeran.." Kata Serayu yang diangguki Kian Santang.

   "Apa benar kau membunuh pangeran Danu Maraja?" Pertanyaan itu membuat Kian Santang tersentak begitu pun Rara Santang.

   "Aku tidak membunuhnya." Balas Kian Santang.

  Serayu memandangi ke empat orang yang memang sedang menunggu cerita Kian Santang.

    "Bagaimana bisa kau tidak membunuh pangeran Danu Maraja? Sedangkan ayahnya si raja Jayarama meyewa kami untuk membunuhmu? Tidak mungkin kan kau tidak melakukan sesuatu pada Danu Maraja?" Tanya Serayu.

  "Aku memang tidak membunuhnya." Jawab Kian Santang kembali.

   "Justru aku menyelamatkannya." Tambah Kian Santang.

  Pemikiran Arkian Bayu benar mana mungkin anak baik seperti Kian Santang membunuh jika tidak ada yang memulai. Bahkan Serayu pun diberi tahu sama sosok jubah hitam dalam mimpinya bahwa Kian Santang mempunyai hati yang bersih.

  "Ceritakan pada kami agar kami percaya pada dirimu, raden?" Pinta Arkian Bayu.

  Kian Santang mengangguk, "Baiklah akan ku ceritakan."

  "Saat itu aku sedang pergi memeriksa daerah kawasan Padjajaran. Hari itu aku melihatnya bertarung dengan seseorang dan dia sudah kewalahan, aku pun langsung menolongnya. Aku bertarung dengan orang yang menyerang Danu Maraja hingga akulah berakhir mengalahkan orang itu. Tetapi raden Danu Maraja sudah sekarat karena tubuhnya sudah terluka akibat tebasan kapak. Aku sempat menyembuhkanya namun sayang nyawanya tidak bisa ku tolong. Akhirnya aku membawa dia ke istananya tapi aku malah dituduh membunuh raden Danu. Aku sudah menjelaskan tetapi mereka tidak percaya, mereka menyerangku dan aku pun terpaksa membela diri sampai aku kabur. Begitulah ceritanya." Serayu dan lainnya terdiam setelah mendengar cerita Kian Santang.

   "Rayi ku tidak mungkin membunuh orang sejahat apapun orang itu kecuali memang sudah tidak bisa lagi di ajarkan kebaikan. Dan rayiku tidak pernah memancing masalah kecuali musuhlah memancing duluan." Rara Santang juga ikut menimpali.

  "Kenari Rindu hah..maksudku Serayu aku mohon bebaskan kami?" Pinta Rara Santang.

  Serayu memandangi mereka berdua lalu ia pergi mengarah kepada kakak, kekasih dan teman temannya.

  "Bagaimana menurut kalian?" Katanya pelan.

  "Pemikiranku benar jika dia tidak akan melakukan pembunuhan. Mengingat rakyat Padjajaran bahkan pelosok lain mengatakan jika pangeran itu sangat baik." Ujar Arkian Bayu.

  "Dari mata saja dia terlihat jujur." Tambah Chen.
 
  "Menurutku bebaskan saja, Serayu." Ujar Abimanyu yang diangguki oleh Guanheng.

   Serayu diam memikirkan apakah membebaskan Kian Santang atau tetap melakukan misinya. Ia mengingat lagi tentang mimpinya dan tentang uangnya yang akan hilang begitu saja jika membebaskan Kian Santang.

  "Aku tidak akan membebaskannya." Mendengar hal itu membuat ke empat pemuda terkejut.

  "Kenapa?" Tanya Chen.

  "Uang kita akan hilang." Jawab Serayu yang baru saja menyadarinya.

  "Aku punya ide agar uang kita tidak hilang." Ujar Arkian.

  "Apa?" Tanya Abimanyu.

  "Kita rencanakan sebuah drama." Jawab Arkian.



Bersambung

Pendekar Pedang SerayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang