12. Permulaan Drama

76 17 3
                                    

12.  Permulaan Drama

Aku lupa klo ada chapter 12 yang belum di update

Jangan lupa vote sama komennya










  Tiga hari perjalanan mereka menuju ke kerajaan Marajaya untuk menemui prabu Jayarama memenuhi permintaannya membawakan Kian Santang. Tepat pagi hari Serayu bersama Chen datang ke kerajaan Marajaya dengan Kian Santang yang terikat.

   Kerajaan itu membukaan pintu masuk istana untuk Serayu juga Chen. Serayu turun dari kudanya bersamaan dengan Chen yang membantu Kian Santang.  Chen membawa Kian Santang mendekati Serayu untuk membicarakan sesuatu.

   "Ingat, jangan hancurkan drama yang dimainkan. Ini masih permulaan, mengerti?" Kian Santang mengangguk.

  Raja Jayarama datang bersama dengan para prajurit pilihannya. Ia tersenyum senang melihat Kian Santang tertangkap dalam keadaan hidup-hidup. Serayu membuka tudungnya begitu juga Chen.

   "Bagus sekali. Aku senang kau menangkap Kian Santang dengan keadaan hidup padahal aku menyuruhmu membawa kepalanya saja." Kata Jayarama.

   "Bukankah justru bagus aku membawa dia hidup hidup agar yang mulia dapat menyiksanya?" Balas Serayu dengan dingin.

  Jayarama kembali tersenyum lebar lalu ia ingin mengambil Kian Santang tapi Chen menghalanginya. 

  "Tidak semudah itu. Ada uang ada barang." Kata Chen dingin membuat Jayarama terdiam.

  Serayu tersenyum tipis, "Mana uang kami?" Kata Serayu,"Kami tidak akan menyerahkan Kian Santang jika uang kami belum diberikan."

   Jayarama memandangi Serayu dan Chen ia ternyata tidak bisa membodohi dua pembunuh bayaran ini. Jayarama memanggil prajuritnya untuk mengambilkan sekantong emas. Prajurit itu datang dengan sekantong emas tapi dua pembunuh bayaran itu tersenyum sinis.

   "Ini sekantong emas untuk kalian." Ujarnya melemparkan kantong emas itu ketanah.

  Chen dan Serayu menatap hal itu, tentu saja mereka tidak suka diperlakukan seperti itu.

  "Hanya sekantong emas bahkan cara memberikannya saja tidak sopan! Apakah raja tidak memiliki tata krama?" Sarkas Chen.

  "Kami meminta tiga karung emas bukan sekantong emas." Ujar Serayu.

  Jayarama memandang tak suka pada Serayu, "Bukankah harga sekantong emas cukup untuk kalian? Hanya membawa Kian Santang saja kalian sangat lama." Ujarnya membuat Serayu menggeram emosi.

  "Kau pikir kami pembunuh bayaran murahan? Kau pikir kami tidak menggunakan tenaga untuk kesana? Semakin besar perjalanan kami dan targetnya apalagi anak raja atau raja maka bayarannya sangat mahal." Jelas Serayu.

  "Berikan kami tiga karung uang emas besar atau Kian Santang akan kami pulangkan kerumahnya?" Jayarama menghela nafas mendapat pilihan itu.

  "Ambilkan tiga karung besar berisi koin emas." Pinta Jayarama terpaksa.

  Kian Santang hanya menggeleng pelan melihat pembunuh bayaran ini memaksa dengan bayaran yang mampu uangnya diberikan pada rakyat. Tiga prajurit yang datang membawa karung emas itu langsung menggantungkannya pada kuda milik Chen.
Chen menyerahkan Kian Santang kepada Jayarama.

   "Terima kasih uangnya kalau begitu kami pergi." Ucap Chen lalu pergi bersama Serayu.

  Setelah kepergian dua pembunuh bayaran itu Kian Santang diantar kepenjara untuk dikurung sebelum diekskusi mati pada tepat tengah hari nanti. Serayu dan Chen membawa kudanya kearah teman-teman mereka yang mengawasi jauh dari istana.

____^^^____

   "Bagaimana?" Tanya Abimanyu, Serayu menunjuk kuda milik Chen yang berisi tiga karung emas dengan kepalanya.

  "Cuma tiga karung?" Kata Guanheng.

  "Memangnya gege mau berapa?" Tanya Rara Santang yang berada dibelakang Guanheng.

  Guanheng yang dipanggil sebutan gege wajahnya langsung memerah, "kau memanggilku apa tadi? Gege?" Tanyanya.

"Wahhh jantungku berdegup sangat kencang." Ujarnya lebay.

  Arkian, Chen dan Abimanyu menatap sinis pada Guanheng.

  "Mulai." Kata Arkian.

  Rara Santang yang mendengar hanya diam menunduk, apakah salah memanggilnya dengan sebutan gege.

  "Apakah aku salah memanggil seperti itu?" Tanya Rara Santang yang tentu saja langsung digelengin oleh Guanheng.

  "Tidak cantik. Aku malah senang dipanggil seperti itu hehehe." Rara tentu saja tambah menunduk dengan wajah yang juga memerah sambil berucap istighfar dalam hati.

  Arkian yang menatap Guanheng langsung menendang pantat pemuda itu karena kesal.

Guanheng diperlakukan seperti itu tidak terima ia pun membalas Arkian dengan mengapit kepala Arkian kebawah ketiaknya. Chen bersorak pelan melihat dua orang temannya bergelut sampai berguling ditanah. Abimanyu hanya menggeleng maklum melihat dua pemuda sudah kepala tiga itu masih seperti anak kecil. Serayu memutar matanya malas, ia pun turun dari kuda lalu menggerakan tangannya dan keluarlah akar dari tanah. Akar itu ia kerahkan pada dua orang tadi yang bergelut hingga bergelantungan.

  Dua pemuda itu tentu saja terkejut dan hanya pasrah bergelantungan dengan cara terbalik. Chen tertawa sampai menepuk tanah karena melihat kedua temannya diperlakukan seperti itu.

  "Astaga." Geleng Abimanyu.

  Rara Santang hanya terdiam karena terkejut melihat kelompok pembunuh bayaran ini terbilang lucu yang tidak mengingat umur.

  Serayu bersandar dibawah pohon sambil memandangi dua pemuda itu yang meminta dirinya untuk menurunkan.

  "Serayu tolong turunkan kami?" Pinta Aheng yang tidak dihiraukan oleh Serayu.

  "Hei, kalian gunakan otak masa pembunuh kelas kakap tidak bisa melepaskan jeratan akar begitu." Kata Chen.

  "Diamlah kalian atau mau ku sembelih?" Ucap Serayu dingin membuat mereka diam sambil meneguk salivanya. Sedangkan Serayu menutup matanya untuk menjernihkan pikirannya.

   "Kita tunggu sampai siang setelah itu Aheng akan masuk kesana untuk membebaskan pangeran." Ujar Serayu.

  "Apakah rayi ku baik baik saja? Prabu Jayarama tidak akan membuat rayiku dibunuh kan?" Tanya Rara yang khawatir.

   Abimanyu menatap Rara, "Tenang saja Aheng akan memainkan drama yang kita buat." Ujarnya sambil menepuk tenang kepala Rara Santang.

  "Istirahatlah." Rara Santang terpaksa mengangguk, ia pun pergi kesebuah pohon lainnya dan duduk disana. Jujur saja ia tidak nyaman bergabung dengan Serayu karena tatapan gadis lebih tua darinya itu sangat menusuk.

  Rara juga sering teringat Kenari Rindu dari Serayu sendiri. Wajah itu selalu membuatnya teringat akan kesalahannya yang pernah menampar Kenari Rindu dan tidak menginginkan Kenari Rindu bersama adiknya.

Ia juga sudah tahu bahwa Serayu dan Kenari Rindu sangatlah berbeda, banyak sekali perbedaannya. Dari segi umur, tinggi badan dan kecantikan, tentu saja Serayu sangat unggul.  Rara akui itu, Serayu memang unggul.

Wajah tanpa polesan apapun kecantikannya bak seorang putri raja, kulit putih seperti saljunya sangat membuat orang terkesan.

Mata Serayu juga berbeda dengan Kenari Rindu, Serayu memiliki bulatan mata cantik yang berwarna coklat hazel terang begitu pun kakaknya. Katanya mata itu menurun dari ibunya sedangkan Kenari Rindu jika menggunakan kekuatan matanya baru berganti. Kenari Rindu merupakan anak seorang iblis yang hanya saja dilahirkan oleh rahim manusia–ratu Agni. Berbeda dengan Serayu yang ternyata hanya anak seorang petani.

  Rara Santang memandangi Serayu ia sedikit terkejut melihat perempuan itu tersenyum lebar dan terkesan anggun juga manis apalagi lesung pipi sebelah kirinya membuat menambah kecantikan Amaranggana Serayu.
Hanya Rara Santang yang menyadari senyuman itu, 4 pemuda disana tidak melihat senyuman Serayu semanis itu.

   "Aku akui kau memang bukanlah Kenari Rindu, Serayu." Ucapnya pelan sangat pelan.

Bersambung.

Pendekar Pedang SerayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang