03

536 41 11
                                    

Kiana tahu hatinya berdebar tak keruan, itulah sebabnya ia memilih untuk melarikan diri. Perkataan Dio dengan ekspresi wajahnya yang nampak datar-datar saja rasanya benar-benar kombinasi aneh bagi Kiana. Seolah kata-katanya menggoda, namun ekspresinya acuh tak acuh.

Ia memilih duduk sendirian di taman rumah sakit. Seharusnya, Kiana tidak boleh terlena. Terlalu banyak masalah yang ada disekitarnya akhir-akhir ini. Godaan Dio seharusnya tidak beratti apa-apa, mengingat Dio pun masih sosok yang terlalu sulit ditebak. Keputusannya mengajak Kiana rujuk pun semata-mata karena permintaan eyang, bukan kemauannya sendiri.

Kiana sepertinya tahu bahwa kini dirinya terdesak. Keluarga Dierja akan sangat menguntungkan bila mereka turun tangan dimasalahnya. Power mereka kuat, uang mereka banyak. Mereka bisa dengan mudah membalikkan keadaan dan membuat Dewanti menyerah mengganggu hidupnya dan mamanya.

Walau artinya Kiana harus kembali pada Dio.

Kiana mengusap wajahnya kasar. Ia mendapati ponselnya berisi panggilan dari Andara. Sahabatnya itu seharusnya sedang sibuk di Kanada bersama suaminya, namun masih memiliki waktu untuk selalu bertanya kabar soal dirinya.

"Maura bilang mama kecelakaan ya?"

Tanpa salam, Andara sudah memberondongnya dengan pertanyaan.

"Iya tapi sudah ditangani dokter. Mama sekarang lagi istirahat."

"Syukurlah ... lo udah makan?"

"Nggak lapar, Ra."

"Makan bego, nanti kalau lo yang sakit, malah lebih ribet."

Kiana tertawa. Andara memang paling menyebalkan kalau sudah bicara. Isinya selalu seenaknya. "Nanti deh, sekarang gue belum laper."

"Lo ko di luar? Mama sama siapa?"

"Gue cari angin dulu, pusing kepala. Kebetulan juga mama ada yang nemenin."

"Siapa?"

"Ada."

"Siapa, nyet?"

Kiana menghela napas. "Dio."

"Oh Di - apa? Dio si Dio klan Dierja? Mantan laki lo? Ko bisa?"

Andara terlalu histeris. Wajar sih, Kiana mafhum. Andara dan Maura adalah saksi perjalanan cintanya dan Dio. Mereka berdua juga yang tahu bagaimana Kiana yang terlihat baik-baik saja akhirnya memilih bercerai karena alasan sepele; tidak cocok.

Kiana memang tidak mengatakan pada siapapun perihal kisah rumah tangganya dengan Dio. Baginya itu rahasia. Kehormatan Dio pun tetap ia jaga sekalipun perasaannya terluka.

"Iya, Dionata Dierja. Mantan suami gue."

"Maksud gue, kenapa ada doi di sa - njing, dia di belakang lo."

Kiana terkejut dan reflex mematikan panggilan video dengan Andara. Menoleh ke belakang, Dio sudah berdiri tak jauh dirinya. Sekitar 5 meter dengan wajahnya yang masih selalu berekspresi sama. Di tangannya, sebuah paper bag disodorkan pada Kiana.

"Cheese Salmon Kani Mentai Rice kesukaan kamu. Ini udah sore, kamu pasti belum makan, 'kan?"

Kiana tertegun. Makanan favoritnya yang masih diingat oleh Dio.

Melihat Kiana tak bereaksi, Dio memilih mendekat dan duduk di samping Kiana. Dibukanya makanan yang ada dalam paper bag. Dio mendekatkan sumpit yang berisi makanan di dekat bibir Kiana.

"Makan dulu."

Kiana menurut, ia membuka mulut. "Aku bisa makan sendiri," omelnya dengan mulut penuh.

"Oke."

Dancing On My OwnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang