PROLOG

2.3K 143 44
                                    

11 Januari 2021

"Let's get divorced, Dio."

Tepat di perayaan pernikahan mereka yang ketiga tahun, Kiana mengatakan hal itu sebagai hadiah untuk Dionata. Ia mengatakannya dengan wajah secerah matahari di pagi hari. Tanpa beban, tanpa rasa keragu-raguan sedikitpun.

Dio tentu saja terkejut. Meski keterkejutannya tak ditampilkannya dalam ragam ekspresi wajah -sebab ia memang selalu berekspresi datar dan dingin. Ia sejenak diam dan mencoba mencerna. Ditatapnya mata Kiana sesaat.

"Oke, kalau memang itu kemauan kamu."

"Aku harap kamu bahagia."

"You too."

Kiana meniup lilin yang ada di kue anniversary ketiga tahun pernikahan mereka. Kue yang dibuat oleh Kiana sendiri seharian ini. Kue red velvet kesukaan Dio yang selalu Kiana buat setiap momen spesial tanpa Dio minta.

"Kamu jangan lupa cicip kuenya ya. Aku mau istirahat dulu."

"Oke."

Kiana melangkah menuju kamarnya dengan wajah riang yang hilang. Senyum cerah yang ia tunjukkan di hadapan Dio tak lagi terukir. Seolah Kiana telah melepaskan topengnya. Menampilkan sisi muram durja yang sebenarnya. Ekspresi paling tepat ketika ia akhirnya mengatakan hal yang paling ingin dihindarinya selama ini.

Saat pintu kamarnya tertutup, Kiana merasakan tubuhnya luruh. Tersandar sempurna pada pintu, ditemani derai air mata yang datang berbondong-bondong. Napasnya tertahan, sesak bukan kepalang. Dipukulnya kuat-kuat agar mereda, namun justru tak berkurang.

Nothing hurt more than realizing the meant everything to you but ... you meant nothing to him.

Kiana merasakan itu.

Dan memang semenyakitkan itu.

Dan memang semenyakitkan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua Tahun Setelahnya

Dio tahu, sepupunya memang paling bisa membuat orang lain merasa jengkel. Janji Cakra untuk menemaninya berkeliling Bandung harus dibatalkan sepihak tepat ketika Dio sudah bersiap. Satu jam setelahnya, ia jenuh juga menghabiskan hari di dalam hotel. Sebab itulah, ia memilih berkeliling seorang diri.

Pagi Bandung yang sendu. Mendung namun bukan yang bersiap hujan. Cuaca yang cocok untuk dinikmati berjalan kaki di sekitaran jalan Braga. Memotret beberapa hal menarik, mencicipi makanan enak, atau sekedar minum kopi di kafe dan melamun setelahnya. Tepat ketika kopinya tersisa setengah, mata Dio menangkap sosok itu.

Sosok perempuan yang telah menghilang selama dua tahun dari hidupnya.

Kiana.

Dio bergerak cepat. Tergesa meninggalkan kafe dan berusaha mengikuti kemana langkah sosok yang diharapkannya benar Kiana. Meski sempat beberapa kali hampir kehilangan jejak, namun sosok berbaju navy itu akhirnya berhenti.

Dia di sana, masuk ke Grey Art Gallery dan sedang menatap sebuah lukisan lamat-lamat. Meski hanya sosok belakangnya yang Dio lihat, namun hatinya 100% yakin bahwa perempuan itu benar Kiana.

"Kia."

Pelan sekali Dio memanggil nama itu, namun tak butuh waktu lama untuk sosok itu berbalik menghadapnya. Mata bertemu pandang. Bisu menjadi penengah. Dio dan Kiana saling bertemu setelah dua tahun lamanya mereka resmi bercerai.

"Kia, marry me again."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dionata Dierja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dionata Dierja

Kiana Ayu Ardhiona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kiana Ayu Ardhiona

Dancing On My OwnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang