Episode 31

37 1 0
                                    

Selamat membaca teman-teman. Semoga terhibur dengan cerita di episode ini yaaww...
Selalu dukung Biru Zen terus yaw dan boleh bantu vote jugaaaaa!!!!

Usiaku sekarang sudah delapan belas tahun. Kak Ceo sudah dua puluh tahun. Kak Ceo selalu menjemputku setelah pulang sekolah. Kak Ceo juga sudah sedikit sibuk dengan pekerjaannya dan kuliahnya.

Dia hanya membantu Tante Claudia di perusahaan. Tapi bagaimanapun, itu semua akan di tanggung Kak Ceo nanti. Aku hanya fokus bersekolah untuk saat ini. Tidak ada hal spesial di hari-hariku. Kecuali bersama Kak Ceo.

***

Kacamataku berembun karena perubahan suhu. Aku memasuki Mall bersama Kak Ceo. Kak Ceo terus menggandeng lenganku sepanjang perjalanan. Kami sedang berburu makanan sekarang. Karena hari ini adalah tepat empat tahun kami bertemu.

Kami terus berjalan menyusuri Mall. Sebuah ponsel berdering, itu ponsel Kak Ceo. Ada telepon masuk. Kami berhenti tepat di depan toko cincin. Kak Ceo menyuruhku untuk menunggu di sini sebentar.

"Kamu tunggu dulu di sini sebentar, ya, Sayang." Kak Ceo bergegas pergi ketempat yang sedikit sepi agar tidak bising.

Aku menatap logo toko itu. Aku tertarik. Kakiku melangkah masuk. Aku melihat berbagai cincin dan banyak perhiasan lain di sini.

"Mau mencari apa, Kak? Cincin pertunangan, cincin pernikahan, atau yang lain." Seorang wanita cantik berseragam khas toko ini, bertanya.

"Masih ingin melihat-lihat dulu." Aku tersenyum.

"Baiklah, jika butuh sesuatu bisa panggil saya." Dia bergegas pergi untuk menyambut pelanggan lain.

Mataku terus menjelajahi rak kaca yang tersusun rapi di sana dan di sini. Banyak perhiasan indah di sini. Banyak permata yang berkilauan. Permata tuaku ini bisa minder melihat mereka.

Aku terpikat dengan salah satu cincin. Mataku membulat. Cincin itu benar-benar menarik perhatianku. Aku menghampiri rak cincin itu. Aku terus saja memandanginya.

Terdengar suara langkah kaki dari belakang. Dia memegang pundakku. Aku menoleh.

"Aku mencarimu loh, Sayang. Ternyata di sini." Kak Ceo mengesap pundakku.

"Iya, tadi cuma ingin lihat-lihat saja. Ayo pergi." Aku menarik tangan Kak Ceo.

"Kamu sedari tadi memandangi cincin ini terus. Kamu mau?" Kak Ceo tersenyum. Khas dengan mata sipitnya.

"Tidak. Sudahlah ayo pergi, Kak." Aku bersungut-sungut sambil menarik tangganya.

"Sepertinya ini cincin pernikahan. Kamu masih terlalu dini untuk aku nikahi, Sayang." Kak Ceo tertawa kecil. Aku memukul bahunya.

"Apasih, Kak. Bukan begitu, aku hanya melihat cincin itu. Apa salahnya? Sudahlah ayo." Aku terus menarik lengannya dengan kuat. Semua orang di toko mengarahkan pandangannya kepada kami berdua.

"Baiklah, ayo. Aku tahu kamu laparkan?" Kak Ceo bertanya jahil.

Aku tersenyum lebar. Aku mengangguk setuju. Kami berjalan menuju restoran yang menarik untuk dicoba. Aku masuk kesalah satu resto jepang. Kami duduk, lalu memesan makanan.

"Sayang, sebentar ya, aku ingin ketoilet dulu." Kak Ceo berdiri dari duduknya. Aku hanya mengangguk.

Makanan yang kami pesan akhirnya datang. Aku terus melihat keluar restoran. Kak Ceo belum datang dari tadi. Ini sudah hampir lima belas menit. Setelah aku menunggu beberapa menit lagi, Kak Ceo datang. Aku menghela napas lega.

"Kenapa tidak langsung makan saja?" Kak Ceo menarik bangku untuk diduduki.

"Harus tunggu Kak Ceo pokoknya!" Aku berseru.

Permata Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang