Epilog

46 3 0
                                    

Selamat membaca teman-teman. Semoga terhibur dengan cerita di episode ini yaaww...
Selalu dukung Biru Zen terus yaw dan boleh bantu vote jugaaaaa!!!!

Tiga tahun berikutnya....

Aku berdiri di depan meja rias. Banyak jenis riasa yang menempel di wajahku. Pipiku yang diberi warna rona. Kelopak mataku yang terlihat segar. Ujung mataku yang dibuat menjulang tinggi. Bibir yang dihiasi warna merah.

Aku dibantu menggunakan gaun pernikahan yang sudah disiapkan sejak lama. Gaun berwarna putih dengan bnyak manik-manik yang menempel di gaun itu.

Seseorang membuka pintu. Aku membalikkan badan. Disana  terlihat Tante Melati, Om Putra, dan Willy. Tante Melati memelukku. Matanya merah, karena terlalu banyak mengelurakan air mata. Sama seperti Mama tadi. Tante Melati mengelus wajahku.

"Selamat ya, Ovanya." Willy meraih pundakku. Aku tersenyum.

Setelah sesi rias selesai, aku di tuntun untuk di bawa menuju pelaminan.

Aku didampingi Mama dan Papa untuk berjalan menuju pelaminan. Mama dan Papa mengandeng tanganku. Mata Mama masih merah karena terlalu lama menangis. Mama tidak berhenti mengelurkan air mata sedari tadi.

Aku berjalan dengan perasaan yang tercampur aduk. Senang, sedih, terharu. Semua tamu undangan mengarahkan pandanganya kepadaku. Mereka lantas bertepuk tangan.

Mataku yang buram melihat Kak Ceo di ujung sana. Bersama Tante Claudia dan Papanya. Aku semakin dekat dengan panggung pelaminan. Mata Tante Claudia berkaca-kaca. Dia membawa secarik tisu di tangannya.

Kak Ceo mengulurkan tangannya. Aku naik ke pelaminan bersama Kak Ceo. Kak Ceo terus menggandeng tanganku. Sekilas aku melihat teman dan kerabat dekatku. Mataku buram karena tidak memakai kacamata, sengaja. Agar riasanku tidak tertutupi kacamata.

Aku melihat Touta di sana. Mata, hidung, dan pipinya merah. Dia menangis sedari tadi melihatku di ruang rias. Bahkan sehari sebelum hari pernikahanku, dia menginap di rumahku, dan terus-menerus menangis sepanjang hari. Sangat membingungkan.

"Yaampun! Anak ceroboh ini sudah mau menikah! Kenapa kamu menikah lebih dulu? Kamu anak ceoroboh harusnya biarkan aku dulu yang merasakan pahit manisnya pernihakan. Agar kamu tidak terjerumus dalam rasa pahitnya, Ovanya! Dasar bodoh." Dia mengatakannya dengan air mata yang terus mengalir malam itu.

Air matanya tidak mau berhenti sampai saat ini. Dia duduk di kursi paling depan. Katanya dia ingin menyaksikanku paling depan.

"Dari dulu juga aku yang jalan lebih dulu dari kamu, aku pokonya harus duduk di kursi paling depan. Duduk di pelaminan sebelahan dengan kamu dan Ceo juga tidak apa! Pokoknya mau paling depan! Ingat itu ya, paling depan!" Itu perkataanya sebulan sebelum acara ini berlangsung. Bahkan dia sudah memesan tiket sebelum dekornya di pasang.

Touta juga datang bersama pacarnya. Mungkin bisa juga disebut calon tunangannya.

Aku juga melihat sekilas Zueya, Aila, Syasya, Darel, Ziko beserta pacaranya, dan ada sikembar Bumi dan Bulan disana. Mataku memang buram karena tidak memakai kacamata, tapi aku bisa mengenali orang dari postur tubuhnya.

Aku sempat sedih saat Zueya bilang dia tidak bisa datang karena dia akan juga akan mengadakan pertunangan dalam waktu dekat. Namun, nyatanya dia tetap datang. Aku benar-benar terkejut saat itu.

Aila berdiri di samping Zueya. Dia juga datang bersama pacarnya. Aku sengaja menaruh Zueya, Aila dan Touta duduk di bangku yabg bersebelahan. Karena, mereka adalah sahabat terbaikku.

Banyak sahabat Kak Ceo juga yang datang. Mereka bernyanyi di atas panggung untuk memeriahkan acara pernikahan ini. Mereka juga membuat lagu yang mereka ciptakan sendiri, khusus untuk hadiah pernikahanku dengan Kak Ceo.

Aku dan Kak Ceo saling tatap. Aku mengganti posisi berdiriku menjadi berhadapan dengan Kak Ceo. Sekarang tubuh kami berhadapan. Mata kami bertemu kembali.

Air mataku jatuh saat menatap manik matanya. Kak Ceo menyeka air mataku yang terus jatuh. Padahal, air matanya juga terus terjun. Bahkan lebih banyak dariku. Dia tidak pernah membiarkan ari mataku jatuh kelantai.

Sebuah ingatan melintas terlintas di benakku. Tidak ada yang tahu bahwa aku akan menikahi pria yang dulu bahkan aku anggap hantu. Pria yang kuanggap angin lalu. Namun, sekarang kami malah berdiri di pelaminan yang sama.

Pria jakung itu memang menyebalkan. Kata-katanya yang sembrono, perilakunya yang jahil, memaksaku untuk terus belajar. Itu semua sifat menyebalkannya.

Senyumnya yang khas, dengan mata sipitnya. Orang yang selalu tersenyum dan tenang saat aku khawatir dengan keadaan. Dia yang tidak mau air mataku terjatuh. Siap mendengarkan ceritaku dengan baik. Itu semua membuatku nyaman berada di sampingnya.

Jika dulu aku menyerah, mungkin, aku tidak akan berdiri di atas pelaminan sekarang. Jika Kak Ceo tidak mengejarku di saat hujan waktu itu, mungkin, sekarang kami tidak akan bertemu lagi.

Namun, itulah takdir. Tidak ada yang tahu dan tidak bisa diprediksi. Tidak semua berjalan sesuai kehendak kita.

Acara peenikahan dimulai. Kami mengucap janji suci. Kak Ceo melingkarkan cincin di jari manis tangan kananku. Aku juga melingkarkan cincin di jari manis tangan kanannya.

Dia memelukku dengan erat. Air matanya masih terus mengalir deras. Dia melepas pelukan itu. Menatapku dengan senyumnya. Khas dengan mata sipitnya. Semua tamu undangan bertepuk tangan, ramai.

Dan cerita ini diakhiri dengan kecupan yang mendarat di dahi dan bibir merahku...

Yeyyyyyyy sudah ending teman-teman!!!! Terimakasih untuk teman-teman sekalian yang mau membaca cerita Biru Zen dan mendukung Biru Zen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeyyyyyyy sudah ending teman-teman!!!! Terimakasih untuk teman-teman sekalian yang mau membaca cerita Biru Zen dan mendukung Biru Zen...

Kira-kira rate untuk cerita Permata Jiwa ini berapa manteman??? Hehehehe

Dadahhhhh, see you next time yaaa!!!

Muah muah buat kaliannn semuaaaa...

Oh iya, untuk gambar yang di atas bisa di cek di ignya @yvn_art19 yaww heheheheh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Permata Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang