6. Serangan Pertama

70 10 0
                                    

 Setelah menemukan yang dicari, Cinta mengambil dua buah piring. 

 "Kakak, lihat aja nih. Bakal dapet kejutan apa dari adekmu," gumamnya sambil menyiapkan nasi goreng di piring.

 "Eh, salah ding. Siapa juga yang mau jadi adeknya? Hih!"

 Cinta bersiap dengan dua piring nasi goreng. Ia melihat ke arah dua pria di ruang makan, lalu berdehem sebelum melangkah.

 "Sarapan datang!" serunya dengan sumringah.

 Aris dan Aksa otomatis menoleh mendengar suara Cinta, sedangkan Cinta kembali memasang senyum sambil melangkah ke ruang makan. Cinta bertemu pandang dengan Aksa sekilas, kemudian dua piring nasi goreng itu diletakkan di atas meja.

 "Kamu nggak sarapan sekalian?" tanya Aris pada Cinta karena putrinya itu hanya menyiapkan dua piring nasi goreng.

 "Enggak, ah." jawabnya sembari mengambil sebuah apel merah yang berada di tengah meja makan.

 "Mumpung masih anget, biasanya kamu kan suka banget sama nasi goreng bikinan Aksa ini."

 Cinta yang sedang menggigit apel seketika berhenti, ia terkejut oleh ucapan ayahnya. Cinta memandang Aksa yang juga sedang memandangnya. Aksa sama terkejutnya dengan Cinta, ia tak menyangka gadis itu pernah menikmati masakannya bahkan sangat menyukainya.

 "Si_siapa yang suka banget? Biasa aja," bantahnya dengan gugup.

 Cinta segera beranjak dari ruang makan. Gadis itu bersembunyi di balik sekat pembatas ruang makan dan ruang keluarga. Ia menantikan sesuatu yang telah direncanakannya tadi. Cinta menghitung dalam hati ketika Aksa sudah menyendok nasi goreng. Aksa telah menyiapkan nasi itu ke mulut, dan….

 "Uhuk!"

 "Yes," gumam Cinta melihat reaksi Aksa, setelah itu ia berlari kecil sambil menahan tawa.

 "Uhuk! Uhuk!" Aksa masih terbatuk-batuk.

 "Hati-hati, Sa." Aris mengusap punggung Aksa.

 "Ini minum dulu," Mayang menyodorkan segelas air putih.

 Usai sarapan, Aksa pergi ke halaman belakang. Aksa berniat mencari Cinta di sana. Dan benar, gadis itu sedang duduk di sisi kanan kolam renang sambil memakan apel. Cinta duduk di sofa dengan menyandarkan punggung, sedangkan kakinya menyilang sambil di goyang-goyangkan. 

 Aksa menghela nafas panjang sebelum menghampiri Cinta. Sepertinya Cinta sedang asik dengan pikirannya sendiri sampai-sampai tak menyadari jika Aksa mendekat. Hingga Aksa berdiri di hadapannya, barulah gadis itu teralihkan. Cinta mengangkat wajah, menatap Aksa yang sepertinya sedang menahan emosi. Cinta segera mengalihkan pandang ke kolam renang.

 "Kamu sengaja naruh lada sama cabe bubuk di nasi goreng aku?"

 Cinta kembali menatap Aksa dengan berani, "Kalau iya, kenapa?"

 "Maksud kamu apa? Itu nggak lucu, Cinta…."

 Cinta bangun dan berhadapan dengan pria tinggi itu. Aksa menatap Cinta dengan kedua tangan berada di pinggang. Kali ini tatapan Aksa membuat Cinta sedikit takut. Aksa mengalihkan pandang dari Cinta, lalu kembali menghela nafas panjang.

 "Buat aku itu lucu, kok," ucap Cinta sambil melipat kedua tangan di depan dada. 

 "Jadi kamu masih dendam sama aku? Bukannya kamu bilang udah lupain? Kamu belum maafin aku?" cecarnya.

 "Itu pelajaran pertama. Kamu sama ibumu sama aja," ucapnya sambil beranjak.

 Sungguh, Cinta benar-benar dibuat terkejut karena Aksa menarik lengannya sampai Cinta berbalik dan menabrak dada Aksa. Keduanya saling menatap dengan tatapan penuh amarah.

 "Kamu bilang apa tadi?"

 Cinta tak menjawab, rahangnya mengeras, masih menatap Aksa dengan berani. Detik berikutnya Aksa kembali membuat Cinta terkejut karena mendorong tubuh Cinta ke arah kolam renang. Namun Aksa memegang pinggang dan tangan Cinta agar tidak jatuh.

 "Ibuk salah apa sama kamu?" 

 Cinta tak menjawab namun masih menatap Aksa dengan kesal.

 "Kamu boleh dendam sama aku, tapi jangan bawa-bawa Ibuk," ucapnya dengan penekanan di setiap kata sambil menatap lekat.

 Tindakan Aksa benar-benar membuat Cinta takut. Setelah beberapa saat, Aksa menarik tubuh Cinta hingga berdiri di hadapannya seperti semula.

 "Itu pelajaran pertama dari aku." Bisik Aksa di telinga kiri Cinta, hingga membuat bulu kuduk gadis itu meremang.

 "Aksa! Cinta!"

 Suara Mayang membuat Aksa dan Cinta terkejut.  Aksa segera melepaskan Cinta, bahkan sangkin terkejutnya sampai membuat Cinta terdorong dan jatuh terduduk di sofa.

 "Aksa, Cinta, kalian…. Kalian lagi ngapain?"

 Aksa menggaruk bagian bawah telinga dengan kikuk, sedangkan Cinta mengerucutkan bibir sambil melihat ke arah Aksa. Sikap aneh keduanya membuat Mayang bingung.

 "Aku mau bantu beres-beres dulu," pamit Aksa, lalu segera beranjak meninggalkan area kolam renang.

 "Aku juga ke kamar dulu," pamit Cinta.

 Tinggal Mayang sendirian dengan kebingungannya. Ia memandang ke arah sang putra pergi, lalu beralih memandang ke arah putri tirinya yang masuk ke kamar. 

 Sisa pesta kemarin hampir selesai dibereskan, semua diurus oleh pihak EO. Aris sekeluarga akan meninggalkan villa siang itu. Di depan, Aris sedang memanaskan mesin mobil. Sementara Aksa sedang memasukkan beberapa koper dan tas ke bagian belakang mobil.

 Cinta datang, ia tersenyum melihat pintu depan mobil yang terbuka. Gadis itu pun melangkah mendekat. Ketika tinggal tiga langkah lagi, tiba-tiba saja Mayang muncul dan mendahului langkahnya. Yang lebih mengejutkan lagi, Mayang langsung duduk di bagian depan tanpa permisi sama sekali.

 "Eh, Dek." Mayang menoleh, "Kok, bengong? Masuk gih."

 Sangat kesal, itulah perasaan Cinta. Ia merasa Mayang telah merebut tempat duduknya. Cinta tidak lupa jika sekarang perempuan itu adalah istri ayahnya. Kemarin-kemarin pun ketika sebelum Aris dan Mayang menikah, Cinta tak pernah keberatan Mayang duduk di depan. Tapi kini semua telah berubah. 

 "St!"

 Cinta beralih memandang Aksa yang memberi isyarat agar masuk ke mobil. Aksa bahkan sudah membukakan pintu untuk Cinta. Cinta pun menghela nafas, lalu melempar tas nya pada Aksa. Aksa sigap menangkap tas itu meski terkejut. Sementara Cinta, gadis itu masuk ke mobil, lalu membanting pintu keras-keras, membuat  Aksa kembali terkejut.

 "Ada apa sih tu anak? Apa PMSnya bikin kaya gitu, ya?" batin Aksa sembari menaruh tas Cinta bersama tas-tas yang lain.

 "Yah, Pak Sodik kemana sih? Ayah nggak capek apa?" tanya Cinta sambil melihat ke sekeliling mencari sosok sang supir.

 "Udah pulang duluan tadi pagi sama Bik Yati. Nanti gantian sama Aksa kalau capek. Ayah lagi pengen nyetir," jelas Aris sembari memandang ke istrinya dengan senyuman.

 Entah kenapa kini Cinta merasa cemburu. Dalam perjalanan sang Ayah dan istri barunya mengobrol dan bercanda, apalagi ketika Aksa juga masuk dalam obrolan itu. Cinta menghela nafas, ia memilih memakai earphone dan memandang keluar jendela. Mendengarkan lagu-lagu Korea favoritnya membuat perasaan Cinta sedikit lebih baik, hingga perlahan matanya mulai terpejam.

 "Kamu jangan heran ya, Sa. Cinta itu anaknya pelor. Udah gitu nanti susah di bangunin," ujar Aris.

 "Pelor?" tanya Aksa bingung.

 "Nempel molor," jelas Aris.

 Ketiganya pun tertawa, sedangkan Cinta sudah sampai ke alam mimpi.

AKSA dan CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang