[Chapter 1]

143 62 70
                                    

DENGAN KALIAN BERKUNJUNG KEMARI ITU MEMBUAT SAYA SANGAT BAHAGIA😍
.
.
.

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Persahabatan antara Melona Almaesha dan Galang Alverio berlangsung lama, dari mereka memakai seragam putih-merah sampai dengan saat ini mereka sudah memakai seragam putih abu-abu.

Mereka berdua sangat pandai menjaga persahabatan yang mereka bangun sejak lama itu. Mereka lalui hari demi hari, bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun dengan canda tawa di setiap detiknya. Walaupun ada sedikit pertengkaran namun itu juga adalah hal yang wajar.

"Melon!" teriak Galang dari luar gerbang rumah Melona, cowok itu masih menangkring manis di atas jok motor N-Max nya.

Menjemput sahabat perempuannya itu setiap hari merupakan kebiasaannya, bahkan sampai Galang anggap itu adalah kewajibannya.

"Melon, itu Galang udah di depan," beritahu Melda--Mamanya Melona.

"Iya sebentar, Ma," sahut Melona, cewek itu masih disibukkan untuk mengikat tali sepatunya.

Setelah selesai, Melona meluncur keluar pintu rumah dengan semangat membara, siap untuk mengejar pertemuan dengan sahabat setianya. Namun, dalam kecepatan yang penuh antusiasme, hampir saja kegirangan itu berubah menjadi momen yang tak terduga. Kakinya menginjak tali sepatu yang nakal, merayapi lantai, dan hampir menjatuhkannya.

"Pelan-pelan, Melon." tutur Nenek melihat cucunya berlari-lari saat nenek sedang menyapu.

"Gausah lari-lari, Galang ga akan ninggalin Melon, kok." ucapan Galang, seperti melodi lembut, mengalir menyelamatkan keindahan langkah Melona. Tatapan lembutnya seperti pelukan tak terlihat, menenangkan hati Melona yang hampir kehilangan keseimbangan.

Melona membungkuk dengan elegansi, tangan manisnya menumpu lembut di lutut yang memancarkan ketangguhan. Napasnya, yang terengah-engah, kemudian dihentikan sejenak, menunggu momen keajaiban memudar. Dengan segera, tangannya menari di udara, memperbaiki kerutan pada tali sepatunya yang menyelip dari kenyamanan.

"Ngapain liatin gue begitu?" Melona mencoba mencairkan keheningan, merasa dirinya dipermalukan oleh sorot mata sahabatnya. Meskipun begitu, kehangatan yang terpancar dari tatapan itu merintangi kesegaran pagi Melona, membuatnya merasa dihargai seiring detik-detik yang berlalu.

'Lo cantik, Mel.' batin Galang.

Setelah selesai merapikan tali sepatunya, gadis dengan rambut tergerai sepanjang pinggang itu pun kembali berdiri. Melona menatap heran sahabat laki-lakinya itu sepertinya sedang melamun, ia pun melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Galang, bermaksud untuk menyadarkan dari lamunannya.

"Galang Alverio, haloo!"

Galang menggeleng-gelengkan kepalanya sedikit dan megerjapkan matanya berkali-kali. "Eh iya, udah?" tanyanya kikuk.

"Hayoo Galang ngelamunin apa sampe gue panggil ga nyaut?" ledek Melona, gadis itu terus menaikturunkan alisnya.

"Hah ngga ada, udah buruan naik," titah Galang dengan sedikit melirik jok belakangnya.

"Eh bentar-bentar," ucap Galang membuat Melona berhenti dengan kegiatannya, memakai helm bulat kesayangannya.

"Kenapa, ada yang ketinggalan?" tanya Melona heran, tak lupa dengan menaikkan sebelah alisnya.

Secret DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang