Seorang pria berambut biru tua dan bermata biru dengan mengenakan kacamata yang menghiasi wajahnya tengah sibuk menggerakkan jari-jarinya di atas keyboard komputer miliknya. Dengan rokok yang tergigit di bibirnya, pria itu menatap layar komputer dengan kesal. Tiba-tiba gerakannya terhenti dan melihat kearah jam tangan yang menghiasi tangan kirinya.
"Sudah waktunya," ucap pria itu sambil berdiri lalu terdengar suara pintu yang terbuka dan memperlihatkan dua orang pria berkacamata hitam dengan mengenakan setelan jas hitam.
"Professor, sudah saatnya kita pergi."
"Cih ... aku tahu," ucap pria berjas laboratorium itu sambil mengambil putung rokok yang ada di mulutnya lalu membuangnya begitu saja. "Tempat ini sudah tidak berguna."
Setelah mengatakan itu, Professor mengambil koper tangannya dan berjalan meninggalkan laboratorium yang sudah ia gunakan selama hampir lima puluh tahun untuk melakukan penelitiannya.
Ketiga pria itu segera pergi dengan menggunakan mobil bersamaan dengan laboratorium yang meledak tanpa mempedulikan pekerja yang masih berada di dalam gedung. Pria berambut biru itu dapat mendengar dengan jelas suara teriakan manusia yang terjebak dalam laboratoriumnya, namun ia hanya menatap kearah laboratorium yang sudah terlahap oleh kobaran api itu dengan pandangan kosong dan dingin.
***
Angin malam di musim dingin berembus dengan lembut memberikan rasa dingin yang menusuk. Namun, pria berambut biru tua terlihat tidak mempedulikan rasa dingin itu dan tetap sibuk mengeluarkan alat-alatnya dari koper dengan hanya mengenakan jas laboratoriumnya. Rokok baru menghiasi bibirnya selama ia sibuk mengeluarkan alat-alat dari kopernya.
Sedangkan kedua orang berjas hitam itu dengan tenang mengawasi pria berambut biru itu dari jarak aman. Meskipun hari telah menunjukkan malam hari. Namun, kedua pria berjas hitam itu terlihat tidak ingin melepaskan kacamata hitam mereka dan tetap fokus dengan pekerjaan mereka dalam mengawasi professor yang ada di hadapan mereka.
"Semua telah siap," ucap pria berambut biru itu dengan nada pelan, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mendengarnya.
Meskipun mereka saat ini berada di salah satu taman yang ada di Shibuya, dan dalam keadaan tengah malam. Tidak mungkin ada orang yang akan datang ke taman di tengah malam, kecuali orang-orang yang sedang mabuk.
Namun, pria itu terlihat tidak khawatir dengan orang lain, kecuali pria yang ada di belakangnya itu. Meskipun mereka berdiri di jarak yang aman. Pria berambut biru itu tidak yakin jika kedua pria itu bisa mendengarnya atau tidak jika berbicara dengan nada biasa.
Professor mengeluarkan laptop yang telah menemaninya dalam menjalani penelitian selama hampir lima puluh tahun itu. Laptop yang telah ia modifikasi agar tidak mudah di buka kecuali oleh dirinya dan akan hancur secara otomatis jika orang lain selain dirinya menyentuh laptop kesayangannya itu.
Professor memainkan jari-jarinya dengan cepat di atas keyboard laptopnya. Saat ia menekan tombol enter pada keyboard-nya, portal mesin yang ia buat di hadapannya menunjukkan cahaya berwarna biru, dan pria berambut biru tua itu dapat merasakan tekanan aura yang cukup besar dari arah portal buatannya itu.
Sehingga senyuman lebar terbentuk di wajah pria itu. "Professor! Kita berhasil!"
Mendengar nada bahagia itu, seketika senyuman lebar yang menghiasi wajah pria itu menghilang dan digantikan dengan tatapan dingin. Professor berbalik lalu tersenyum ramah kepada kedua pria berjas hitam yang terlihat senang itu.
"Benar ... aku berhasil," ucap Professor lalu menjentikkan jari dan seketika tubuh kedua orang itu meledak hingga membasahi sekitar mereka dengan warna merah darah.
Senyuman professor menghilang dan digantikan tatapan dingin saat melihat lokasi kedua pria itu sebelumnya berdiri. "Dan kalian sudah tidak berguna."
Ia kembali berbalik untuk menikmati pemandangan portal yang terlihat akan terbuka dengan senyuman lebar. "Akhirnya aku akan bertemu denganmu ... Kholkikos!"
Pria itu tertawa dengan keras seperti orang gila, tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya. Ia terlalu senang sehingga tidak menyadari jika layar pada laptopnya kini menunjukkan tanda bahaya. Saat pria itu menyadari sesuatu yang salah telah terjadi, ia terlambat. Karena porta buatannya itu meledak hingga membuatnya terpental cukup jauh dan membuatnya seketika dalam keadaan kritis.
"A-apa yang ... terjadi?" tanya pria itu sambil berusaha menatap kearah portal buatannya yang hancur dan kini terlilhat portal berwarna marah berukuran sedang berada di hadapannya. "Aku ... berhasil ... membuat ... portal ... asli muncul?"
Pria itu terlihat sangat terkejut saat melihat kemunculan portal Kholkikos yang ia ingat. Portal kini ada di hadapannya lebih besar dari ukuran portal milik Kholkikos dan tekanan aura yang ia rasakan begitu berbeda.
Portal yang awalnya dalam bentuk retakan itu kini terbuka lebar dan puluhan monster yang tidak pernah ia lihat keluar dari portal itu. "Ha ha ha ..."
Pria itu hanya bisa tertawa saat salah satu monster mendekatinya dan menusukkan tangannya ke perut pria itu sebelum akhirnya memisahkan badannya.
Kota Tokyo yang malam itu dalam keadaan tenang, seketika menjadi penuh dengan ketakutan, dan portal-portal lain mulai terbuka di seluruh Jepang hingga berbagai negara. Sehingga membuat populasi manusia menurun dengan sangat cepat.
Bersambung...
Hai hai!!
Cerita ini kembali!!
Setelah melakukan beberapa kali Revisi, akhirnya via memutuskan untuk melakukan Remake secara keseluruhan!!!
Semoga kalian terhibur dengan cerita terbaru ini!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Mondschein Pandora (REMAKE)
Fantasy"When the destruction of the World has come." Saat ledakan besar terjadi di Jepang, portal yang mengeluarkan monster-monster yang mengerikan bermunculan di seluruh dunia dan membuat seluruh manusia menjadi ketakutan. Namun, bersamaan dengan kemuncul...