Chapter 1

19 2 0
                                    

Seorang wanita berambut hitam kehijauan tengah duduk di depan dinding jendela sambil memperhatikan pemandangan kota Tokyo di siang hari dengan tatapan kosong. Ia bahkan tidak menyadari seseorang yang keluar dari lift dan berdiri di belakangnya. "Nona Arina?"

Panggilan itu seperti menyadarkan Arina dari lamunannya dan menatap kearah pria berambut silver dan mengenkan jas laoratorium lalu tersenyum ramah. "Siang, Revino. Apa kamu kesini untuk istirahat?"

Revino mengganggukkan kepala. "Benar. Apa ... nona juga sedang beristirahat?"

Melihat ekspresi Revino, membuat Arina tertawa kecil. "Kenapa kau menatapku seperti menatap seseorang melakukan sesuatu yang tidak mungkin?"

"Ah ... bukan begitu. Hanya saja, saya jarang sekali melihat Anda istirahat," ucap Revino.

"Haha ... ini karena ketua memaksaku untuk istirahat setelah seminggu lembur."

"Hah ... melihat kemunculan portal yang semakin banyak, tentu saja Anda pasti kurang istirahat," ucap Revino lalu duduk di samping Arina sambil menikmati kopi yang entah sejak kapan kopi itu ada di tangan pria berambut silver itu.

Sehingga membuat Arina melirik kearah sekaleng kopi di tangan Revino sebentar, sebelum kembali menatap pemandangan di hadapannya seperti ia tidak pernah menyadari kemunculan kaleng kopi itu.

"Jika memang ini waktu istirahat Anda, kenapa Anda masih di sini?" tanya Revino.

Mendengar pertanyaan itu, membuat Arina tertawa canggung. "Karena ini aku tidak tahu mau melakukan apa di waktu luangku."

"Memang apa yang biasanya Anda lakukan saat punya waktu luang?" tanya Revino.

"Duduk di sini sambil membaca buku, atau tidur," ucap Arina sambil tersenyum canggung.

"Hah ... bagaimana jika Anda berkeliling Tokyo untuk menghabiskan waktu luang?"

Mendengar itu, Arina langsung menatap Revino tajam. "Aku tidak memiliki waktu untuk melakukan itu. Karena kita tidak tahu kapan portal akan kembali terbuka. Jadi, aku harus selalu siap di markas."

Itu karena Anda terlalu gila kerja, nona Arina! Batin Revino yang frustasi mendengar jawaban wanita di sampingnya itu. Pada akhirnya, Revino menyerah membujuk Arina untuk meninggalkan markas dan memutuskan untuk kembali ke laboratoriumnya.

***

Malam telah tiba dengan rembulan yang menghiasi kota Tokyo. Arina tengah membaca buku di sofa kamarnya yang berhadapan langsung dengan dinding kaca dan memperlihatkan pemandangan malam kota Tokyo. Saat ia akan membalik halaman selanjutnya, gerakannya terhenti saat jam di tangan kanannya mengeluarkan cahaya merah yang menandakan keadaan darurat.

Saat Arina menekan tombol kecil di jam tangannya, terlihat layar hologram yang muncul di hadapannya. Layar hologram itu memperlihatkan peta kota Tokyo dengan titik merah di salah satu disrtik. Arina langsung menutup bukunya dan berdiri. "Equipment!"

Piyama yang sebelumnya ia gunakan kini berubah menjadi seragam organisasi. Kemeja putih yang tertutup jas militer berwarna hitam dengan lencana organisasi yang tergantung di dada kirinya, roh hitam di atas lutut, kaos kaki hitam polos diatas lutut dengan sepatu boots putih, dan sarung tangan putih.

Ia segera berjalan menuju aula pertemuan di lantai sebelas, dimana seluruh anggota organisasi telah berkumpul dengan mengenakan topeng rubah berwarna putih yang memiliki tato bunga sakura di bagian mata kirinya. Saat lift terbuka di lantai sebelas, terlihat semua anggota organsasi telah berkumpul di aula bersama beberapa ketua tim organisasi yang sudah tiba lebih dulu.

Namun, ia tidak menemukan keberadaan seseorang yang seharusnya sudah berada di aula pertemuan. Sehingga Arina hanya bisa mengembuskan napas pelan. "Nona Rina, kak Ichi sudah berada di lokasi lebih dulu bersama pasukan tim dua, dan meminta nona Rina untuk mengambil alih," ucap pria yang mengenakan topeng anjing berwarna abu-abu.

[HIATUS] Mondschein Pandora (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang