Mizu telah mengurung diri di kantornya selama berjam-jam setelah Yuzu meninggalkan ruang kerjanya. Ia tidak pernah menginjakkan kaki keluar dari ruangannya sehingga membuat Arina cukup khawatir. Karena Mizu tidak pernah bekerja lebih dari tiga jam, dan akan mengambil waktu istirahat setiap tiga jam sekali. Arina mengembuskan napas lalu mengetuk ruangan Mizu. "Masuk."
Mendengar perintah itu, Arina membuka pintu dan dapat melihat pemandangan yang sama saat ia meninggalkan Mizu sendirian di ruang kerjanya. "Bagaimana jika istirahat sebentar, ketua?" tanya Arina sambil meletakkan minuman dimeja Mizu.
Mizu menatap Arina lalu mengembuskan napas pelan dan mengambil minuman yang diberikan wakilnya. "Hah ... berapa lama aku di sini?" tanya Mizu.
"Hm ... sekitar lima jam tanpa istirahat," ucap Arina.
Mizu menganggukkan kepala lalu menatap kearah pekerjaannya yang terlihat sudah semakin berkurang. "Aku akan menyelesaikan pekerjaan terakhir setelah istirahat satu jam," ucap Mizu.
"Bagaimana jika Anda lanjutkan besok, ketua. Saya khawatir dengan kesehatan Anda jika Anda bekerja tanpa henti," ucap Arina.
"Aku baru bekerja selama lima jam. Jadi, itu tidak akan masalah," ucap Mizu.
Arina hanya bisa mengembuskan napas mendengar jawaban Mizu. Terkadang ia sendiri tidak bisa menghadapi keras kepala dari ketuanya ini. "Bagaimana dengan Yuzu?" tanya Mizu.
"Dia sudah berangkat untuk makan malam dua jam yang lalu, aku meminta Misaki untuk menemaninya," ucap Arina.
"Dia belum kembali?" tanya Mizu.
Arina menggelengkan kepala. "Belum, sepertinya Yuzu masih menikmati waktu kebersamaan dengan orang tua kalian. Tapi, bukankah ini pertama kalinya kalian bertemu kembali dengan tuan dan nyonya Ayame setelah lima tahun tidak bertemu? Kenapa Anda tidak bergabung dengan Yuzu, ketua?"
"Hah ... bukankah Anda seharusnya tahu bagaimana hubungan kami dan alasan aku dan Yuzu meninggalkan kediaman Ayame? Aku tidak ingin melihat orang tua yang hanya menganggap anaknya sebagai alat," ucap Mizu.
Arina yang mendengar itu hanya bisa terdiam. Ia tahu bagaimana buruknya klan Ayame kepada Mizu dan Yuzu. "Aku berharap jika Yuzu segera pulang, aku jadi khawatir dengan keadaannya sekarang karena berhadapan dengan dua orang itu sendirian," ucap Mizu.
"Bagaimana jika Anda menjemput Yuzu sekaligus memutus hubungan secara permanen dan biarkan saya mengurus sisanya?" tanya Arina sambil tersenyum ceria.
Mizu menatap Arina dalam diam sebelum akhirnya menyeringai. "Ide bagus nona Arina! Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Sisanya aku serahkan kepada Anda!" ucap Mizu dan langsung berlari meninggalkan Arina di ruang kerjanya.
"Baiklah, jika aku harus membereskan klan Ayame, aku harus melakukannya dengan sempurna," ucap Arina sambil mengambil gelas minuman Mizu yang sudah kosong lalu berjalan meninggalkan ruang kerja Mizu.
***
Saat Mizu tiba di restoran yang menjadi tempat acara makan keluarganya, Mizu segera di antar pelayan yang menyambutnya saat menyebut nama klannya. Pintu terbuka dan menjadi sangat terkejut saat pria paru baya yang sudah lima tahun tidak ia lihat atau mencari mereka baru saja menampar Yuzu.
Melihat kemunculan Mizu, keempat orang di ruang makan itu menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Mizu..." ucap wanita paru baya yang langsung berubah senang saat melihatnya.
"Hapus senyuman di wajahmu itu. Aku tidak ingin melihat wajah wanita yang membunuh ibu kandung kami," ucap Mizu tajam, sehingga membuat wanita itu langsung terdiam dengan wajah pucat.
"Mizu! Kau baru saja datang dan beraninya bicara seperti itu kepada ibumu!" ucap pria paru baya yang baru saja menampar adiknya. Sehingga membuat tatapan Mizu beralih kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] Mondschein Pandora (REMAKE)
Fantasy"When the destruction of the World has come." Saat ledakan besar terjadi di Jepang, portal yang mengeluarkan monster-monster yang mengerikan bermunculan di seluruh dunia dan membuat seluruh manusia menjadi ketakutan. Namun, bersamaan dengan kemuncul...