"Jujur sama abang. Kamu di apain sama mereka?" Tanya Gempa
Thorn hanya diam menunduk. Di sebelahnya ada Solar dan Halilintar dan di hadapannya ada Gempa yang terus menatapnya dengan lurus. Jujur, ini sangat mengganggunya.
Sebagai info tambahan. Mereka kini berada di perpustakan.
"Aku gak apa-apa, bang. Lagian Thorn seneng kok bantu mereka"
ia mendongakkan kepalanya sambil tersenyum'Aduh, kenapa gak ngomong jujur aja sih? Apa perasaan si Thorn ini masih tertinggal?' batin Thorn yang kesal sendiri.
"Bohong! Buktinya kakak suka bawa pulang luka ke rumah" ujar Solar
Tangannya menarik lengan baju Thorn dan menampilkan perban yang menyelimuti kulitnya dan memar biru.
Semua orang yang di ruangan itu tersentak kaget, apalagi Thorn. Ia tak tau jika anak itu bisa menyembunyikan luka sebesar ini. Pantas saja, tadi tangannya agak sedikit perih.
"Thorn, kenapa gak ngomong ke Kak Gem?"
Gempa meraih lengannya yang luka. Thorn bisa melihat tangan kakaknya gemetar. Tiba-tiba ada tangan yang mengelus rambutnya, itu Ice.
"Kalian ke UKS duluan. Aku sama Hali ada urusan sebentar" Ujar Taufan. Kerah belakangnya ditarik oleh si sulung untuk keluar dari ruangan itu, diikuti oleh Blaze yang sudah dipenuhi aura api setannya.
Mereka itu sudah tersulut emosi, biarkan saja deh.
"Sekarang kita ke UKS dulu" ucap Gempa
Segera Solar dan Ice menggontong Thorn ke Uks diikuti Gempa di depan. Demi ayam warna-warni Blaze, kenapa harus gini sih bawanya? Malu diliatin satu sekolah. Thorn yakin, habis ini ia jadi bahan omongan
.
.
.Setelah lebih dari 2 dunia ia lewati (Episode yang dibaca) Ini adalah dunia yang paling lama ia tempati.
5 hari setelah kejadian itu. Tak ada masalah lagi. Luka² di tubuh Thorn juga perlahan sembuh dan sekaligus hal yang mengejutkan juga. Ia tak tau jika tubuh Thorn dunia ini sangat parah.
Ada bekas sayatan di punggungnya, ada memar di sekujur tubuhnya, bahkan ada yang terlihat masih baru. Dan semua itu dia tahan? Apa yang dia pikirkan?
"Dasar pengecut" kalimat itu antara merutuki dirinya atau Thorn dunia ini.
"Thorn!"
Yang di panggil namanya menolehkan kepalanya, suaranya dari arah pintu. Ia menatap bingung orang yang berlari dengan keringatan di dahinya. Masalahnya lagi, Thorn tak mengenal orang itu.
"Kenapa?"
Orang itu segera menarik tangan Thorn tanpa ragu. Thorn yang di tarik hanya diam. Ia ikuti dulu orang ini hendak membawanya kemana, barulah nanti ia tanya
"Maaf. Tapi hanya kamu yang dapat menyelamatkan" Thorn menatap bingung
"Siapa yang aku selamatkan?"
"Aku"
"Hah?"
Orang itu menghentikan langkahnya sejenak dan melepaskan gengamannnya.
"Aku butuh kamu soalnya mau bikin project tanaman, tapi gagal. Kamu bisa bantu kan?" Tanyanya
Thorn terdiam. Setelah beberapa saat ia mengggangguk. Di sekolah, memang dia yang palih ahli jadi tidak heran baginya dimintai bantuan seperti tadi
"Baiklah. Kita ke lapangan belakang"
Orang itu pun mengangguk dan menggengam tangannya lagi. Emang kalau jalan bareng harus gengaman ya? Mungkin tradisi di dunia ini berbeda.
Thorn menatap sekitarnya. Sekolah ini luas juga. Dulu, ia tak sempat mengelilingi sekolahnya jadi tak tau kalau sekolahnya punya bangunan lagi. Walaupun dulu kurang tau soal sekolahnya dan hanya tau jalan menuju perpustakaan, kelas, toilet, kantin dan aula, tapi ini bukannya jalan menuju ke gudang belakang?
"Ngapain kita ke sini?"
Thorn berusaha melepaskan tangannya dari orang itu tapi cengkramannya sangat kuat.
"Ikut aja!"
Mereka sampai di gudang. Orang itu menatapannya dengan tatapan kosong dan melepaskan genggamannya begitu saja.
"Maafkan aku"
Tak lama kegelapan merenggut kesadarannya. Sialan. Ternyata suruhan si Firan.
.
"Thorn gak ada di kelas?"
Blaze menganggukkan kepalanya
"Kata temennya, Thorn di panggil anak kelas 10 tapi temennya gak tau dia siapa"
Kini mereka berenam tengah berkumpul di basment sekolah untuk pulang, namun sepertinya waktu mereka pulang akan sedikit lebih lama dari biasanya
"Sekarang udah jam 15.30. Berarti udah 2 jam Thorn pergi" Ucap Halilintar
Gempa menghela nafas kasar. Kenapa lama banget? Apa ada sesuatu ya?
"Mau kita cek aja? Dari pada gelisah begini" ujar Ice menatap Kakak ketiganya
Gempa menatap saudaranya satu-satu lalu menganggukkan kepalanya tapi sebelum mereka selangkah untuk pergi, ada suara yang menahan mereka
"Kak Gempa!!"
Keenam saudara itu menatap orang yang tengah berlari ke arah mereka dengan raut wajah gelisah. Itu adalah teman sekelas Thorn
"Kenapa ken?" Tanya Gempa mengerutkan dahinya
Orang itu berjongkok di hadapan mereka. Ia seperti berlari dari lantai 5. Bajunya dan wajahnya penuh dengan keringat.
"Si Thorn, dia–"
"Kenapa oi?!" Taufan memegang kerah belakang ken agar berdiri
"Oi, itu orang bukan hewan!" Solar melepaskan tangan Taufan yang memegang Ken
"Sabar kak, orang juga butuh nafas dulu kali" ujar Blaze mengusap punggung Taufan
"Thorn di temuin pingsan di gudang belakang. Sekarang dia udah di bawa ke UKS sama yang lain"
"Apa?!"
Tanpa pikir panjang Halilintar, Blaze menuju ke UKS. Sedangkan sisanya masih masih diam di tempat.
"Kok bisa?"
Ken berdiri sambil menatap Taufan.
"Dia di jebak sama Firan. Yang parahnya, dadanya ditusuk dan kena jan–"
"Gue ke atas duluan" ucap Taufan yang berlari meninggalkan mereka.
Sedangkan Ice masih diam termenung. Ia masih sedikit shock dengan apa yang dia dengar tapi mungkin ada yang lebih parah. Matanya melirik ke sampingnya.
"Gem"
Gempa terus menggepalkan tangannya, membuat telapak tangannya luka akibat kukunya.
Solar menepuk pundaknya, tatapannya teralihkan.
"Kak Ice, tolong bawa Gempa ke Thorn, sekarang. Aku bakal cari Firan dulu"
Ice menatap punggung adiknya itu. Alisnya berkerut. Sekilas saat Solar pergi melewatinya, ia bisa melihat senyuman kebahagiaan.
'Ini keterlaluan, apa yang dia mau?'
Rencananya berhasil.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/314045115-288-k87642.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thorn, I just know || Thorn
Fiksi RemajaThorn adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara. Ia dikenal dengan kepolosannya yang seperti anak kecil dan penyayang tanaman. Namun ada sesuatu yang di sembunyikan Thorn dan jika mereka tau pun mereka takkan ingat. Warning!!! Karakter bukan milik saya! C...