'Lagi-lagi disini'
Mata hijau itu mendongak ke atas. Cahaya yang menembus lautan itu sangat indah ya
Namun cahaya itu perlahan terlihat seperti menjauh. Thorn semakin tenggelam ke dasar lautan yang gelap
BYUR
"Thorn!!"
Tapi lagi-lagi tangan itu terus menariknya ke dasar lautan. Tidak akan membiarkannya bisa meraih tangan kakak sulungnya.
'Kenapa?'
Matanya perlahan terpejam
.
."Thorn!"
Beberapa kali ia mengedipkan mata agar menyesuaikan pandangannya. Ia melihat jelas kalau semua orang yang berada di ruangan itu menatapnya
"Thorn, bisa kau jawab pertanyaan ini?" Tanya seorang wanita yang berdiri dekat mejanya
'Di kelas?'
"Bagian mana Bu?" Tanya Thorn menatap bukunya
'mampus, matematika lagi'
"Soal 23, tolong dibacakan dan bantu ibu menjawab soal" Ucap ibu guru yang berjalan ke depan
Muka Thorn seketika pucat
KRING!!!!
'Yes!!'
"Sepertinya dunia berpihak sama kamu, Thorn" bisik temen sebangku Thorn
"Karena hari ini banyak yang tidak mengejarkan PR. Saya tambahkan 1 halaman lagi, jadi halaman 50-55"
"Terimakasih untuk hari ini semuanya, selamat siang" Sang guru pun pergi meninggalkan kelasnya
Thorn menghela nafas lega lalu tiba-tiba ada barang yang mengenai kepalanya. Ia menatap ke arah kirinya
"Kenapa kau menghela nafas gitu, Thornie?" Tanya seseorang yang bangkunya berada tak jauh dari bangkunya
"Thornie, tolong kerjakan PR ku dong" Ucap seseorang yang melempar bukunya dan mengenai kepalanya
"Aku juga!"
"Yang punya ku dong, Thorn!"
Kepalanya di lempari buku Matematika berkali-kali. Perempatan muncul di kepalanya
'Sialan kalian manusia biadab!'
"Oi! Kau dengar tidak?!"
Namun Thorn hanya diam tanpa menggubris perkataan mereka. Padahal di dalam hatinya ia memaki-maki mereka. Kalau saja ia bisa menguasai sepenuhnya tubuh ini, ia akan melemparkan meja ini pada kerumunan orang itu.
Sayangnya, tubuh ini bereaksi berlawanan dengan pikirannya. Thorn tak bisa menggerakkan tubuhnya, rasanya lemas dan bergetar ketakutan
"Mungkin sekarang dia sudah budeg, ren" Ucap salah satu temannya
"Oh, begitu. Baiklah"
Langkah kaki terus terdengar mendekati bangku Thorn. Tiba-tiba ada tangan mencengkram bahunya dengan kuat. Ia yakin kalau tubuhnya yang asli pasti sudah hancur
"Hei, kau dengar tadi? Mereka ingin dikerjakan soalnya oleh Thornie tersayang. Jadi, tolong kerjakan ya selagi kami istirahat" Ucap orang bernama Ren itu
Thorn meringis sambil memegang lehernya. Salah satu anak menarik kerah belakangnya membuatnya tercekik
"Cabut!"
Anak - anak itu pun keluar mengikuti Ren. Sedangkan sisanya hanya diam membantu. Thorn merapihkan buku yang di lempar tadi.
"Apa kau baik-baik saja Thorn?" Tanya salah satu murid di sana
Thorn mengangkat kepalanya
'Ah, ken!' Batinnya menatap wajah familiar itu
"Ya.."
"Lain kali kau harus membalas ya!" Ucap salah satu orang yang membantu
"Kau berkata begitu tapi tidak pernah membantunya!"
"Sadar diri!"
Thorn tersenyum menatap mereka yang merapihkan buku matematika tadi
"Terimakasih" Ucapnya
"Sama-sama" sahut mereka semua
Mereka semua teman Thorn yang sama-sama tertindas, makannya itu mereka tak bisa saling membantu tapi mereka saling menghibur satu sama lain. Itu yang ia ingat pada kehidupan yang pernah Thorn lewati
"Thorn!"
Ia menolehkan kepalanya ke arah pintu. Itu para saudaranya. Mereka berenam pun mendekat dan melihat sekitar. Kelas ini terlihat kacau akibat orang² tadi
"Apa yang terjadi disini?" Ucap Gempa
Tapi tidak ada yang menjawab pertanyaan dari sang ketos itu. Thorn pun hanya diam
"Bully"
Setelah mendengar ucapan yang keluar dari mukut Halilintar, mereka berenam langsung melihat ke arah Thorn. Lengannya lebam biru, topinya terlihat kotor di bandingkan milik mereka.
Ini hal yang mengejutkan karena di antara mereka hanya Solar yang sering memasuki kelas Thorn. Alias, mereka jarang karena Thorn yang sering mengunjungi mereka duluan
"Siapa yang ngelakuin ini?!" Ucap Blaze menatap siswa² yang berada di belakang Thorn
"Itu..."
"Jawab yang benar!"
"Fi–firan"
Entah kenapa hawa di kelas seketika menjadi dingin. Thorn pun langsung melihat ke arah Ice. Rupanya asal dingin ini dari kekuatan Ice
"Anak sialan itu belagu banget ngerjain Thorn" Ucap Solar yang merapikan topi Thorn yang miring
Kalau dilihat² Solar disini dengan di dunia yang lain sangat berbeda.
"Aku akan segera buat laporan soal ini. Kalian semua bisa istirahat sekarang" Ucap Gempa
Teman² Thorn mengucapkan terima kasih lalu segera keluar dari kelas. Mereka tak mau ikut campur urusan keluarga, apalagi dengan saudara Elemental ini
Tersisa Thorn yang notabenya seorang korban di kelas itu. Ia memegang lengannya. Apa yang harus ia lakukan di situasi ini?
"Kak–"
"Yuk, kita makan!" Taufan merangkul Thorn, sedangkan Solar menuntunnya keluar dari kelas
'Mereka ngalihin suasanya ya' batin Thorn yang sekilas melihat kebelakang
Entahlah apa yang mereka diskusikan tapi ia berdoa kepada para orang yang ngebully nya–eh? Ngapain ia berdoa untuk mereka?
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Thorn, I just know || Thorn
Fiksi RemajaThorn adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara. Ia dikenal dengan kepolosannya yang seperti anak kecil dan penyayang tanaman. Namun ada sesuatu yang di sembunyikan Thorn dan jika mereka tau pun mereka takkan ingat. Warning!!! Karakter bukan milik saya! C...