[2] Siapa?

1K 109 4
                                    

Jangan lupa vote nya ya biar author tambah semangat!!

Happy reading~

-

"Ternyata lo yang ngelaporin ke Ejen?"

Sekali lagi ia menendang Vano yang tersungkur di tanah hingga terpental dan membentur tembok.

"Urgh..."

Vano terbatuk-batuk tak karuan hingga air liur berceceran di dagunya. Kondisinya sekarang sangat menyedihkan; hidungnya mimisan tak ada hentinya, pipinya bengkak bewarna biru keunguan, dan beberapa gigi nya mulai goyang.

Tak hanya itu ia merasa kaki nya patah karena dipukuli pakai kayu, perutnya nyeri karena di tendang berkali-kali.

Seluruh tubuh nya sangat sakit, sangking sakitnya Vano diam-diam berdoa untuk cepat pingsan agar tak merasakan rasa sakit lagi.

Pemuda itu terus menerus menendang dan menginjak Vano seperti barang mati. Vano yang tak bisa berbuat banyak karena kondisinya, hanya bisa pasrah dan membiarkan dirinya dipukuli begitu kejam oleh orang lain.

Seorang gadis dengan pakaian ketat dengan rok di atas lutut mendekat kearah aga dan melempar dirinya bergelantungan di lengan Aga dengan centil. "Ga udah ga kasian.." bujuk gadis itu dengan raut wajah kasian.

Vano yang mendengarnya jelas merasakan jijik di dalam hatinya, jelas dengan nada seperti itu bukanlah gadis itu hanya mengejeknya?

Tatapan Aga melembut menatap gadis yang memeluk lengan nya. "Shilla, hati mu itu terlalu lembut. Jangan dibiasakan ya sayang?"

Shilla tersipu. "Um.. iya."

Aga kembali menendang Vano. "Semua salah lo! kalau Lo ga lapor ke ketua OSIS Lo Ejen. Gabakal serunyam ini ngerti gak?"

"Sejak kejadian gue ngeroyok Rafka pacarnya Ejen. Keluarga gue ancur tau gak? Perusahaan bokap gue ancur gara-gara lu cepu doang asu!" Aga mencengkram erat kerah Vano dan membantingnya ke tanah.

"Agh!"

"Gue juga ga nyangka si Ejen ini ternyata homo Najis bet," ejek Aga sembari mengeluarkan rokok dari dalam sakunya. Ia mulai menyalakannya dengan korek lalu mulai menghisapnya.

Aga menghembuskan asap rokok tepat di depan muka Vano hingga sekali lagi membuat nya terbatuk-batuk. Aga menjambak rambutnya dan mengangkat nya keatas, menatap wajah Vano yang babak belur.

"Lo kan adik kecilnya si Ejen. Pasti Lo homo juga kan?"

Vano mengigit bibirnya tak memberi jawaban.

Sebelum ia membenturkan kepala Vano ke tanah, Aga mendengar suara langkah kaki mendekat. Segera ia menghentikan aksinya menatap ke pemuda yang datang tak diundang.

Pemuda itu sangat tampan.

Wajahnya bertekstur tegas dan maskulin namun ada rasa halus yang samar seperti telah melewati banyak hal. Tak luput dari itu pupil matanya yang bewarna emas dengan kantong mata hitam dibawahnya membuat orang yang melihatnya menggigil karena rasa intimidasinya. Selain itu rambut hitamnya yang bergelombang dan acak-acakan membuat kesan yang agak panas.

Pemuda itu adalah Jezara kusuma.

"Woah.. lo mau bunuh orang ya?" Jeza menatap Vano yang kini berusaha keras mempertahankan kesadaran nya.

"Lo siapa? Orang luar ga perlu ikut campur." Aga berdecak kesal dan melempar rokok nya ke sembarang arah lalu menghampiri Jeza.

Sudut bibir Jeza tertarik keatas ketika melihat kehadiran orang lain yang perlahan mendekat kearahnya. Ia melirik seragam milik pemuda didepannya dan berkata, "Mentang-mentang dari SMK Brahma sakti terus buat masalah disini. Bunuh orang disini lo pikir lo gak akan ketahuan hm?"

JEZA'S SUNSHINE [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang