[9] Tantangan

627 85 3
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya makasihh~

-

Happy reading!!

-

Jeza yang fokus mengetik di laptop selama 2 jam tanpa henti tiba-tiba merasakan bahwa penglihatan nya agak berbayang, ia mengerutkan keningnya agak pusing.

Menatap jam yang sudah menunjukkan pukul jam 7 malam, ia sadar bahwa ia belum makan apapun sedari pagi.

Meletakkan laptop nya di samping, ia bangkit dan bersiap untuk keluar membeli makan. Melihat Vano yang masih tertidur pulas, ia mendekatinya dan memberinya ciuman lembut di atas dahinya.

Tersenyum puas, Jeza segera pergi.

Memarkirkan motornya di depan warung, ia segera memesan makanan sederhana.

Ketika ia dengan santai memakan makanannya, tiba-tiba ada seseorang yang tak diundang datang menganggu. Orang itu menarik kursi disampingnya kasar dan duduk disana sambil tertawa mengejek.

"Yo gak gue sangka ada lo disini. Ngapain lo makan di tempat kek gini? Bukannya ga cocok buat anak orang kaya kayak lo?"

Pertanyaan itu di abaikan oleh Jeza yang bahkan tak meliriknya dan hanya melanjutkan makannya.

Hal itu membuat alis Aga berkedut kesal karena di abaikan. "Cuek bet, cewek ya lo?"

Jeza sekali lagi mengabaikannya.

Merasa terganggu, Jeza memutuskan untuk selesai dengan makanannya dan mengelap mulutnya dengan tisu, lalu segera beranjak pergi.

Tapi kepergiannya segera dicegah oleh Aga dengan mencengkram bahunya keras hingga terasa sakit. "Jangan lari, lo masih ada urusan sama gue."

Jeza memandang sinis Aga. "Urusan? Itu udah selesai semenjak lo kalah sama gue. Gausah coba-coba," ucapnya dingin.

"Heh, ga bisa gitu dong. Kalau gue bilang belum selesai ya belum selesai ngerti gak?!" bentak Aga.

"Emang siapa lo? Seenaknya mutusin sendiri. Gue udah nahan emosi sedari tadi, tapi lo masih gak tau diri." Jeza merendahkan suaranya sebagai ancaman.

Sesungguhnya tatapan Jeza di mata Aga sungguh mengerikan. Pupilnya yang bewarna kuning menyala terang di bawah lampu redup memberi rasa merinding di seluruh tubuh Aga. Hal ini juga membuat Aga tanpa sadar mundur satu langkah membuat jarak terhadap Jeza.

Aga entah mengapa terengah-engah. Namun ia segera mengendalikan dirinya dan tertawa melanjutkan, "Gini aja, gue ajak lo duel balapan gimana? Setelah itu gue ga bakalan ganggu lo lagi."

Aga mengetahui Jeza adalah anak teladan di sekolahnya, dan tak pernah terlibat dengan balapan liar seperti ini. Ia tahu Jeza pasti menolak ajakannya, tapi ia percaya diri karena memiliki kartu truf agar Jeza menuruti permintaannya.

"Lo gamau kan Vano lu di ganggu lagi?"

Mata Jeza melebar, ia langsung menggeram sambil menarik kerah Aga menggeram. "Beraninya lo ngancem gue pake Vano."

Aga merasa suhu di sekitarnya menurun, membuatnya agak menggigil. Tapi ia masih tak menyerah terus memancing emosi Jeza.

"Gamau kan? sehebat-hebatnya lo, lo juga ga bisa selalu jaga Vano selama 24 jam kan?" ancamnya membuat cengkraman Jeza semakin mengeratkan di kerahnya.

Aga menyeringai. "Gue janji gak bakal ganggu lo Vano lagi kalo misalnya lo ikut gue sekarang."

Jeza menatap marah Aga sejenak sebelum memejamkan matanya beberapa saat untuk menenangkan diri.

JEZA'S SUNSHINE [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang