~|~
-enjoy the story
-Sorry if it's not fun
-Sorry if there are spelling words wrongSebulan kemudian, Winter dan Ningning telah mempersiapkan acara pernikahan mereka dengan sangat baik karena dibantu oleh keluarga mereka juga. Acara yang berlangsung di salah satu Hotel milik Baeson itu lumayan mewah dan megah, Wendy dan Irene terlihat akrab dengan Taeyeon dan Tiffany, mereka saling melempar candaan bak teman yang sudah lama tak bertemu. Winter menghela nafasnya ketika Vivian datang ke atas altar menggunakan gaun putih yang membuat semua orang terpesona. Akhirnya mereka berdua mengucapkan janji pernikahan, dan memasang cincin dijari manis satu sama lain.
"Aku percaya pada eomma, bahwa pernikahan ini adalah gerbang menuju masa depanku yang bahagia" ujar Winter bergumam, Vivian mendengar gumaman itu, namun dirinya hanya cuek
Di dalam kamar hotel, Vivian merebahkan tubuhnya di atas ranjang, tubuhnya sangat pegal dan nyeri. Winter pergi menukar pakaian nya, lalu keluar dan duduk di meja rias, ia mengeluarkan serum dan krim malam, lalu mengoleskan itu pada wajahnya. Setelah itu, ia juga mengoleskan sedikit lipbalm pada bibir tipisnya.
Vivian pergi menukar pakaian nya dan juga melakukan hal yang sama di kamar mandi, ia menatap dirinya di pantulan kaca
"Cobalah untuk iklhas nak, ini semua takdir mu"
Perkataan dari Irene terngiang-ngiang di benaknya, ia menggelengkan kepala lalu menghela nafas agar tidak terlalu gugup, bagaimana pun ini adalah pernikahan pertamanya dan hari ini adalah malam pertama. Ia keluar dari kamar mandi lalu duduk di tepi ranjang, memainkan ponselnya sembari bersandar pada headboard ranjang.
Winter menoleh pada Vivian, menatap lesu karena gadis itu tidak peka sama sekali, ini adalah malam pertama mereka dan Vivian hanya duduk sembari memainkan ponsel di ranjang itu. Winter berdecak, lalu pergi menuju balkon kamar, dirinya menatap langit yang dipenuhi oleh bintang bertaburan, menikmati hembusan angin malam dan juga menatap pemandangan yang indah.
Matahari naik secara perlahan menampilkan sinar keemasan nya untuk menyinari seisi Bumi, kedua gadis yang tidur di satu ranjang yang sama itu masih belum bangun juga. Jika kalian berpikir bahwa mereka baru saja melakukan malam pertama maka kalian salah besar, keduanya malah melewatkan itu. Mereka bahkan tidak berbicara satu sama lain tadi malam
"Eunghh!" Vivian meregangkan tubuhnya, lalu membuka mata, cahaya matahari menyilaukan matanya. Vivian bangkit dari tidurnya lalu menoleh pada Winter yang tertidur lelap, ia menggeser tubuhnya membuat Kening gadis itu mengernyit karena disilaukan oleh cahaya, lalu Vivian kembali menggeser tubuhnya untuk menutupi cahaya itu, Winter merasa nyaman dan kembali pada ekspresi nya yang tenang, melihat itu sebuah senyuman tipis tertampil di wajah Vivian.
Ia menatap lama wajah tenang Winter, gadis itu sangat cantik ia mengakuinya. Gadis itu juga imut, dan ia mengakuinya. Tetapi kecantikan Winter belum bisa menggetarkan hati nya, belum ada magnet diantara mereka. Dan mungkin tidak akan pernah ada.
Setelah tersadar dari lamunannya, Vivin beranjak menuju kamar mandi, setelah mandi memakai pakaian nya lalu mengeringkan rambut panjangnya di sofa sembari menonton siaran kesukaannya. Setelah itu ia kembali menoleh pada Winter yang sama sekali belum bangun juga. Vivian mengangkat tangannya dan melihat jam disana.
"Win, bangun" Vivian mendekati Winter lalu menepuk pipi gadis itu perlahan. Winter membuka matanya, netra mereka bersitatap, betapa mengagumkan manik coklat bersih Winter disapa oleh manik hitam Vivian ketika bangun. Winter terduduk, lalu menepuk-nepuk kepalanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me
Short StoryVivian yang merupakan seorang homophobia harus terjebak dalam kehidupan seorang CEO muda bernama Winter Kim yang memiliki penyimpangan seks atau Homoseks. Ada seseorang yang menjebak dirinya dengan Winter, siapa sangka yang menjebak mereka berdua di...