cry

262 16 4
                                    



~|~

-enjoy the story
-Sorry if it's not fun
-Sorry if there are spelling words wrong








"Vi, kapan kau pulang?" Vivian mengerutkan dahinya ketika suara rengekan Giselle terdengar

"Memangnya kenapa? Apakah ada masalah di kantor?" Tanya Vivian memasang jam tangannya dan mengapit handphone itu diantara telinga dan bahu

"Bukan masalah kantor, tapi masalah ku..... Rina menginginkan kepastian ku Vi"

"Bagus lah, aku juga setuju dengan wanita itu, kapan kau akan menikahinya? Bahkan dia memberikan kehormatan nya padamu bukan?"

"Ya aku tahu, tapi... Aku benar-benar belum siap Vi" Giselle merengek membuat Vivian berdecak malas

"Belum siap apanya nona Jung? Gajimu cukup menghidupi kalian terlebih lagi dia juga bekerja nantinya, kalian sama-sama mencintai, dan yang terpenting kedua orang tuanya menyukaimu kan, itu semua sudah cukup" ucap Vivian menasehati sahabat karibnya itu

Terdengar helaan nafas berat dari Giselle, Vivian hanya menggelengkan kepalanya mendengar Giselle yang masih saja ragu untuk menikahi Karina sang kekasih

"Apa dia benar-benar mencintaiku?"

"Apa kau gila? Jika dia tidak mencintaimu maka dia tidak akan mendesakmu untuk pernikahan" ujar Vivian

"Ya, sepertinya kau benar"

"Aku selalu benar Gi" canda Vivian membuat perempuan itu berdecak kesal

"Ck! Dasar narsis"

Vivian tertawa lepas, suara tawanya membuat Winter yang sedang duduk di depan cermin sembari makeup terlonjak kaget

"Vian!! Kau mengagetkan ku!" Ucap Winter melempar istrinya dengan kuas makeup

"Maaf" ujar Vivian, lalu berjalan menuju Winter, ia menarik dagu wanita itu lalu mengecup bibir istrinya sebentar. Pipi Winter menjadi merah dan telinganya terasa panas

"Ck! Apa yang kau lakukan? Kenapa kalian tiba-tiba diam?!" Suara Giselle dari handphone Vivian menyadarkan kedua insan itu mereka sama-sama menjauhkan wajah masing-masing lalu menetralkan jantung mereka kembali

"Y-ya? Ada apa? Kenapa kau selalu menggangguku Gi?" Vivian berjalan menuju balkon kamar

"Aku bilang kapan kamu kembali Vi?"

"Besok Gi, aku dan Winter akan jalan-jalan sebentar dan ke Bandara besok pagi" jelas Vivian

"Aku tunggu ya.....kau harus mendengarkan semua keluh kesah ku besok!"

"Ya ya, terserah dirimu Gi, aku mau pergi bersama Winter, bye!" Vivian mematikan sambungan telepon itu secara sepihak lalu kembali ke kamar









"Sudah siap menelpon nya sayang?" Winter mengangkat satu alisnya sembari bersedekap dada, ia sudah menunggu Vivian dari 10 menit yang lalu

"Ya" jawab Vivian, ia mengusap ujung hidungnya, kebiasaan saat dirinya salah tingkah.

"Ayo sekarang kita berangkat, aku sudah puas menikmati pemandangan Zermatt" ucap Winter menggandeng lengan Vivian, namun saat akan berjalan ia ditahan oleh Vivian

"Ada apa?" Tanya Winter dengan ekspresi bingung, Vivian mengusap bibir tipis Winter dengan jempolnya

"Terlalu tebal" ucap Vivian, lalu menarik pinggang ramping istrinya

Touch Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang