9. Ruang Masa Lalu

8 0 0
                                    

“Aduhh...”

Tubuhku ditabrak seseorang dari belakang. Saat ia berbalik, terlihat wajahnya yang tak asing lagi bagiku.

“Sory...”

“Iya gapapa.”

Aku hanya melihatnya sekilas lalu membuang muka. Saat kakiku hendak melangkah, ia mencegat tanganku.

“Bentar, kamu yang kemarin nabrak aku pas MOS yakan?”

“Iya.”

“Dan saat MOS kita satu kelompok bukan?”

“Iya.”

Aku hanya menjawabnya singkat, padat, dan tak mau caper. Walaupun di hadapanku kini ada sosok laki-laki dengan badannya yang tegap dan wajahnya yang tampan. Aku hanya berusaha untuk terlihat biasa saja walaupun hatiku meleleh wkwk.

“Kenalin nama aku Ramond Zohari, panggil aja Ramond, sayang juga boleh.”

Aku menyipitkan mata saat kata sayang keluar dari mulutnya. Dua kata untuk Ramond saat pertama kenalan sok asik.

Lalu kubalas uluran tangannya sebagai salam perkenalan.

“Nama kamu siapa?”

“Fania.”

“Owww Fania, boleh minta no hp nya Fan?”

Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba ramai siswa berdatangan ke arah kelasku. Suasana masih pagi dan bel juga belum berbunyi.

“Gimana sih Fania ini, masih aja di sini, itu loh Salma teman kamu dilabrak sama kakak kelas.”

Aku panik refleks berlari ke kelas melewati segerombolan siswa di sana tanpa memperdulikan laki-laki yang bernama Ramond tadi.

Betapa terkejutnya aku melihat sahabatku disana sudah dipojokan oleh kak Titis beserta gengnya. Salma menangis sesenggukan dan raut wajahnya yang pucat semakin membuat hatiku renyuh. Sedangkan siswa lainnya termasuk teman sekelas hanya menjadi penonton.

“Cuma bisa nangis lo ternyata.”

“Haha mental anak SD kok berani sekolah di sini. Apa ga malu.”

“Anj*** lo.” Maki kak Titis tanpa kasian.

“Ajarin dia tata krama Tis, masih bocil, songgong,” ejek kak Yomi bergantian.

“Titis bukannya gak mau ngajarin Yom tapi nih anak gak mampan keknya di ajar, susah betul,” ya aku hampir tak percaya jika kak Gina ini mau melabrak adik kelas. Tampangnya yang santai dan berwibawa menunjukan jika ia siswa yang baik dan tidak haus senioritas.

Tigiyom adalah nama gens mereka bertiga. Geng yang suka melabrak adik kelas sekalipun karena hal sepele. Padahal mereka bertiga adalah anggota OSIS dan kemarin juga sempat menjadi kakak MOS, tapi jabatan itu malah mereka gunakan untuk hal-hal yang tidak baik seperti menindas adik kelas.

“Woii ngomong, jangan berani mandang sinis dari jauh.”

“Tapi aku ga ada bermaksud seperti itu kak.”

“Jadi maksud Lo apa liat-liat? Kek ga pernah liat orang cantik aja, iri ya ga secantik kita.”

“Sebenarnya Lo masih dendam kan sama gua? Karena udah marahin Lo pas MOS di depan anak-anak baru lainnya? Tapi kenapa Lo harus malu, kalau sekarang Lo diliatin sama yang lebih ramai dari kemarin MOS hahah!!!”

Aku semakin tak tega melihat sahabatku dihina, habis sudah kesabaranku. Bagaimana aku bisa diam saat sahabatku diperlukan seperti hewan di depan mata kepalaku sendiri.

Simfoni Jumantara || Rasa Tak Bernama Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang