Wanita dengan balutan daster menatap lurus ke depan. Semenjak pertemuan Bunda dan Ayahnya kak Titis di sekolah, ia berubah drastis. Sekarang lebih banyak diam dan suka melamun.
"Bund..?"
"Hemm..."
Aku menghampirinya di teras rumah sedang melamun. Entah apa yang dipikirkan Bunda sampai berubah begini.
"Bunda ada hubungan apa sama ayahnya kak Titis?"
"Kakak kelas bunda waktu SMA dulu."
"Ohhh... bunda ada masalah?"
"Enggak kok. Emangnya muka bunda kelihatan banyak masalah ya?"
Tidak hanya mukamu Bunda, tapi aku juga bisa membaca suasana hatimu yang tidak baik-baik saja.
"Iya bund, bunda sekarang jadi pendiam dan sering ngelamun. Fania jadi kepikiran bunda, takut kenapa-napa."
"Bunda lagi capek aja nak."
Bunda menarik dua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Walau terlihat jelas senyum itu seperti dipaksa, tapi senyuman inilah yang membawa kedamaian dan ketenangan sanubariku.
POV Melfa - Bunda Fania
"Mel... Aku masih cinta sama kamu," ucap kak Fandra, pemuda yang saat ini di hadapanku.
"Apa yang kakak katakan? Kita sudah punya kehidupan masing-masing."
"Tapi kakak gak rela kamu nikah sama laki-laki yang memperkosamu. Sekarang kakak memang berumah tangga dan mempunyai anak, tapi kakak gak bahagia. Kakak tahu, kamupun begitu."
"Kak...cukup, jangan diungkit yang udah berlalu. Aku udah memaafkan dia. Dan sekarang dia adalah suami sahku, ayah dari anak-anakku, aku bahagia bersama Ezra," lirihku tanpa sadar air mataku menetes.
"Tunggu saja, akan ada masanya kamu mencariku, percaya atau nggak Keysal telah menyuruhku untuk menjagamu sampai kapanpun," ia tersenyum lalu masuk ke mobilnya dan pergi meninggalkan ku.
Malam semakin larut. Semilir angin kencang menusuk kulit. Cuaca sungguh dingin, mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi. Tapi aku masih setia duduk di teras rumah sembari menyaksikan orang berkendara lewat di jalan.
Empat belas tahun sudah aku menjadi seorang istri sekaligus Ibu dari tiga orang anak. Tak pernah terpikirkan seumur hidupku, lelaki yang kini menjadi imamku adalah saudara tiriku sendiri yang pernah memperkosa hingga aku hamil. Dan sekarang anak itu sudah besar, ia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pemberani.
Berat rasanya menghilangkan terauma di masa lalu, tapi seiring berjalannya waktu semua terobati dan mulai ku ikhlaskan. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, semua pernah melakukan kesalahan. Sama halnya dengan suamiku-Ezra. Saat dendam berganti maaf, dan rasa tanggung jawab tumbuh menjadi benih cinta.
Aku bahagia hidup bersama Ezra. Walaupun kami harus merantau dan berpisah jauh dari keluarga. Bersama Ezra aku rasakan bagaimana berjuang hidup mulai dari nol dan membuka lembaran baru. Tapi kini hatiku kembali sakit, teraumaku kembali datang, dan kejadian di masa lalu itu kini terbayang-bayang di kepalaku.
"Kak Fandra."
Fandra - kakak kelasku semasa SMA dan juga merupakan sahabat mantan kekasihku yang telah meninggal dunia. Kenapa aku harus bertemu dengan orang yang tahu masa laluku selain suami dan keluargaku. Aku bingung, kesalahan apa yang telah aku perbuat? Atau memang takdir yang begini?
Apakah aku hidup hanya menjadi wanita malang, yang kehidupannya selalu dipenuhi dengan air mata dan kecewa.
"Bund...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Jumantara || Rasa Tak Bernama Part 2
Teen FictionHidup hanya ada dua pilihan, yaitu dipilih dan memilih. Jika keduanya tidak didapatkan, bersiapkan untuk menerima. Terlahir menjadi anak haram bukanlah pilihan. Jika saja hidup ini bisa menolak, lebih baik Fania tidak dilahirkan di muka bumi...