5. Putih Biru

11 2 0
                                    

Hey, sampai jumpa di lain hari….
Untuk kita bertemu lagi….
Kurelakan dirimu pergi….
Meskipun ku tak siap untuk merindu…
Ku tak siap tanpa dirimu…
Ku harap terbaik untukmu…

Aku memperhatikan teman-teman angkatanku yang menundukan kepala seraya menangis. Hari ini adalah hari perpisahan Sekolah, hari di mana terakhir kalinya kami memakai seragam merah putih. Dan yang paling menyedihkan lagi, yaitu kehilangan guru-guru sekaligus teman-teman yang selama enam tahun berjuang bersama di satu atap yaitu SDN 003 Bangko Hulu. Air mataku terus jatuh, sulit untuk menahannya. Langsung ku peluk sahabat terbaikku seperti Qira, Gea dan Thea, yang sebentar lagi akan berpencar ke sekolah menengah pertama yang berbeda.

“Janji ya, kalian jangan pernah lupain aku,” ucap Qira.

“Iya, nanti kalau udah libur semester kita kumpul-kumpul yah,” kami mengangguk.

Begitulah konsep kehidupan, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan semanis apapun itu, namanya perpisahan, kesannya sedih ya tetap sedih.

“Jangan cemberut, senyum yang pakai baju dongker hehe,” ujar fotografer yang sudah bersiap mengambil foto. Aku sudah menganti baju seragam sekolahku dengan baju bebas, karena aku dapat bagian menampikan dans di acara perpisahan ini. Padahal sebentar lagi setelah foto keluarga, aku akan mengantinya kembali dengan seragam merah putih, karena kami satu angkatan dan guru-guru akan berfoto bersama untuk membingkai kenangan yang suatu saat nanti akan menjadi obat jika rindu melanda.

“Fania senyum ya sayang,” ujar Bunda.

“Iya bund.”

Belum sempat aku tersenyum, fotografer itu sudah memoto. Tapi tidak masalah, difoto juga aku kelihatan gemas wkwk. Oiya lupa bilang kalau keluarga kecilku udah nambah satu anggota lagi, dia adalah adik perempuanku, panggil saja Delvi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Satu bulan kemudian aku masuk ke sebuah SMP Darmayanti yang merupakan sekolah favorit di tempatku.

Di umurku yang sudah dua belas tahun belum dibolehkan membawa kereta oleh Ayah dan Bunda, padahal aku sudah bisa mengendarainya. Mau tak mau, aku harus naik angkutan umum untuk pergi dan pulang.

Simfoni Jumantara || Rasa Tak Bernama Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang