09.

402 56 45
                                    

Happy Reading

!
\
¡

Hari itu, suasana di dalam kamar terasa lebih sunyi dari biasanya. Jisoo duduk di ujung tempat tidurnya, sambil menatap Rosé yang sedang fokus pada layar laptopnya. Sekilas, semuanya tampak normal. Mereka sering menghabiskan waktu bersama seperti ini, berbicara tentang hal-hal sepele atau hanya duduk dalam keheningan.

Jisoo sudah berbulan-bulan mencoba memahami perasaannya. Dia tahu bahwa Rosé adalah sosok yang begitu berharga baginya, lebih dari sekadar teman atau sekadar teman sekamar. Setiap momen yang mereka habiskan bersama membuat perasaannya semakin tumbuh. Dan, meskipun Jisoo sangat pandai menyembunyikan emosi di balik wajah datarnya, perasaannya tak bisa terus disangkal.

Tanpa menunggu lebih lama, Jisoo menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Ia melangkah perlahan menuju Rosé dan duduk di sebelahnya.

"Rosé," panggil Jisoo dengan suara lembut, namun terdengar serius.

Rosé menoleh dari layar laptopnya, bingung melihat ekspresi Jisoo yang tidak biasa. "Ada apa, Ji?"

Jisoo berusaha menahan kegugupannya. Matanya menatap lurus ke mata Rosé, berusaha mengumpulkan keberanian yang telah lama tertahan. "Aku... aku perlu bicara sesuatu denganmu."

Rosé semakin bingung, tapi ia menutup laptopnya dan fokus pada Jisoo. "Kamu membuatku penasaran. Ada apa?"

Jisoo mengalihkan pandangannya sejenak, berusaha menenangkan diri sebelum melanjutkan, "Aku tahu... mungkin aku terlambat untuk mengatakan ini. Sebenarnya, aku sudah lama ingin mengatakannya, tapi aku selalu ragu. Aku takut kalau ini akan mengubah segalanya."

Rosé kini benar-benar terpaku. Kata-kata Jisoo membuat dadanya berdebar, namun ia mencoba untuk tidak terlalu bereaksi. "Apa yang kamu maksud, Ji?" tanyanya, meskipun hatinya sudah menduga ke arah mana pembicaraan ini akan berjalan.

Jisoo menatap Rosé dalam-dalam. "Rosé, aku... aku menyukaimu. Bukan hanya sebagai teman atau teman sekamar. Perasaanku lebih dari itu. Aku tahu mungkin aku sudah terlalu lama menahan ini, dan aku minta maaf kalau membuatmu menunggu. Tapi, aku tidak bisa lagi menyimpan ini terlalu lama."

Sesaat, waktu seakan berhenti bagi Rosé. Ia terkejut, meskipun jauh di dalam dirinya, ia sudah tahu apa yang akan dikatakan Jisoo. Namun, mendengar pengakuan itu langsung dari mulut Jisoo, tetap membuatnya tersentak.

"Kamu serius, Jisoo?" tanya Rosé, meskipun ekspresi wajahnya sulit untuk disembunyikan—matanya berkilau, dan wajahnya perlahan memerah.

Jisoo mengangguk pelan. "Aku serius, Rosé. Aku tidak tahu kenapa aku begitu lama untuk mengungkapkannya. Mungkin aku takut. Takut kalau ini akan merusak hubungan kita. Tapi aku sadar, aku tidak bisa lagi menahannya. Aku ingin kamu tahu bahwa aku sungguh-sungguh."

Rosé, yang biasanya ceria dan penuh dengan candaan, tiba-tiba tertawa kecil. Ia tersenyum, meskipun air mata mulai menggenang di matanya. "Jisoo... kamu ini... kenapa baru sekarang mengatakannya? Kamu tahu, aku sudah menunggu kamu mengungkapkan ini sejak lama. Aku bahkan sudah hampir putus asa!"

Jisoo sedikit terkejut. "Kamu sudah tahu?"

Rosé mengangguk, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Jisoo. "Tentu saja aku tahu! Aku bisa merasakannya, Jisoo. Kamu pikir aku tidak menyadarinya? Setiap kali kamu diam-diam peduli padaku, aku tahu. Setiap kali kamu mencoba menahan perasaanmu, aku bisa merasakannya. Tapi... aku sengaja menunggu kamu yang berbicara dulu. Aku ingin kamu mengakuinya duluan."

Jisoo tampak sedikit kebingungan. "Kenapa kamu tidak pernah bilang apa-apa?"

Rosé mendekatkan dirinya lebih lagi, kali ini begitu dekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. "Karena aku ingin kamu yang duluan. Dan sekarang kamu sudah mengatakannya, aku tidak perlu lagi menunggu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Roommate || ChaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang