Happy Reading
!
\
¡Sejak mengetahui rahasia Jisoo, Rosé semakin merasa dekat dengannya. Perasaannya tumbuh semakin kuat setiap harinya, tapi ia juga tahu bahwa Jisoo bukanlah orang yang mudah untuk dibaca. Jisoo tetaplah Jisoo yang datar dan tampak tak terpengaruh oleh apapun, meski Rosé merasa ada sesuatu yang berbeda setiap kali mereka bersama. Ada momen-momen kecil yang membuat jantungnya berdebar, dan ia yakin Jisoo juga merasakan hal yang sama. Tapi entah mengapa, Jisoo selalu berhasil menutupi perasaannya di balik wajahnya yang tenang.
Di lain sisi, Rosé adalah seseorang yang ceria dan sedikit centil. Ia terbiasa menjadi pusat perhatian dan selalu tahu cara membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. Namun, saat berhadapan dengan Jisoo, ia menemukan dirinya dalam posisi yang berbeda. Rosé ingin sekali membuat Jisoo mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, tetapi ia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda Jisoo sesekali. Ia ingin tahu seberapa jauh Jisoo bisa bertahan dengan sikapnya yang dingin itu.
.
.Suatu sore, Rosé sengaja menunggu di perpustakaan, tempat yang biasa dikunjungi Jisoo setelah jam pelajaran. Ia memilih duduk di salah satu sudut yang tenang, dengan buku terbuka di depannya. Rosé menunggu dengan sabar, berharap Jisoo akan datang dan menemukannya di sana.
Tidak lama kemudian, Jisoo benar-benar muncul, seperti yang Rosé harapkan. Dengan langkah tenang dan pandangan datarnya, Jisoo berjalan ke arah rak buku yang berada tidak jauh dari tempat Rosé duduk. Rosé menahan senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya, lalu berpura-pura membaca buku sambil sesekali melirik ke arah Jisoo.
"Rosé," suara Jisoo terdengar pelan saat ia akhirnya menyadari keberadaan Rosé.
"Oh, hai, Jisoo!" Rosé menoleh dengan senyuman lebar, seolah baru menyadari kehadiran Jisoo. "Kamu juga di sini?"
Jisoo mengangguk pelan, matanya yang tajam namun tenang menatap Rosé. "Kamu terlihat sering ke perpustakaan sekarang" tanyanya, meski sebenarnya ia sudah tahu jawaban dari pertanyaan itu.
Rosé terkekeh pelan, lalu menutup bukunya. "Tidak sesering kamu, tapi aku sedang mencoba untuk lebih rajin belajar," jawabnya dengan nada bercanda.
Jisoo hanya mengangguk lagi, tanpa banyak bereaksi. Ia kemudian duduk di kursi di seberang Rosé, membuka buku yang ia bawa dan mulai membaca.
Melihat Jisoo yang begitu fokus pada bukunya, Rosé merasa sedikit gemas. Ia ingin menggoda Jisoo, membuatnya sedikit terganggu, tapi ia juga tidak ingin terlalu terlihat mencolok. Setelah beberapa saat, Rosé akhirnya menemukan cara untuk memulai percakapan lagi.
"Jisoo," panggilnya pelan.
"Ya?" Jisoo menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
"Aku penasaran," Rosé mulai berkata dengan nada menggoda. "Apa yang kamu pikirkan tentang seseorang yang selalu ada di dekatmu, yang selalu ingin tahu tentang kamu, tapi tidak pernah benar-benar mengatakan apa yang ada di hatinya?"
Jisoo akhirnya menutup bukunya dan menatap Rosé dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Maksudmu?" tanyanya dengan nada datar.
Rosé tersenyum lebar, merasa bahwa ia berhasil menarik perhatian Jisoo. "Ya, maksudku... bagaimana kamu menghadapi seseorang seperti itu? Apakah kamu akan menunggu dia mengungkapkan perasaannya, atau kamu akan langsung menghadapinya?"
Jisoo terdiam sejenak, tampaknya mempertimbangkan kata-kata Rosé. Namun, seperti biasa, ekspresinya tidak banyak berubah. "Aku rasa... aku akan menunggu. Kadang, lebih baik menunggu sampai orang itu siap untuk mengatakannya sendiri," jawabnya dengan tenang.
Rosé merasa sedikit kesal dengan jawaban Jisoo yang begitu tenang dan penuh perhitungan. Di sisi lain, ia juga kagum dengan cara Jisoo menghadapi segala sesuatunya.
.
.