03.

389 64 7
                                    

Happy Reading

!
\
¡

Aroma hujan semalam masih tersisa di udara, membawa kesegaran tersendiri di pagi hari. Cahaya matahari yang menyelinap melalui tirai jendela menyinari kamar asrama yang ditempati Jisoo dan Rosé. Hari itu adalah akhir pekan, dan sebagian besar penghuni asrama sudah merencanakan berbagai kegiatan di luar. Namun, suasana tenang dan sepi masih menyelimuti kamar mereka.

Rosé menggeliat malas di tempat tidurnya, sementara Jisoo sudah duduk di meja belajarnya, fokus pada buku yang sedang dibacanya. Rosé melirik ke arah Jisoo dan tersenyum kecil. “Hari Sabtu gini, kamu tetap saja tenggelam di dunia buku, ya?” ujarnya, sedikit menggodanya.

Jisoo mengangkat kepalanya sejenak dan hanya mengangguk ringan tanpa menjawab. Dia kemudian kembali menatap halaman buku yang ada di tangannya, seolah-olah dunia di luar buku itu tidak ada.

Rosé menghela napas pelan dan bangkit dari tempat tidur. Dia melangkah menuju dapur kecil di sudut kamar, membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Suara air yang mengalir dari dispenser terdengar samar di ruangan. “Aku heran, Ji. Kamu nggak bosan, apa, seharian cuma di kamar?” tanyanya sambil mengaduk kopinya.

Jisoo hanya menggelengkan kepala tanpa menoleh. “Aku sudah terbiasa,” jawabnya singkat.

Rosé menyeruput kopinya dan berjalan kembali ke tempat tidur. Dia duduk di tepi ranjang, menatap Jisoo yang masih asyik dengan bukunya. “Sesekali, kamu harus keluar, Ji. Lihat dunia luar. Lagipula, kapan lagi kita bisa menikmati akhir pekan tanpa tekanan tugas atau kelas?”

Jisoo menghela napas pelan, menutup bukunya dan menatap Rosé dengan ekspresi datarnya yang khas. “Aku tidak terlalu tertarik,” jawabnya.

Rosé tertawa kecil, sedikit frustasi dengan jawaban itu. “Kamu benar-benar keras kepala, ya,” gumamnya.

Hari itu, keduanya menghabiskan waktu di kamar asrama. Rosé sempat mencoba beberapa kali mengajak Jisoo keluar, namun Jisoo tetap bersikeras untuk tinggal di kamar. Rosé akhirnya menyerah, menghabiskan waktu dengan menonton film di laptopnya sementara Jisoo tetap sibuk dengan buku-bukunya.

•••

Minggu pagi yang cerah menyapa, Rosé bangun lebih awal dari biasanya, dipenuhi dengan energi dan rencana. Setelah membersihkan diri, ia bergegas ke dapur kecil mereka dan membuat sarapan. Harapannya, dengan makanan enak dan sedikit bujukan, ia bisa mengajak Jisoo keluar.

Ketika Jisoo akhirnya bangun, dia menemukan Rosé sudah duduk di meja, menyantap roti panggang dan telur dadar yang tampak menggugah selera. “Selamat pagi, Ji! Sarapan dulu, baru kita bisa bicara soal rencana hari ini,” ujar Rosé dengan senyum lebar di wajahnya.

Jisoo, dengan rambutnya yang masih berantakan karena baru bangun, duduk di seberang Rosé dan mulai makan dalam diam. Rosé menunggu Jisoo selesai dengan sarapannya sebelum membuka pembicaraan.

“Jadi, aku punya ide keren buat kita hari ini,” kata Rosé dengan penuh semangat. “Bagaimana kalau kita keluar dan menjelajahi beberapa tempat di sekitar? Mungkin kita bisa berburu street food. Aku dengar ada festival kecil di taman kota, pasti seru”

Jisoo berhenti mengunyah dan menatap Rosé dengan tatapan datarnya. “Aku lebih suka tinggal di sini,” jawabnya singkat.

Rosé menggelengkan kepala, tidak mau menyerah. “Ayo, Ji! Kamu sudah cukup berdiam diri selama dua hari. Lagipula, kapan lagi kita bisa bersantai seperti ini? Aku jamin, kamu nggak akan menyesal.”

Jisoo tampak ragu, tetapi Rosé tidak memberinya kesempatan untuk menolak. “Aku sudah memutuskan. Kita akan keluar. Aku butuh teman, dan kamu adalah satu-satunya yang ada di sini,” ucapnya tegas.

Jisoo tahu dia tidak bisa terus menghindar. Dengan berat hati, dia mengangguk. “Baiklah, tapi kita tidak perlu terlalu lama,” jawabnya, menyerah pada desakan Rosé.

Rosé tersenyum lebar. “Yes! Aku janji, kamu akan menikmati hari ini.”
.
.
.
.
.

Mereka keluar dari asrama sekitar pukul sepuluh pagi. Udara pagi yang segar dan sinar matahari yang hangat membuat suasana begitu menyenangkan. Rosé tampak sangat antusias, sementara Jisoo berjalan di sampingnya dengan langkah yang lebih tenang dan terukur.

Kota kecil tempat mereka tinggal penuh dengan kehidupan saat akhir pekan. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pohon-pohon rindang yang mengarah ke taman kota, tempat festival sedang berlangsung.

Taman kota dipenuhi oleh siswa-siswa lainnya, keluarga, dan penduduk setempat yang menikmati suasana cerah dan berbagai macam hiburan yang ditawarkan.

Jisoo hanya tersenyum tipis, menyembunyikan ekspresinya yang sedikit terganggu oleh keramaian yang mulai terlihat. Namun, melihat kegembiraan di wajah Rosé, Jisoo memutuskan untuk tidak mengeluh.

"Lihat, Ji! Banyak makanan enak di sini,” kata Rosé sambil menunjuk ke arah berbagai kios makanan yang berjejer di sepanjang jalan taman.

Mereka mulai dengan mencoba tteokbokki pedas yang menggugah selera. Rosé mengunyahnya dengan penuh semangat, sementara Jisoo hanya makan dengan tenang, lebih fokus pada suasana di sekitarnya.

“Aku yakin kamu pasti suka ini,” kata Rosé sambil memberikan sepotong hotteok yang baru saja dibelinya kepada Jisoo.

Jisoo mengambilnya dan mencicipinya. “Lumayan,” katanya singkat, meskipun dalam hati dia mengakui bahwa rasanya enak.

Mereka terus berjalan, mencoba berbagai makanan jalanan yang tersedia. Rosé tampak sangat menikmati setiap gigitan, sementara Jisoo mengikuti dengan tenang, meskipun dia merasa sedikit lebih nyaman dari sebelumnya.

Setelah berjalan-jalan dan mencicipi berbagai makanan, mereka duduk di bangku taman yang berada di dekat panggung kecil tempat beberapa penampilan musik dan tarian sedang berlangsung. Matahari mulai turun, dan langit berubah warna menjadi oranye keemasan.

“Aku senang kamu mau ikut keluar hari ini, Ji,” kata Rosé dengan senyum lebar.

Jisoo mengangguk pelan, menatap langit yang mulai gelap. “Aku juga senang… ternyata ini tidak seburuk yang aku kira,” jawabnya dengan nada datar, meskipun dalam hatinya dia merasa bersyukur karena telah diajak keluar oleh Rosé.

Rosé tersenyum lebar, merasa puas dengan jawaban Jisoo. “Kamu tahu, Ji, kadang-kadang kita perlu keluar dari zona nyaman kita untuk melihat dunia yang lebih luas. Aku berharap kita bisa melakukan ini lagi di lain waktu.”

Jisoo menatap Rosé sejenak, kemudian mengangguk. “Mungkin…,” jawabnya singkat, namun dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat.

Malam itu, mereka kembali ke asrama dengan perasaan puas. Meskipun Jisoo masih merasa lebih nyaman berada di kamar dengan buku-bukunya, dia mulai menyadari bahwa ada banyak hal di luar sana yang bisa dinikmati jika dia mau membuka dirinya sedikit.

Rosé merasa senang karena berhasil membuat Jisoo keluar dari rutinitasnya, sementara Jisoo mulai menerima bahwa sesekali, tidak ada salahnya mengikuti alur dan menikmati apa yang ditawarkan dunia luar.

·••••·


Jumat, 02 Agustus 2024

TBC🥀

My Roommate || ChaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang