Tinggalkan sesuatu karna Allah, bukan malah meninggalkan Allah karna sesuatu.
-Zidan Alastar Malik Ahmad-
.
.
.⚘️⚘️⚘️
Hari sudah mulai gelap, Gus Zidan dan para keluarganya sudah berada di persinggahannya. Mereka berniat untuk sholat magrib disana berjamaah.
Setelah selesai menunaikan ibadah sholat, keluarga Haura maupun Zidan berniat pulang dari sana, mereka tidak ingin mengganggu istirahat anaknya.
"Jaga istri kamu baik baik ya nak, abi pamit dulu. Assalamualaikum" ucap abi Ahmad tak lupa ia juga berpamitan dengan sahabatnya yaitu Azhar dan juga istrinya.
Abi dijemput oleh Ustadz Enzhi, laki laki itu tak ingin berlama lama disana karna di pesantren juga banyak yang perlu ia urus.
Gus Zidan menyalimi abinya sekaligus kedua mertuanya "nitip Haura ya nak" ucap mama Syena.
"Iya, ma" balas Gus Zidan.
Setelah semua sudah pergi, Zidan pun kembali masuk ia menuju kamarnya. Sejak dari rumah sakit tadi Haura dan Zidan tak saling sapa mereka diam diaman.
Di kamar, Haura merebahkan tubuhnya menghadap ke samping sambil mengotak atik ponselnnya. Zidan tak mau mengganggu aktivitasnya istrinya, ia hari ini berniat tidur di kamar sebelah.
Saat Haura membalikkan tubuhnya ia mendapati suaminya yang hendak pergi dengan membawa satu bantal.
"Mas Zidan" panggil Haura pelan, laki laki itu berhenti melangkah lalu membalikkan tubuhnya menatap istrinya tanpa ekspresi apapun.
"Mau kemana, m-mas?" tanya Haura.
"Kamar sebelah" jawab Zidan singkat.
"K-kenapa gak tidur disini?" Haura bangun dan duduk disandaran kasur.
"Gapapa, lagian kamu gak mau saya tidur disini kan? nanti kalo ada sesuatu panggil aja" ujar Zidan.
Entah kenapa Haura sangat tidak suka jika suaminya itu bersikap dingin begitu kepadanya, apa laki laki itu masih marah soal yang tadi di rumah sakit? sebenarnya Zidan tak marah cuma ia ingin istrinya menyadari perbuatannya.
Karna Zidan merasa tak ada lagi yang mau di tanyai oleh istrinya ia kembali membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya.
Haura tak sanggup di diemin gini lama lama oleh suaminya, ia beranjak turun dari atas kasurnya dan berlari mengejar suaminya "mas Zidan" panggil Haura.
Tanpa aba aba Haura melingkarkan tangannya di pinggang suaminya memeluknya erat dengan isakan kecil, Zidan berhenti melangkah ia terpaku dengan apa yang di lakukan oleh istrinya.
"Apa yang kamu lakukan, Haura" tanya Gus Zidan pelan.
"Maafin aku mas, jangan diemin aku kayak gini" air mata Haura mulai membasahi baju kaos suaminya, Zidan berbalik badan ia mendapatkan istrinya yang tengah menangis karna ulahnya sendiri, membuat. Zidan merasa bersalah.
Gus Zidan mengelap air mata istrinya dengan jemarinya secara lembut, tatapannya menjadi sendu. Apa yang sudah ia perbuat sampai bikin istrinya menangis begini, sungguh Zidan sangat menyesalinya.
YOU ARE READING
Imam untuk haura
Teen Fictionplagiat? jauh jauh! 'Ih amit amit gue punya suami yang spek ustadz, bisa bisa nanti ngeceramahin gue 24 jam. Apalagi pakaiannya yang pake sarung atau gamis norak' ucap Haura. Tapi, ucapannya berbalik ia dijodohkan dengan anak sahabat abinya yang not...