8. Bonfire Time

17 2 0
                                    

Sampai di penginapan, para murid langsung menuju kamarnya masing-masing, setelah di berikan beberapa pengarahan dari guru pembimbing mereka.

Dan untung saja Devina sama sahabatnya dan kekasihnya serta beberapa teman yang ia kenal satu ruangan namun beda kamar. Dia, sahabatnya dan teman wanita satu kamar. Serta kekasihnya dan kekasih sahabatnya yang juga berada di dalam satu kamar.

Setelah membereskan baju, Davino langsung pergi keluar kamarnya menuju dapur, memasakkan makanan untuk kekasihnya dan juga untuk  teman-temannya. "Kamu buat apa?" Pertanyaan penuh penasaran yang kekasihnya berikan, yang saat ini tengah mengintip dirinya yang sedang masak.

"Nasi goreng, sama daging sapi panggang. Emangnya kamu mau makan apa? Biar aku pesenin." Jawaban yang Davino berikan, yang sedang memotong daging menjadi bentuk dadu.

Devina langsung menolaknya dengan gelengan kepala, dan langsung mengambil pisau, guna membantu kekasihnya yang tengah memasak. Ia memang berinisiatif untuk memotong cabai. "Aku suka makanan yang kamu masak." Ujarnya.

"Kamu jangan motong itu, nanti mata kamu perih!" Peringatan yang Davino berikan, yang berniat mengambil pisau di tangan kekasihnya, tapi kekasihnya malah langsung menjauhkan pisaunya. Tentu saja ia tidak nyerah, ia langsung menjauhkan talenan yang sedang kekasihnya gunakan.

"Davino, ish! Yaudah iya enggak! Aku panggang daging aja!" Pasrah Devina.

"Gak! Kau gak boleh melakukan apapun! Lebih baik kau bergegas untuk memanggil anak-anak daripada membantu aku masak. Atau kau bisa bermain bersama Devina dulu." Tolakan yang Davino berikan, melarang kekasihnya.

"Dia sedang jalan sama pacarnya! Begitu juga teman aku yang lain!" Rutukan kesal yang Devina berikan.

"Yaudah, kamu duduk di pantry aja ya. Tunggu, sebentar lagi masakan aku jadi." Jawaban yang Davino berikan, yang mulai mendudukkan kekasihnya ini di pantry.

"Yaudah! Aku pinjam ponsel kamu aja deh. Ponsel aku lagi di charger." Pinta Devina.

Langsung saja Davino mulai mengambil ponselnya yang ada di saku celananya, lalu memberikan ponselnya kepada sang kekasih. Sementara Devina mulai memainkan ponselnya kekasihnya. Pertama, Ia memencat aplikasi insta, untuk melihat koleksi foto di sosial media milik sang kekasih. "Kebanyakan foto aku." Gumamnya.

"Davino, followersnya emang gak banyak, tapi yang minta mengikutinya berjibun." Sambungnya.

Ah iya! Davino emang sudah merubah akun sosial media menjadi privasi. Ia juga sudah mengunfoll followers yang tidak ia kenal, agar tidak ada hate komen di sosial medianya, yang memungkinkan akan di lihat oleh dirinya. Kata sang kekasih, dia tidak mau dirinya tuh merasa insecure atau memikirkan komentar yang tidak jelas mengenai dirinya.

Jadi, dia memutuskan untuk mengunfoll followers yang tidak ia kenal, dan merubahnya menjadi akun privat. Tapi, followers yang di unfoll kekasihnya langsung ngefollow kekasihnya lagi, tinggal kekasihnya aja yang mengizinkan mereka boleh atau tidak ngefollow dia.

Di sela-sela dirinya sedang melihat koleksi foto sosial media milik sang kekasih, ide jahilnya muncul untuk memposting foto kekasihnya di insta dengan caption kekasih idaman. Sebenarnya Devina penasaran akan komentar yang muncul, tapi kekasihnya malah non aktifkan komentar.

Begitu dia ingin menyudahi acara bermain ponsel, deringan yangg ada di ponsel kekasihnya membuat ia mengurungkan niatnya. Langsung saja ia melihat notifikasi yang masuk. "Dav, ayah kamu mengirim pesan." Serunya yang tidak tau apa isi pesannya, dan tidak berani membuka karena iya tau batasan privasi sang kekasih.

"Bisa tolong bacakan apa pesannya?" Tanya Davino yang saat ini sedang mencicipi masakannya.

Setelah mendapat izin dari kekasihnya, baru lah ia mulai membuka pesan dari Ayah sang kekasih. "Ayah kamu menyuruh kamu untuk makan malam di kediaman Lazuardi, setelah acara camping yang berasa liburan ini selesai." Serunya, memberi tau isi pesan yang masuk.

Ah iya! Davino itu emang keseringan tinggal di apartemen, ia jarang pulang ke rumahnya. Jadi, setiap satu minggu sekali atau sebulan sekali, ibu dan ayahnya akan meminta dirinya untuk datang, walaupun hanya untuk sekedar makan malam.

"Kau mau ikut?" Tanya Davino, yang selalu menawarkan kekasihnya untuk ikut bersama dengannya.

"Maaf, Dav. Kayaknya aku gak bisa ikut kamu deh. Aku udah janji sama Caroline untuk menginap di rumahnya, guna menemani dia karena ayah dan ibunya sedang pergi ke luar kota untuk bisnis." Seru Devina, memberi tau. Tapi, ia sampai lupa memberitahu kekasihnya ini.

Pasalnya mereka berdua saling terbuka dan bilang satu sama lain. Mereka akan selalu bilang akan pergi kemana dan sama siapa, maupun itu perempuan, ataupun laki-laki, mereka juga akan bercerita mengenai hari-harinya ketika malam. Ya walaupun hari-hari mereka berdua tuh sering di habiskan untuk mereka pacaran.

"Benarkah? Kalau begitu aku kesana sendiri." Final Davino yang saat ini sudah selesai masak, dan sedang menaruh masakannya ke dalam piring. Setelahnya, ia berikan satu piring kepada sang kekasih, dan satu piring untuk dirinya. Sisanya untuk anak-anak yang satu ruangan dengan dirinya.

"Ingat ya! Kalau disana, jangan langsung buru-buru minta pulang!" Peringat yang selalu Devina berikan untuk sang kekasih. Pasalnya, kekasihnya tuh memang selalu kayak gitu! Baru juga datang ke rumah, makan, berdiam diri sebentar, lalu minta pulang. Padahal keluarganya dia uh, bukan keluarga broken home atau yang lainnya.

Dia kan jadi gak enak kalau kekasihnya ini berkunjung, selalu minta pulang. Apalagi kalau dirinya yang dijadikan sebagai alasannya. Kata sang kekasih, dia tidak bisa meninggalkan dirinya sendiri, serta dia yang gak bisa lama-lama pisah dari dirinya, dan sebagainya.

"Iya iya!" Sahutan yang Davino berikan, disertai dengan nada jengkel.

"Janji?" Tanya Devina, yang sedikit tidak yakin akan perkataan kekasihnya. Bahkan ia sudah memberikan jari kelingking miliknya untuk di tautkan kepada sang kekasih.

Davino langsung mendengus kasar, lalu menautkan jari kelingkingnya, ke jari kelingking milik sang kekasih. "Janji, kesayangannya aku."

Devina terkekeh mendengar kalimat jengkel dari nada suara kekasihnya ketika berucap. Membuat dirinya langsung mengulurkan tangannya, guna mengusak surai kekasihnya karena gemas. "Gemes banget sih pacar aku." Serunya, yang di balas ledek-kan oleh sang kekasih.

Mereka akhirnya melanjutkan makannya dengan hikmat, tanpa membuka suara sampai makanan mereka habis.
---

"Wuuahh, ada api unggunnya juga." Seruan yang Devina berikan, ketika mereka bergegas keluar karena acara akan di mulai. Di sana sudah berkumpul para murid, ada juga yang baru saja datang, sama seperti dirinya saat ini. Dia baru saja datang bersama dengan kekasihnya, dan juga teman satu ruangannya.

"Dan untuk mempererat hubungan kita? Kita akan mengadakan api unggun. Kalian boleh menunjukkan bakat kalian. Jika kalian ingin menunjukkan bakat? Entah menyanyi, menari, berpuisi, berpidato, rap, beatbox, melawak atau bakat lainnya? Kalian boleh berdiri di tengah sini." Ucap sang guru pembimbing.

"Dav, kamu nyanyi gih! Suaramu kan bagus." Usulan yang Caroline berikan. Ya, walaupun dia dan pria yang berstatus sebagai kekasih dari sahabatnya ini tidak terlalu dekat, dia pernah mendengar suara pria ini waktu penilaian paduan suara. Suara pria ini yang sangat unik dan indah di telinga, tidak terlalu berat dan juga santai, membuat para pendengar terpaku akan suaranya. Ya walaupun dia tuh aslinya seorang penyanyi, karena dia sering di tunjuk sekolah untuk mewakilkan lomba bakat di bidang Vokal. Tapi tetap saja, vokalnya dia tih tidak bisa di anggap remeh.

Devina yang mendengar saran temannya pun setuju. "Cuddle-an sampai kamu puas." Tawaran yang ia berikan, yang langsung di sahuti oleh sang kekasih. "Oke!"

DON'T LEAVE ME - HAESELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang