"Eung~~" Devina yang langsung menguap, membuka matanya ketika sinar matahari menyerang matanya. Ia menoleh, dan terdapat kekasihnua yang tengah tertidur pulas dengan posisi yang sama. Memeluk dirinya, tidak mau melepaskannya seakan dirinya pergi jika kekasihnya ini tidak memeluk dirinya.
Dengan hati-hati, ia mencoba melepaskan tangan sang kekasih dari tubuhnya. "Devinaaaa." Rengekan yang kekasihnya berikan, yang masih menutup matanya, sangat sensitif akan gerak. Apalagi menyangkut dirinya. "Davin, aku mau mandi." Pintanya yang masih berusaha melepaskan pelukkan sang kekasih.
Sementara Davino semakin menggelengkan kepalanya, mendusel kepada perut kekasihnya dan membuat kekasihnya ini semakin susah gerak. "Gak usah mandi. Kan libur hari ini." Ujarnya yang menolak dan melarang kekasihnya untuk mandi.
"Dav, kamu kan udah peluk aku daritadi malam. Sekarang lepasin aku dulu ya. Aku mau mandi, udah bau ini." Pintanya, dengan tangan yang sudah mengusap surai rambut lebat milik sang kekasih.
"Kamu gak pernah bau, sayang." Ujar Davino yang masih kekeh pada pendiriannya.
"Davino sayang, udah dulu ya. Aku mandi dulu, abis itu buat sarapan untuk aku dan kamu." Jelasnya, yang masih berusaha membujuk kekasihnya untuk melepaskan pelukannya.
Lagi dan lagi Davino menggelengkan kepalanya. Masih kekeh untuk tidak melepaskan pelukkannya.
"Davino Lazuardi!" Satu sentakan dari dirinya, yang mampu membuat kekasihnya melepaskan pelukkannya. Bagaimana bisa kekasihnya ini masih menolaknya, sedangkan dirinya sudah memanggil nama lengkapnya dengan sentakan! Bisa tidak tenang hidup kekasihnya karena kemarahannya.
Dilain sisi, ia langsung menghela nafasnya lega. Ia mengusap rambut kekasihnya. "Jangan tidur terlalu lama. Kau sudah janji kepada diriku untuk membeli perlengkapan serta kebutuhan bulanan." Peringatnya sebelum pergi meninggalkan kekasihnya yang masih mengerucutkan mulutnya kesal.
Padahal dirinya masih ingin cuddle bersama kekasihnya. Tapi disatu sisi, ia tidak ingin membuat kekasihnya marah. Dengan helaan nafas kesal, ia mengambil ponsel yang ada di nakasnya, membuka never untuk mencari film apa yang baru saja keluar.
Ya, tadi malam mereka memang berencana untuk belanja kebutuhan bulanan untuk kekasihnya maupun dirinya. Tapi ia tidak mau kalau hanya untuk belanja bulanan. Jadi, ia memutuskan untuk menghabiskan waktu berdua terlebih dahulu bersama kekasihnya, sebelum dirinya belanja bulanan.
Ya paling tidak neko-neko, hanya makan bersama, menonton bersama dan bermain time zone bersama, lalu belanja bulanan.
***Sampai dipusat perbelanjaan, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke starbucks terlebih dahulu. "Gak ada americano ya, Dav!" Peringatan yang Devina berikan, sebelum kekasihnya ini memesan kopi favorite-nya.
Iya americano! Kopi ala Davino yang sangat aneh menurutnya! Gimana gak ia larang coba! Kopinya benar-benar pahit dan yang paling penting, Tidak bagus untuk kesehatan! Kekasihnya ini pernah dirawat kerumah sakit selama 1 bulan karena kebanyakan minum americano. Maka dari itu ia melarang kekasihnya.
"Iya." Pasrah Davino dan mulai memesan kopi yang biasa.
"Coba sini aku cobain dulu." Pintanya, dan kekasihnya langsung memberikan kopinya. "Bagus. Anak pintar." Serunya yang langsung mengusap rambut belakang sang kekasih.
Mereka berdua langsung menuju pusat perbelanjaan. Belanja kebutuhan mereka masing-masing. "Dav, sabun kamu ganti, ya? Yang kemarin wanginya gak enak." Ujarnya yang hanya dibalas anggukan kepala oleh sang kekasih.
Davino kalo lagi belanja bulanan? Ia gak ngapa-ngapain. Cuma dorong trolli aja, masalah belanja? Kekasihnya yang bakalan list barang apa aja yang habis di apartnya. Maka dari itu ia beruntung banget punya Devina sebagai kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME - HAESELLE
Fiksi PenggemarCERITA INI KHUSUS HAESELLE/HAERI (HAECHAN X GISELLE) SHIPPER! APABILA KALIAN GAK SUKA SAMA SHIPPER INI? TIDAK DI ANJURKAN UNTUK MEMBACA CERITA INI. TAPI, APABILA KALIAN MASIH KEKEH UNTUK BACA? DILARANG UNTUK BERKOMENTAR NEGATIF KEPADA PARA TOKOH YAN...