Berjuang

110 1 0
                                    

Satu pukulan tepat mengenai dada kiri Andre.

Benar saja Diana tidak melewatkan kesempatan emas itu ia kembali memukul dada kiri pria itu untuk kedua kalinya.

Bugh

Rasa sakit, nyeri teramat sakit Andre rasakan ia diam, toh mantan kekasihnya tidak akan peduli. Pikirnya.

"Good baby." tersenyum tercekat.

Pukulan itu tidak ada apa apannya dibanding perbuatan bejat pada Diana, ia sungguh menyesal.

"Ndre, lo nggak apa apa kan."

Pria itu memejamkan kedua mata cukup lama.

"ANDRE. LO DENGER GUE NGOMONG KAN."

"I iya. Telingaku masih normal." jawab Andre akhirnya. Terlihat jelas raut khawatir dari wanita di hadapannya.

"Beneran gak apa apa." sambungnya memastikan.

"Iya baby."

"Bagus deh."

"Kenapa kamu khawatir sama aku, hmm..." goda Andre.

Terlalu percaya diri. Memang tidak bisa dipungkiri Diana sedikit khawatir, takut terjadi sesuatu pada pria itu, pada akhirnya ia yang akan disalahkan.

"Ciee... khawatir nih ceritanya." godanya lagi.

"Tidak. Pede banget sih lo, minggir gue mau pulang, kamu mau antar aku tidak." dorong nya lalu berdiri akan pergi.

"Auuuh..." ringis Andre memegangi dada kirinya.

'Kenapa lagi dia, ah palingan juga pura pura, dasar munafik.'

Diana pergi tanpa tau keadaan Andre saat ini, jantungnya sudah kambuh sebelum ia memukulnya.

"Ndre, cepetan dikit jalannya, perut gue laper, emang lo gak kasian apa sama dedek bayi di dalam perut, ndre."

"Andre." berlari kecil menghampiri pria yang tergeletak lemas. Dia pun tidak merespons panggilan Diana.

📞

Kak Gan, tolong aku, cepatlah datang kesini, nanti aku kirim lokasinya

Hallo, ini siapa, hallo?

"Jangan jangan bos." gumamnya meraih kunci mobilnya bergegas pergi ke lokasi yang diberikan Diana.
***

Morgan tidak membawa bosnya ke rumah sakit melainkan ke sebuah mansion di kawasan komplek elit.

"Kak Gan. Kita mau kemana, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit aja." tanya  Diana yang duduk memangku kepala pria Andre, ia sedikit kesulitan karna sedikit kesusahan oleh perut buncitnya.

"Na, kamu sandarkan dia ke kursi. Kasian kan bayi kamu kalo kenapa napa gimana." saran Morgan melihat Diana keliatan letih ketika memangku tubuh berat Andre di atas pangkuannya.

"Tidak apa apa kak. Ibu dan bayinya kuat kok, iya kan nak." celetuk Diana tersenyum mengelus perut buncit nya.
---

Diana sambil menatap langit langit kamarnya termenung, pikirannya campur aduk jadi satu, memikirkan sang suami yang tak kunjung pulang, padahal udah beberapa bulan baru hari ini dia mengabarinya. Sedangkan sebagian lagi ia teringat kondisi pria lain, seberapa keras membuang nya jauh jauh tetap saja rasa itu melebihi perasaan khawatir.

Apa mungkin di dalam lubuk hati seorang Diana masih memendam sesuatu aneh, sakit, benci dan cinta masa lalu.

"Seandainya dulu kamu tidak pergi ninggalin aku dengan luka dalam kau torehkan dulu, mungkin kita sekarang sudah menikah dan anak ini." gumam nya

Tidak, apa Diana menyesali keputusannya beberapa bukan lalu, menerima David sebagai pendamping hidup nya.

Bertahun tahun David memperjuangkan cintanya, tapi kenapa sifat dia berubah semenjak kedatangan pria lain.

Diana pernah bercerita bahwa kakak iparnya ialah mantan kekasih satu hari sebelum pernikahan berlangsung, seiring berjalannya waktu ia jatuh hati pada David melihat betapa tulus cintanya.

Berkali kali ditolak, namun lelaki itu tetap kekeh berjuang.

Lantas mengapa suaminya sendiri bersikap demikian, seolah ingin menyatukan kembali dua insan yang dulu sempat bersama.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang