Entah sudah ke berapa kalinya Khaotung keluar masuk kamarnya hanya untuk memastikan apakah First sudah pulang atau belum. Hujan sudah redah sejak pukul sembilan malam tadi, jam tutup cafe juga sudah terlewat hampir tiga jam lamanya. Namun sampai hampir pukul satu pagi ini, First belum juga menunjukkan akan kembali ke rumah.
Khaotung juga menghubunginya puluhan kali, tapi tidak satu pun panggilannya di jawab oleh First. Tidak biasanya First akan mengabaikannya seperti ini. Tentu saja hal itu membuat Khaotung mulai merasa khawatir takut jika sesuatu terjadi pada First di perjalanan pulang.
Setelah mencoba menelpon untuk yg kesekian kalinya dan lagi-lagi tidak ada jawaban, Khaotung memutuskan untuk menyusul First ke cafe. Tidak peduli jika dirinya harus mengendarai motor di tengah malam seperti ini. Bahkan baru setengah perjalanan gerimis mulai turun meskipun tidak terlalu lebat.
Dengan pakaiannya yg sedikit basah, Khaotung memarkirkan motornya di depan cafe yg sudah terlihat gelap tanda cafe memang sudah tutup. Berita buruknya lagi, Khaotung tidak memegang kunci cafe. Kunci tersebut hanya di pegang oleh First, karena memang dia yg setiap hari pergi kesana.
Khaotung sudah seperti pencuri yg sedang celingukan di depan cafe dan sesekali mengintip ke arah dalam untuk memastikan apa ada orang di dalam sana. Dan tentu saja dgn harapan First memang ada di dalam sana dan sedang tidur.
Khaotung akan memaklumi jika First sedang tidur di dalam sana. Karena jika sedang tidur kekasihnya itu seperti orang mati yg tidak akan terganggu sedikitpun dgn segala kebisingan yg terjadi. Mungkin itu juga sebabnya First tidak menjawab panggilan Khaotung.
"Khao? Sedang apa disini?"
Setelah duduk hampir lima menit di depan cafe, seseorang akhirnya datang. Mark dgn pakaiannya yg basah kuyup berjalan mendekati Khaotung yg sama terkejutnya dgn Mark. Ini sudah hampir setengh dua pagi dan mereka masih berkeliaran di cafe.
"Aku sedang mencari First."
"First? Apa dia belum pulang?"
Jika pria itu sudah pulang, Khaotung tidak akan berada disana saat ini.
"Apa dia tertidur di dalam setelah menutup cafe? Aku meninggalkannya sendirian sore tadi."
Mark mengeluarkan kunci cadangan yg di berikan oleh First tadi siang untuk membuka pintu yg sudah terkunci rapat itu. Sementara Khaotung hanya berdiri diam menunggu. Tidak sepenuhnya diam karena matanya sesekali melirik sosok pria yg berdiri beberapa langkah di belakang Mark. Pakaiannya juga basah kuyup sama persis seperti Mark sekarang. Mungkin itu teman Mark karena Khaotung sama sekali tidam mengenalnya.
"Apa kalian berenang di laut pagi buta seperti ini?"
Mark ikut menoleh ke arah pria di belakangnya yg tidak lain adalah Neo. Mereka memang baru saja bermain di laut tapi bukan untuk berenang tentunya.
Khaotung segera masuk ke dalam cafe setelah pintunya terbuka, disusul dgn Mark yg berjalan di belakangnya. Sementara Neo, dia pergi begitu saja setelah memastikan Mark masuk bersama Khaotung.
"Kau sudah menelponnya?"
"Sudah berkali-kali tapi First tidak menjawab satu pun."
Tumben sekali, biasanya First akan menjawab panggilan dari kekasihnya dgn sangat cepat. Mark bahkan sampai hafal dgn kelakuan bossnya itu.
"Mungkin dia tertidur di dalam karena terlalu lelah."
Khaotung berjalan ke arah kamar cafe yg pintunya tertutup rapat. Khaotung juga sempat melihat ada dua buah gelas kopi yg belum di bereskan di atas meja. Pasti itu milik First yg dia habiskan sebelum pergi beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Love You (FirstKhaotung) ✔️
Фанфик"... Pada akhirnya, aku masih bersamamu bukan lagi karena cinta melainkan karena terbiasa." - First Kanaphan - "apakah hidupmu akan lebih baik tanpa aku?" - Khaotung Thanawat - "aku kehilangan dirimu yang artinya aku juga kehilangan hidupku." - Fir...