Akhir-akhir ini cuaca memang sama sekali tidak bisa di tebak. Seperti saat ini, hujan tiba-tiba saja turun tepat ketika First membuka pintu rumahnya. Padahal beberapa saat yg lalu langit terlihat begitu cerah. Niatnya untuk pergi ke cafe pun di urungkan dan memilih untuk kembali masuk.
Di saat hujan seperti ini sudah bisa di pastikan tidak akan ada pengunjung yg akan datang ke pantai, yg artinya tidak akan ada juga orang yg akan mampir ke cafenya.
"Tidak jadi pergi?"
Melihat kekasihnya yg kembali ke dalam rumah dan meletakkan kunci mobil serta tasnya. Khaotung mendekatinya memastikan apa ada yg salah hingga First tidak jadi pergi bekerja.
"Hujannya turun lagi, nanti saja perginya."
Kedua sepatunya sudah terlepas sempurna dari kaki First, begitu juga dgn jaket yg dia kenakan tadi.
"Lalu Mark?"
Ini sudah memasuki jam buka cafe jadi tidak menutup kemungkinan jika Mark juga sudah berada disana menunggu First.
"Anak itu pasti masih tidur di rumahnya. Kalau pun dia ada di cafe dia pasti sudah menelpon ku sejak tadi."
Benar juga, Mark tidak memiliki kunci cafe. Jika dia disana pasti ponsel First sudah berdering sejak tadi karenanya.
Khaotung hanya manggut-manggut paham. Kakinya bergerak kembali menuju meja belajarnya. Pekerjaannya sudah menunggu untuk segera di selesaikan. Tugas akhir ini sungguh tidak ada akhirnya.
"Sayang!"
Pria manis itu hanya mengangkat sebentar wajahnya ketika First memanggilnya. Kekasihnya itu sudah berdiri dusamping meja dgn kedua tangan yg bertumpuh di atasnya.
"Bukankah ini terlalu awal untuk mengerjakan tugas-tugasmu?"
First sedikit merunduk untuk mensejajari Khaotung yg sedang fokus dgn pensil dan penggarisnya.
"Aku ingin menyelesaikannya lebih cepat agar aku juga bisa beristirahat lebih cepat juga." Jawab Khaotung tanpa menoleh sedikitpun pada First, "agar aku bisa lebih cepat membantumu mengurus cafe juga." Lanjutnya.
Mendengar jawaban Khaotung, First kembali menegakkan tubuhnya. Kakinya berjalan pelan ke belakang kursi yg di duduki oleh Khaotung. First menjatuhkan kepalanya tepat di atas bahu kanan Khaotung dgn begitu manja.
"Di luar sangat dingin, aku ingin tidur sebentar sebelum pergi bekerja."
Kedua tangannya juga digunakan untuk menahan tangan Khaotung agar berhenti melakukan pekerjaannya.
"Kalau ingin tidur ya tidur saja, jangan menempel padaku seperti ini."
Khaotung menggerak-gerakkan bahunya agar First menyingkir darinya. Bukannya pergi, First justru membawa tangannya untuk memeluk Khaotung dgn erat.
"Di luar sangat dingin, apa kau tidak mengerti?"
Khaotung memutar bola matanya dgn malas, di luar sedang hujan tentu saja dingin.
Di putarnya kursi yg dia duduki, "apa kau ingin aku mengantarmu ke tempat tidur lalu menyelimuti mu dari ujung kaki sampai ujung kepala?"
First terkekeh, Khaotung slalu terlihat menggemaskan ketika mengomel seperti itu. Matanya yg seperti anak kucing, serta bibirnya yg mengerucut lucu.
"Fiiirrsstt"
First tidak bisa untuk tidak mengecup bibir lucu itu dan mencubit kedua pipinya. Dan Khaotung akan meneriakkan namanya karena kesal setelah itu. Benar-benar menggemaskan hingga First ingin memakannya hidup-hidup.
"Lupakan tugas-tugasmu itu, sebaiknya kita tidur saja."
First melepas paksa pensil dan penggaris dari tangan Khaotung lalu menariknya dan membawanya untuk berbaring di atas ranjang. Merasa tidak akan bisa menghentikan First, Khaotung pun hanya menurut dan mengikuti keinginan kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Love You (FirstKhaotung) ✔️
Fanfic"... Pada akhirnya, aku masih bersamamu bukan lagi karena cinta melainkan karena terbiasa." - First Kanaphan - "apakah hidupmu akan lebih baik tanpa aku?" - Khaotung Thanawat - "aku kehilangan dirimu yang artinya aku juga kehilangan hidupku." - Fir...