3. Old Friend?

590 38 8
                                    

First pikir menjalankan sebuah cafe adalah perihal yg mudah. Hanya perlu membukanya lalu menjual makanan dan minuman, setelah itu kembali menutupnya ketika hari sudah menjelang tengah malam.

Tapi nyatanya First sepenuhnya salah tentang itu semua. Satu bulan pertama memang masih terbilang First bisa mengatasinya. Dia juga memiliki Mark yg membantunya disana, juga tentunya Khaotung yg memiliki peran sangat penting dan menjadi support system utama untuk dirinya.

Setelah hampir lima bulan berjalan, First mulai merasakan bagaimana susahnya menjalankan bisnisnya sendiri. Harusnya dulu First tidak perlu terlalu sombong mengatakan pada orang tuanya untuk tidak membantunya sedikitpun apapun yg terjadi pada usaha miliknya nanti. Dan sekarang First sungguh membutuhkan bantuan.

Kepalanya mulai di pusingkan dgn memikirkan bagaimana cara agar cafenya tetap berjalan di jalurnya. Belum lagi First harus mengatur pengeluaran yg menurutnya tidak ada akhirnya. Juga tentang kerugian yg harus dia alami ketika cafenya memasuki masa masa dimana hanya ada sedikit pengunjung yg datang. First menyesal tidak memiliki rencana kedua jika sesuatu yg tidak dia inginkan terjadi pada cafenya.

First juga tidak bisa terlalu sering mengganggu Khaotung dgn masalah masalah yg sedang dia hadapi sekarang. Kekasihnya itu tengah di sibukkan dgn segala urusan semester akhirnya. First tidak ingin menambah beban pikiran Khaotung yg menurutnya sudah terlalu banyak itu.

"Apa terjadi sesuatu? Aku bisa pulang sekarang, cafe juga sedang tidak terlalu ramai. Mark bisa menjaganya sendirian."

Dengan ponsel yg menempel pada telinganya, First merapikan beberapa gelas yg tadi sudah di cuci oleh Mark ke tempatnya. Khaotung beberapa saat yg lalu menghubunginya dan bertanya apakah kekasihnya itu bisa pulang sebentar.

Setelah dua bulan cafe milik First berjalan, First memutuskan untuk pindah dan mencari rumah yg lebih dekat dgn cafenya. Dan tentu saja Khaotung ikut dengannya untuk tinggal bersama. Meskipun tidak sebesar rumah lamanya, tapi First sudah lebih dari bahagia karena Khaotung menemaninya disana.

"Setelah mereka berdua pergi tutup saja cafenya. Aku harus pulang sekarang, bawa saja kuncinya bersamamu."

First menyerahkan kunci cafe lengkap dgn dua buah kucing sebagai gantungannya. Itu adalah miliknya yg dia berikan pada Khaotung ketika Khao pergi ke Bangkok dulu. Keduanya memutuskan untuk menggabungkannya dan menggantungnya di kunci cafe.

Setelah membereskan barang-barang miliknya, First buru-buru meninggalkan Mark yg masih duduk santai di balik meja pembuat kopi. Matanya sempat melirik dua orang pria yg sedang duduk di salah satu meja. Mereka adalah pelanggan terakhirnya malam ini, dan sepertinya kedua pria disana juga sedang dalam suasana yg tidak baik. Tapi First tidak ingin mencari tau lebih jauh, toh itu juga bukan urusannya.
.
.
.

Khaotung mengusap celana pendeknya yg setengah basah karena terkena tumpahan air panas. Kakinya tidak sengaja tersandung kotak yg First letakkan sembarang di samping meja dapur tadi siang. Dan itu membuat panci berisi air panas ditangannya jatuh dan tidak sengaja mengenai kakinya. Niatnya membuat kopi untuk menemaninya menyelesaikan tugas pun harus dia urungkan dan berakhir dgn mengepel lantai dapur.

"Khao, ada apa?"

First yg juga baru masuk ke dalam rumah berpapasan dgn Khaotung yg keluar dari ruang peralatan setelah mengembalikan pel lantai.

"Kenapa kau meletakkan barang-barang mu di dapur?"

Khaotung berjalan lebih dulu di susul oleh First yg berjalan dgn ekspresi kebingungan di belakangnya. Seingatnya dia tidak meninggalkan apapun di dapur.

"Barang apa?"

Khaotung menunjuk sebuah kotak besar yg entah apa isinya untuk menjawab pertanyaan First. First hanya cengengesan karena baru mengingat dia meninggalkannya disana karena tadi terburu-buru untuk kembali ke cafe dan lupa membawanya.

The Way To Love You (FirstKhaotung) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang