EPILOG

222 14 0
                                    


Kepada Lirikan-Lirikan Rahasia
Naruto by Masashi Kishimoto
Tidak mengambil keuntungan apapun atas fic ini
standar warning applied

"Ku tegaskan sekali lagi, ini hanya soal aku yang ingin mengajak kakakku menemaniku belanja, aku bisa menjemputnya sendiri di rumah." Hanabi terlihat gondok sekali dengan lawan bicaranya di telepon.

"Aku tak peduli, aku yang akan mengantarkanya ke toko tempat kau akan berbelanja."

"Dia tidak akan melarikan diri, sialan."

"Huh, sungguh kata yang baik sekali terlontar dari adik iparku."

"Sudah lebih dari tiga tahun kalian menikah, harusnya kau bisa mengurangi sikap protektifmu yang berlebihan."

"Aku tidak menerima saran, perkataanku tak berubah, kau tunggu saja di toko tepat jam dua siang, Hinata akan ku antar ke sana."

Naruto mematikan sambungan teleponnya, mengembalikan ponsel sang isteri yang sedang terduduk di sofa.

"Naruto-kun, benar yang dikatakan Hanabi, aku hanya menemaninya berbelanja saja."

Naruto menoleh kepada sang isteri, terduduk tepat disamping wanita itu,"Aku mengkhawatirkanmu."

"Apa yang perlu di khawatirkan? Kami hanya berbelanja, lagipula aku butuh keluar sebentar kan daripada dirumah terus?"

"Kau bosan bersamaku?" Nada Naruto meninggi, dia menarik pinggang sang isteri agar makin mendekatinya.

"Tentu saja tidak, tapi aku juga butuh hal-hal kecil begini, aku sering melakukannya sebelum aku menikah Naruto dan tak ada hal apapun yang terjadi."

"kita berlibur sebulan sekali, makan malam diluar berdua setiap minggu, kau bosan dengan itu? lagipula kau sedang mengandung lagi."

"Naruto." Hinata meletakan tangannya ke pipi Naruto, meminta penjelasan, "Dokter mengatakan keadaanku baik-baik saja."

Tak ada jawaban dari sang suami, Naruto hanya balas memeluk Hinata dengan erat, mengistirahatkan kepalanya di leher sang isteri lalu mulai menciumi tulang selangka sang isteri.

"Naruto-kun," elak Hinata, mencoba menghindar, dia butuh dipahami, bukan kemudian dibelokan arah pembicarannya.

"Kau terlalu protektif kepadaku selama ini."

"Lalu kenapa? Kau ingin berpisah denganku karena ini?" Tanya Naruto gusar.

"Tidak ada yang ingin berpisah denganmu."

Hinata menatap Naruto sungguh-sungguh, mencoba meyakinkan, Naruto yang terlalu protektif tidak berubah sejak awal mereka menikah, mungkin ini juga bagian dari karma berkelanjutan yang harus diterima Hinata akibat perbuatannya dulu.

Tidak boleh menyimpan nomer laki-laki manapun selain keluarga dan saudara, tidak diijinkan bekerja lagi, dan tidak diijinkan kemana-mana sendiri tanpa diantar jemput Naruto.

Berkali-kali hal ini menjadi bahan pembicaraan mereka, tidak ada ujungnya karena Naruto akan mengungkit dosa masa lalu Hinata.

"Kau bekerja saja, tidak apa-apa nanti aku dijemput Hanabi," pinta Hinata sekali lagi.

"Tidak, kau akan ku antar ke toko saja, lagipula Hanabi sudah mengirimkan lokasinya."

Hinata menyerah, tidak mau berdebat, dia menerima bahwa ini bagian dari karma yang harus dia tanggung, "Baiklah, terserah Naruto-kun saja."

Naruto tahu isterinya merajuk, dipeluknya tubuh mungil dengan perut membuncit itu, mengusap pelan rambut indigo panjangnya, menyadari kalau dia memang terlalu protektif, tapi tidak bisa menghentikan dirinya sendiri.

Dia sudah mendapatkan Hinatanya, tak mampu bila harus kehilangan lagi.

The End

.

.

.

See you di karya saya selanjutnya.

Kepada Lirikan-Lirikan RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang