1. Murid Baru

324 39 8
                                    

Cuaca pagi yang teduh menemani langkah seorang pemuda yang tidak memiliki semangat hidup. Ini adalah hari pertama lelaki tampan itu memasuki sekolah barunya, dengan langkah lunglai dia menyeret paksa kakinya. Dia adalah Wang Yibo, si playboy nomor 1 di sekolah asalnya.

Yibo marah kepada orang tuanya. Bukan hanya karena dia harus pindah sekolah, tetapi dia juga kesal karena ternyata, dia juga ditinggal oleh orang tuanya pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis.

Bukan perihal sulit untuk Yibo yang harus tinggal sendiri, dia sudah terbiasa sendiri sedari kecil. Tetapi, satu hal lain yang membuat Yibo lebih jengkel adalah karena dia baru saja menaklukan wanita tercantik di sekolahnya dan tanpa peringatan apa pun dia dipaksa pindah. Padahal, sudah banyak waktu dan usaha yang dia kerahkan untuk mendapatkan hati wanita tersebut.

Yibo berjalan seperti mati segan, hidup tidak mau keluar dari tempat parkir mobil, hingga akhirnya dia tidak sengaja melihat seorang lelaki tinggi langsing, memiliki kulit putih pucat, sedang mengendarai sebuah motor butut berjalan ke arahnya. Pandangan Yibo tertuju langsung kepada bibir penuh berwarna pink yang dihiasi tahi lalat di bawahnya.

Karena terpesona atau merasa takjub matanya tidak berkedip. Dia terus menatap lelaki tersebut, hingga akhirnya sebuah klakson soak terdengar di indra pendengarannya.

Yibo tersadar dan langsung mundur beberapa langkah. Motor itu pun berhenti mendadak tepat di depannya.

"Kenapa kau diam di tengah jalan, adik kecil?" Lelaki si pemilik bibir bermole itu bertanya. "Untung aku jago mengendarai motor, jadi kau  tidak sampai kutabrak," sambungnya.

Padahal kenyataannya, Yibo-lah yang mundur, jika tidak, sudah pasti dia tertabrak oleh lelaki yang sedang di perhatikannya ini.

"Maaf," jawab Yibo singkat, karena bingung ingin menjawab apa.

Lelaki itu tetap bicara, entah apa yang dia katakan, namun satu hal yang dapat Yibo simpulkan, tidak boleh melamun di tengah jalan. Ya, seperti itu katanya.

Mata Yibo menatap lurus ke arah bibir merah jambu yang sesekali terbuka memperlihatkan sepasang gigi kelinci yang begitu lucu, semakin lelaki itu banyak bicara semakin Yibo ingin membungkam dengan bibirnya.

Apa yang barusan aku pikirkan? Persekian detik Yibo tersadar dari pikiran aneh yang tiba-tiba merasuki otaknya itu.

"Tidak apa-apa adik kecil, lain kali kamu harus lebih hati-hati, ya ...." Lelaki itu menjalankan motor bututnya, pergi meninggalkan Yibo yang masih berjibaku dengan pikirannya sendiri.

"Hei! tunggu!!! siapa namamu?" teriak Yibo yang sepertinya terlambat karena lelaki tersebut sudah melaju menjauh. Jika bukan karena dia hampir terlambat, dia sudah pasti akan mengejarnya, namun terlambat di hari pertama masuk sekolah sungguh perbuatan tak keren untuk seorang Yibo yang sempurna.

Kini dia melangkahkan kaki penuh semangat, entah mendapatkan energi dari mana, dia yang tadi datang dengan kepala tertunduk seperti ayam sayur, dan jangan lupa, dia pun tengah mengumpat kedua orangtuanya, saat ini senyuman manis tidak pupus dari bibir tipisnya  menuju kelas.

Pertemuan dengan lelaki berparas manis itu mengubahnya mood-nya hari ini. Dia sekarang sudah tidak lagi menyalahkan. Malah Yibo sangat bersyukur pada orangtuanya yang memindahkan dirinya di sekolah ini. Padahal baru beberapa menit yang lalu di dalam mobil dia mengutuknya.

.
.
.

Seorang guru wanita di awal tiga puluh tahunan itu masuk ke dalam kelas, terlihat dia bersama dengan seseorang yang masih berdiri di depan pintu.

"Anak-anak! Hari ini kalian kedatangan teman baru, pindahan dari sekolah internasional Beijing, ibu harap kalian bisa bekerja sama dengan baik." Guru perempuan yang masih muda itu menjelaskan. Tidak berapa lama, sesosok pemuda bertubuh tegap dengan penuh percaya diri, melangkah masuk ke dalam kelas.

Chasing His FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang