4. Taman Hiburan

147 23 11
                                    

Waktu begitu cepat berlalu, Yibo tidak menyadari jika sudah tiga bulan dirinya tinggal di Kota Chongqing, orang tua Yibo telah kembali dari perjalanan bisnisnya. Kini mereka tengah makan bersama.

"Yibo, bagaimana dengan sekolahmu?"

"Sangat menyenangkan, Mom, aku harus berangkat lebih awal hari ini, ada sesuatu yang harus aku lakukan."

"Ya, sudah ... selesaikan sarapanmu dulu dan hati-hati di jalan!" Yibo pun segera mengakhiri acara sarapan bersama itu, saat ini waktu masih menunjukan pukul 7 pagi, tetapi Yibo sudah tidak sabar ingin segera bertemu seseorang yang membuat harinya berwarna itu.

Beberapa hari yang lalu ....

Sebuah iklan di televisi yang mempromosikan tentang taman hiburan itu ditayangkan. Xu Kai dan Yibo tengah berada di ruang tengah itu saling meledek tentang pengalaman pertama mereka ke tempat hiburan yang banyak dikunjungi para anak muda bersama kekasihnya itu.

Di tengah mereka saling mengejek Zhan berbicara, "Apa di sana menyenangkan?"

Spontan Kai dan Yibo menoleh ke arah Zhan.

"Apa kau belum pernah ke sana Zhan Ge?" tanya Yibo tulus.

"Sepertinya dia belum pernah ke sana karena aku saja ke sana karena pacarku yang mengajakku, jadi siapa yang mengajak Zhan Ge ke sana, jika pacaran saja dia tidak pernah?" Kai mengejek kakaknya sendiri.

"Dasar adik kurang ajar!" Zhan tampak kesal tetapi memang seperti itu faktanya.

Mendengar itu Yibo bingung ingin marah pada sahabatnya karena telah mengejek calon pacarnya itu, atau bahagia karena tahu ternyata Zhan-ge nya benar-benar masih polos seperti dugaan Yibo.

"Ayo, kita ke taman hiburan besok!" Baru beberapa menit yang lalu Yibo mengejek Kai, tapi setelah tahu jika Zhan Ge menginginkan pergi ke sana, dengan cepat dia menyanggupinya.

"Huh! Dasar anak labil!"

.
.
.

Mobil Yibo telah terparkir di depan rumah bercat putih itu, dia keluar segera setelah melihat dua sosok yang tidak asing, yang satu jelas Xu Kai teman sekelasnya, dan yang satu lagi, hmm ... seseorang dengan menggunakan hoody berwarna biru itu tersenyum dengan manisnya ke arah Yibo, dia adalah orang yang menjadi alasan hidup Yibo jadi bersemangat akhir-akhir ini.

"Maaf Yibo, aku jadi merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, Ge, aku juga sangat menyukai taman hiburan."

Uhuk! Uhuk!

Kai terbatuk-batuk. Huh! Dasar pembual! Kai membatin.

"Kau tidak apa-apa Kai?" tanya Zhan khawatir.

"Tidak apa Ge, aku hanya tersedak omonganku sendiri." Zhan bingung dengan jawaban adiknya, tapi lain dengan Yibo yang menatap sinis ke arah Kai.

Zhan sudah lebih dulu menuju ke mobil Yibo, sebelum dia membuka pintu belakang mobilnya, Yibo sudah membukakan pintu depannya mempersilakan Zhan duduk di sampingnya.

"Ah ... aku di belakang saja Yibo, biar kalian yang duduk di depan," tolak Zhan halus.

"Tidak Ge,  aku saja yang duduk di belakang." Kai membuka pintu belakang dan langsung masuk. Tatapan menusuk Yibo ke Kai membuatnya paham maksud dari temannya itu, bahkan mereka sudah buat perjanjian jika nanti sesampainya di sana Kai harus pergi ke mana pun yang dia suka, asal jangan mengganggu mereka.

.
.
.

"Wah ... bianglalanya besar sekali, liat Yibo, itu terlihat dari sini!" seru Zhan antusias karena baru pertama kali ke tempat ini, Kai malu mempunyai kakak yang kelakuanya melebihi anak kecil itu, beda dengan Yibo yang tersenyum manis menanggapi celotehan Zhan.

Dasar Zhan Ge norak! Batin Kai.

"Ayo kita ke permainan itu!" tunjuk Zhan ke salah satu permainan extream di sana.

"Apa kau yakin Ge, akan naik itu?" tanya Kai yang sepertinya takut.

"Ya, sudah jika kau tidak ikut aku dan Zhan Ge saja yang akan naik." Yibo menarik tangan Zhan saat ini entah kenapa jadi Yibo yang labih semangat.

Berbagai macam permainan mereka naiki, hingga akhirnya Zhan sadar jika dia meninggalkan adiknya.

"Yibo di mana Kai? Kita meninggalkanya?"

"Oh, dia sudah pulang duluan Ge, tadi dia menghubungiku memberitahu jika pacarnya menelepon dan mengajaknya pergi."

"Oh, dia sudah pulang. Ya sudahlah, kita teruskan lagi, Yibo!" Zhan menarik tangan Yibo untuk bergandengan tangan. Saat ini adalah saat terindah di dalam hidup seorang Yibo, di hatinya sedang bermekaran bunga-bunga musim semi begitu hangat dan juga manis.

Saat senja tiba hampir semua permainan Zhan sudah naiki, bahkan ada beberapa yang membuat Yibo pucat salah satunya adalah permainan tornado, hidup dan mati Yibo sepertinya dipertaruhkan di sana.

Oh, Tuhan, harus beginikah untuk mendapatkan hati seseorang yang sedang duduk di sebelahku? bahkan rasa takutku sudah hilang sepertinya.

Dengan posisi kepala di bawah, kaki mereka di atas, diputar-putar seperti baju kotor di mesin cuci. Yibo membatin penuh dramatisir.

Setelah turun Yibo segera ke toilet, dia muntahkan semua sarapannya tadi pagi. Yibo benar-benar tidak ingin menunjukan kelemahanya kepada Zhan, karena di dalam dirinya sudah terpatri jika dia adalah ehm, suaminya Zhan Ge.

Zhan di luar mulai panik karena Yibo tidak kunjung keluar dari toilet. Lalu Zhan berinisiatif masuk ke dalam dan mencari Yibo.

"Yibo kau di mana? " Terlihat wajah pucat Yibo yang sedang bersandar di tembok putih seolah-olah kakinya tidak bisa diajak berjalan.

"Yibo kau tidak apa-apa?" Zhan memapah Yibo, saat ini tubuh mereka sangat dekat karena cara Zhan memapah lebih tepat seperti memeluknya dari arah samping. Tiba-tiba muncul ide di pikiran Yibo.

"Ge, aku sangat lemas, susah buatku untuk berjalan." Tangan kanan Yibo merangkul pundak Zhan dari depan, kini posisi mereka sekarang benar-benar berpelukan tanpa meninggalkan celah.

Zhan membiarkan sejenak, ada rasa yang  menggelitik di hatinya yang begitu aneh, saat untuk pertama kalinya ada seseorang yang memeluknya sangat erat. Zhan bukan tidak pernah berpelukan, dia sering berpelukan dengan Jingyu juga, tapi baru kali ini dia di perlakukan seperti ini.

Yibo tersenyum nakal saat dia dapat merasakan detak jantung Zhan semakin terasa berlomba. Ditatapnya wajah pria manis itu, yang terlihat memerah.

"Zhan Ge, kau tak apa-apa? Sepertinya wajahmu memerah?" ledek Yibo menahan tawa. Zhan yang tersadar mencoba melepas pelukan, tetapi Yibo dengan sengaja menahannya, malah memeluknya semakin erat.

"Yibo! Aku sesak, tak bisa bernapas!"

Akhirnya Yibo melepaskan pelukan Zhan, sambil menggaruk tengkuknya.

"Kau tidak apa-apa Ge?"

"Ah ... aku tidak apa-apa, ayo Yibo kita cari makan! Mungkin kamu sudah lapar," ajak Zhan salah tingkah dengan tatapan Yibo itu.

Zhan berjalan lebih dulu meninggalkan Yibo di belakang yang tengah tersenyum mencurigakan.

"Aku pasti bisa mendapatkanmu, Ge!" Suara pelan Yibo saat Zhan mulai melangkah menjauh.

Bersambung

Chasing His FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang