Pagi-pagi sekali Yibo sudah bangun. Tidak seperti hari-hari biasanya yang harus ada keributan dulu di depan pintu kamarnya.
Pelayan yang bertugas membangunkan dan mempersiapkan kebutuhan Yibo untuk ke sekolah terkejut karena mendapati sang majikan telah rapi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Biasa dengan hidup sendiri dan bebas membuat hidup Yibo tidak teratur. Di usianya yang masih 16 tahun ini dia tidak terlihat seperti seorang remaja lainnya. Meski wajahnya terlihat manis dan polos, tapi, sebenarnya pengalaman Yibo telah melebihi orang dewasa pada umumnya.
Semua berawal dari pergaulan Yibo dengan sepupunya, Jacson Wang yang selisih 2 tahun lebih tua dari Yibo. Mereka sangat akrab sampai-sampai Jacson selalu mengajak Yibo ke mana pun dia dan teman-teman brandalnya nongkrong, melupakan batas usia ilegal Yibo saat ini, mulai dari cafe sampai diskotek, semua mereka sambangi. Hampir setiap hari dia pulang di atas jam 3 pagi. Hal itu membuat Yibo menjadi terbiasa dan akhirnya menjadi pola hidupnya. Itulah salah satu alasan kenapa Yibo begitu susah jika harus bangun pagi.
Akhir-akhir ini bahkan kegiatan mereka jadi lebih parah, sekarang mereka mencoba hal yang baru, yaitu, mendatangi club khusus gay. Tidak tahu apa yang dipikirkan mereka, sesuatu yang awalnya terasa menjijikan bagi mereka sekarang menjadi hal yang biasa. Meski begitu, tidak dengan Yibo yang mempunyai banyak pacar wanita. Dia menganggap itu hanya lelucon belaka.
Apa menariknya bercumbu dengan seseorang yang jelas-jelas memiliki benda yang sama dibalik celananya?
Yibo selalu menepis hal yang mulai merasuki otaknya, mungkin karena keseringan melihat berbagai adegan di club, sekarang sepertinya Yibo sudah mulai terbiasa, walau dia tidak akan pernah coba lebih jauh. Lain hal dengan sepupu dan teman-temanya yang sekarang sudah mulai berani terjun ke lantai disko untuk sekadar berjoget dan mengerayangi tubuh para lelaki manis itu.
.
.
.Pagi hari bersinar cerah.
Membelah kepadatan jalan raya di pagi hari, motor butut yang Zhan kendarai dia paksa berjalan ngebut, membuatnya terlihat sangat menyedihkan, berkali-kali si motor terbatuk tanpa harus menghentikan jalannya. Semua terpaksa dilakukan karena Zhan dan sang adik sepertinya akan terlambat ke sekolah. Semua itu gara-gara Kai yang bangun lebih awal tapi dia tertidur lagi.
Di saat Zhan sudah selesai siap berangkat sekolah, dia dapati Kai yang tidur di bangku kamarnya dengan handuk yang masih melilit di pinggang.
"Xu Kaiii ... bagaimana bisa kau tertidur di saat seperti ini??" Zhan berteriak, jengkel dengan ulah adiknya.
Kai yang terkejut dengan teriakan kakaknya pun langsung bergegas memakai baju secepat mungkin.
Semua ini gara-gara temannya yang memberikannya DVD baru. Jadi dia menonton semalaman dengan berakhir lemas dan kelelahan karena bersolo.
Di lain tempat, di depan pintu parkiran sekolah, tampak lelaki tampan yang sudah lebih dari 30 menit berjalan bolak-balik dari satu sisi gerbang ke sisi gerbang lainnya. Dia sengaja berangkat lebih awal dengan alasan bisa melihat lebih lama lelaki manis yang membuat harinya bersemangat. Namun harus berakhir gelisah seperti ini. Sepertinya dia tidak menyadari jika mengalami cinta pada pandangan pertama, walau di dalam hati dan pikirannya belum mengakui itu.
"Ge, aku turun di sini saja, aku akan berlari ke kelasku," ujar Kai sambil berlari.
"Ah ... kau curang sekali, kau yang menyebabkan aku telat dan kau ingin selamat sendiri." Belum selesai kakaknya berbicara, Kai sudah menghilang dari pandangan.
"Dasar anak itu." Zhan hanya bisa menarik napas dalam-dalam
"Selamat pagi Zhan Ge," sapa seorang yang entah sejak kapan sudah berada di samping Zhan.
"Ah! temannya Kai."
"Yibo, Ge, namaku Wang Yibo." Yibo terlihat sedikit merenggut.
Zhan yang melihat itu malah tertawa garing. "Iya, namamu Yibo kan, temannya Kai," jawab Zhan sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
Jangan paksa Zhan untuk mengingat hal-hal yang tidak penting! Hal penting saja dia sering lupa, dia tidak bodoh seperti yang selalu adiknya katakan, tapi dia hanya sedikit tidak peka.
"Kau melupakanku, Ge?"
"A-ah, ti-tidak." Respon Zhan sangatlah luar biasa. Dia gugup setengah mati.
"Lalu, kena---" ucapan Yibo terpotong oleh Zhan.
"Kenapa kau masih di sini? Kai sudah berlari ke kelas, katanya jam paginya adalah guru yang sangat galak?" Zhan sedang mencoba mengalihkan topik.
"Ah ...!"
"Apa kau terlambat bangun juga seperti Kai? Aku harus berteriak untuk membangunkannya tadi," curhat Zhan yang menambah telat Yibo. Tapi, buat Yibo hal itu tidak menjadi masalah, karena memang tujuan dia datang ke sekolah. Untuk mengobrol dengan lelaki tersebut.
"Ah ... aku banyak bicara, sudah sana ke kelasmu Yibo! aku juga harus ke kelas." Tangan Zhan menyentuh pelan lengan atas Yibo sebagai isyarat berpisah. Lelaki yang merasakan sentuhan di lengan atasnya pun merasakan getaran yang sangat aneh, dan dia hanya berdiri mematung memperhatikan dari belakang tubuh tinggi itu berjalan dan menghilang. Tanpa disadari, senyum licik di atas bibir tipis lelaki tampan itu terkembang.
.
.
."Sepertinya anak baru itu tidak masuk? tamatlah riwayatnya jika dia terlambat," gerutu Kai sendiri, karena guru fisikanya yang merangkap sebagai guru BP itu, terkenal sangat galak, dan tidak pernah memberi ampun untuk siswanya yang telat atau melanggar aturan.
"Selamat pagi, semua buka buku halaman 13, kita lanjutkan tentang pelajaran minggu lalu!!!" Tiba-tiba suara ibu galak itu mengagetkan Kai.
Guru galak itu pun mulai menerangkan di papan tulis, hingga akhirnya terdengar suara seseorang mengetuk pintu dan berjalan memasuki kelas dengan langkah pelan tetapi pasti.
"Maaf Bu, saya terlambat." Suara pelan lelaki tampan itu saat sudah mendekat di depan papan tulis. Keadaan terasa lebih mencekam, seperti menunggu detik-detik eksekusi. Sang guru masih melanjutkan menulis dan menerangkan, tanpa menoleh sedikitpun ke arah sumber suara. murid-murid yang menyaksikan itu merasa sangat kasian kepada Yibo yang diabaikan. Beberapa mulai berdialog memberikan komentar walau dengan suara yang sangat pelan.
"Jika aku jadi dia, aku akan segera keluar dan menunggu jam berikutnya, dibandingkan harus berdiri di depan kelas menunggu nenek lampir itu mempedulikanya,"
"Iya, benar, aku juga akan melakukan itu, tapi dia kan anak baru pasti dia tidak tahu dan bingung."
"Aku akan mengajarinya nanti, aku akan berteman dengannya." suara bising di sekitar Kai.
"Kenapa semua orang jadi peduli terhadap anak itu? minggu kemarin aku telat dan harus memungut daun di lapangan mereka malah menertawakan, tidak ada yang perduli dan kasian kepadaku."
Lalu setelah hampir 5 menit guru itu akhirnya membalikan tubuhnya menghadap Yibo yang sejak tadi berdiri diam tidak bergerak menunggu jawaban gurunya itu.
"Kamu tahu kan konsekuensi jika telat dipelajaran saya?" tanya guru tersebut agak sedikit aneh karena baru melihat lelaki tampan itu.
"Tidak tahu."
"Kamu murid pindahan itu?" tanyanya menyelidik.
"Iya," jawab Yibo singkat.
Anak-anak yang mendengar tercengang dengan jawaban Yibo yang terkesan menantang.
"Duduklah! hari ini aku maafkan karena ini hari pertama kita bertemu." Yibo pun berjalan menuju tempat duduknya sambil semua mata tertuju pada dia.
"Bagaimana bisa, semua murid yang telat mau itu anak baru atau apa, pasti dihukum. Kenapa dia tidak?" celotehan mereka mulai ramai.
Namun Kai mulai menyadari sesuatu. Benar dugaannya, jika Yibo bukanlah orang sembarangan, dari situlah semua murid menyadari jika Yibo kebal hukum di sekolah ini, dan bebas melakukan apa saja. Padahal itu hanya kebetulan semata, sang guru killer dalam keadaan mood yang baik.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing His Feeling
FanfictionBerbagai cara Yibo lakukan untuk mendapatkan hati Xiao Zhan. Kakak kelas sekaligus kakak kandung dari sahabatnya, Xu Kai. Menjebak Zhan dalam perasaan bersalah dan memaksanya untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang dia sendiri tidak menyadarin...