5. Persahabatan

136 29 8
                                    

Waktu benar-benar cepat berlalu, tidak terasa waktu kelulusan kelas tiga tinggal menunggu waktu, itu artinya Yibo harus berpisah dengan Zhan Ge pujaan hatinya sekaligus kakak kelasnya yang harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Seorang lelaki tampan berjalan mondar-mandir tidak karuan di dalam kamar. Hatinya galau memikirkan tujuan dirinya pergi ke sekolah tidak ada lagi.

Sebenarnya ini rekor buat seorang Yibo yang begitu setia mengikuti alur ke mana cerita tentang kekagumannya akan sosok kakak seniornya berlabuh.

Dia benar-benar tidak pernah memaksakan kehendaknya seperti yang biasa dia lakukan, untuk Zhan Ge, Yibo benar-benar menjadi sosok yang sabar dan baik. Namun, mengetahui kebersamaan dirinya tinggal beberapa bulan lagi di sekolah ini, dia menjadi panik.

Pikiran jahat mulai menjalar di otaknya, bagaimanapun caranya dia harus dia harus membuat Zhan bersamanya.

"Apa kubuat Zhan Ge tidak lulus sekolah saja, ya? Biar dia tetap di sekolah ini." Pikiran picik Yibo yang tiba-tiba menjadi solusi untuk menahan Zhan agar tetap berada di sampingnya.

"Kau memang sangat cerdik Yibo!" Senyum itu terkembang menuji dirinya sendiri.

Di lain tempat Zhan sedang sibuk mencari-cari universitas baru yang akan dia masuki, memang pengumuman kelulusan masih beberapa bulan  lagi tapi Zhan yakin, dirinya juga tidak bodoh-bodoh banget sampai tidak lulus sekolah menengah atas.

"Jingyu! Aku sudah menggambil brosur XXX University, di sana lengkap semua jurusan ada, aku akan mengambil jurusan seni, apa kamu ingin ke universitas yang sama denganku?" ajak Zhan kepada sahabatnya itu.

"Isikan saja formulirnya untukku, aku ikut denganmu saja," jawab Jingyu santai.

"Benarkah? Aku senang sekali, hari ini aku akan mengembalikan formulirnya!" seru Zhan sangat gembira.

"Hah! Cepat sekali?" Jingyu agak kaget.

Zhan tersenyum, sambil mengangkat dua lembar formulir pendaftarannya dan milik Jingyu. Tanpa Jingyu suruh juga Zhan sudah mendaftarkan mereka berdua ke universitas  dengan jurusan yang sama.

Jingyu adalah teman Zhan sejak sekolah dasar dulu, dia adalah anak yang sangat pendiam namun akan bawel saat dengan Zhan, pertemanan mereka berawal dari saat siang di sekolah.

Seorang anak kecil sedang menagis di bawah pohon, tubuhnya yang kurus dan kulitnya yang putih itu sama sekali tidak pantas berada di lapangan berdebu itu, Jingyu hanya memperhatikan anak itu. Hingga akhirnya dia pun berjalan mendekat, dan duduk di sampingnya, mereka adalah teman sekelas, tapi tidak sekalipun mereka pernah saling berbicara, karena memang Jingyu tidak suka banyak bicara.

"Kenapa kamu menangis?" tanya Jingyu kecil tanpa melihat ke arah anak manis itu, dia hanya memandang lurus anak-anak yang sedang bermain bola basket dengan riangnya.

Anak itu adalah Zhan yang berusia 7 tahun, tubuhnya tidak kecil dia tinggi tapi masih kalah tinggi jika di bandingkan dengan Jingyu, hanya saja wajahnya begitu manis dan tubuhnya begitu ramping dan kecil membuatnya terlihat lebih pantas menjadi gadis kecil dibandingkan bocah laki-laki.

"Aku tidak boleh bermain oleh teman-temanku," jawab Zhan dengan ari mata dan cairan di hidungnya keluar membuat wajahnya benar-benar terlihat sangat konyol.

"Iyuh! Kau jorok sekali. Usap dulu air matamu dan bersihkan ingusmu itu." Jingyu menunjuk ke arah bawah hidung Zhan.

Dengan santainya di tarik bagian bawah bajunya yang akan dia gunakan untuk mengelap ingus.

"Eh ... tunggu! Gunakan ini!" Jingyu merogoh sakunya dan mengeluarkan sapu tangan, tepat sebelum baju seragam sekolah Zhan menjadi  kotor.

"Terima kasih Jingyu," jawab Zhan yang sudah mulai tenang. Sambil langsung dia bersihkan wajahnya dengan sapu tangan itu.

"Besok aku akan mencucinya dan akan kukembalikan kepadamu." Zhan mengelap ingusnya kembali dengan sapu tangan tersebut.

"Tidak perlu buat kamu saja!" sergah Jingyu agak sedikit jijik. "Jadi apa alasan teman-temanmu tidak memperbolehkan kamu bermain bola basket?" tanya Jingyu menyelidik

"Kata mereka aku tidak pantas bermain bola. Aku lebih baik bermain boneka barbie dengan teman wanitaku saja," jawab Zhan jujur yang membuat Jingyu tersenyum. Sepertinya teman-teman Zhan tidak salah.

Lihatlah wajah ini! Dia sangatlah girly. Zhan cantik dan manis dengan alami.

"Aih! Kenapa Jingyu tersenyum begitu? Apa kau menertawakanku?" Zhan protes saat tidak sengaja menoleh ke arah Jingyu. Tiba-tiba Zhan kecil cemberut kembali bahkan hampir menangis lagi.

"Maaf Zhan, bukan aku menertawakanmu, aku tertawa karena temanmu sangat bodoh, kenapa mereka tidak bisa membedakanmu dengan seorang gadis kecil?" jawab Jingyu beralasan.

Zhan mengangkat wajahnya kemudian dia manggut-manggut setuju. "Aku juga berpikir seperti itu, lihatlah! Kakiku panjang, aku bisa berlari dengan cepat." sambil menggangkat celana olahraganya, memperlihatkan kaki putih dan kecil itu yang tidak lebih dari seukuran bambu.

Tawa Jingyu tidak bisa ditahan lagi, setelah melihat kaki temannya itu yang lebih cocok menjadi iklan hand & body lotion.

Saat ini kesabaran Zhan sudah habis. Memang dia tidak peka, tapi dengan melihat tawa lepas Jingyu dia mengerti bahwa pasti Jingyu tengah meremehkannya juga seperti teman-temannya. Lalu Zhan berdiri dan menuju ke tengah lapangan, mengacaukan pertandingan yang sedang berlangsung.

"Zhan apa yang kamu lakukan?" tanya temannya yang kaget saat tiba-tiba bola direbut oleh Zhan dari tangan temanya itu, Zhan berlari sambil membawa bola dengan teknik yang sangat indah dia mengecoh beberapa temannya yang berjaga di belakang, dengan beberapa sentuhan, bola pun melesat memasuki ring dengan nilai tiga poin.

Semua mata tertuju pada Zhan tak terkecuali Jingyu yang berdiri di luar lapangan terlihat kaget, tak menyangka jika Zhan bisa bermain basket.

"Wah ... kau hebat sekali Zhan!!" seru beberapa temanya yang tadi melarang Zhan untuk bermain mulai mendekati dan memeluk Zhan.

"Kau masuk kelompok aku saja, ya?" pinta temanya yang lain.

"Tidak bisa! dia masuk ke team aku saja!" Mereka mulai berdebat memperebutkan Zhan, senyum manis yang menampilkan gigi kelinci itu pun mengembang lebar.

Zhan menoleh ke arah Jingyu dan mengacungkan jempolnya, memberi kode jika dirinya bisa bermain bola.

Jingyu hanya tersenyum dan berkata lirih.

"Anak ini, apa harus ditekan dulu baru mempunyai keberanian untuk menunjukan kemampuannya?"

Jingyu tersenyum mengingat kembali masa dia awal bertemu dengan bocah manis itu.

Berawal dari itulah hubungan Jingyu  dan Zhan semakin dekat, Jingyu yang pendiam sekarang menjelma sebagai Jingyu yang terbuka dan bawel, sedangkan Zhan yang pemalu dan cengeng jadi lebih ceria.

Sekarang, setiap minggu mereka akan sama-sama bermain, walau tak lagi seaktif dulu karena Zhan mengalami cidera yang cukup serius, mereka tetap kompak menghabiskan waktu libur bersama-sama. Sekedar nonton, makan ataupun berkunjung ke pameran seni. Buat Jingyu, Tidak ada hal yang lebih menyenangkan dari melihat senyum manis Zhan itu.

TBC ....

Chasing His FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang