bab 13. Pernikahan

875 68 9
                                    

Hari ini adalah hari dimana Matthew resmi menjadi istri dari Jiwoong,  atau Lord Javern yang merupakan Raja dunia bawah. 

Setelah Hades tentunya.

Dan disinilah Matthew berada,  di sebuah altar dengan warna tembok yang hitam.

Memangnya apa yang mau kalian fikirkan mengenai tempat pernikahan para bangsa yang tinggal di dunia bawah.

Tak ada yang menyukai warna putih disini.

Kecuali Matthew,  ia diberikan kebebasan untuk menggunakan pakaian yang memang milik dari Tenlee. Tenlee dan kedua anaknya yang menjadi saksi pernikahan antara Matthew dengan sang penguasa dunia bawah.

Kini Matthew berdiri menatap ke arah kaca,  dimana wilayah kegelapan hanya tertutupi oleh awan mendung yang tak kunjung menghilang.  Tak memberikan sinar mentari menyinari wilayah mereka.

Oleh sebab itu,  kulit dari mereka kebanyakan dominan putih pucat.  Akibat tak terkena sinar mentari walaupun mereka berada di luar rumah atau tempat tinggal mereka.

Namun bukan berarti mereka takut dengan sinar mentari,  mereka tak takut sama sekali.  Mereka bukan bangsa dari Clan Vampire si manusia penghisap darah murni. 

Mereka iblis, sosok yang memiliki kekuatan setara bak dewa namun memilih untuk bekerja di dunia bawah.  Tempat para makhluk durhaka nan jahat dihukum karena kesalahan mereka semasa mereka hidup.

Ceklek.

Lamunan Matthew buyar, ketika suara dari pintu itu terbuka.  Menampakkan Kak Ten dengan balutan kemeja abu - abunya yang terlihat sangat pas di tubuh kecilnya.

" Matthew?  Apa sudah selesai?  Ayo keluar sudah saatnya.  " ucap Tenlee

Matthew tersenyum tipis dan mengangguk,  ia berdiri dan menghela nafasnya pelan.  Mengusir kegugupannya yang seketika mendera.  Padahal beberapa menit yang lalu ia baik - baik saja.

Matthew pun bangkit lalu berjalan pelan ke arah Tenlee yang menunggunya diambang pintu. Dengan segera Matthew amit lengan sang istri dan pamannya itu. 

Tenlee terkekeh kecil, Matthew sangat gugup agaknya. Terlihat dari deru nafas gusarnya juga tangannya yang gemetar serta terasa dingin.

Tenlee memegang tangan Matthew lalu mengelusnya pelan,

"Jangan khawatir,  jangan merasa takut juga.  Jangan gugup hum?  Matthew harus bahagia hari ini " ucap Tenlee pada Matthew.

Sedangkan Matthew hanya menganggukkan kepalanya sekilas. Menghirup nafas nya secara perlahan - lahan,  berusaha menetralkan detak jantungnya yang bertalu - talu keras sejak tadi.

Beberapa detik kemudian ia mengangguk,

" Bagaimana?  " tanya Tenlee

Matthew menganggukkan kepalanya secara perlahan,  Tenlee tersenyum lalu menggandeng tangan sang keponakan nya dan menggiringnya ke arah altar tempat dimana sosok Jiwoong menanti kedatangan keduanya tiba.

Kini Matthew dan Tenlee tiba di altar,  dan saat ini keduanya berhadapan dengan Jiwoong yang juga sedang menatap ke arah Matthew dengan pandangan memujanya.

" Tuan,  Aku menyerahkan keponakanku yang aku jaga bersama suamiku sejak ia kecil semata - mata bukan untuk dihancurkan.  Aku menjaga nya,  merawatnya,  itu karena ia adalah seseorang yang layak untuk hidup.  Terlepas dari pelanggaran janji yang kedua orang tuanya lakukan padamu.  Aku sangat menyayangi nya,  seperti aku menyayangi kedua anak ku sendiri.  Jangan buat ia sakit hati.  Sejak kecil,  ia hanya bahagia sementara bersama kedua orang tuanya.  Kini,  setelah aku melepaskannya pada mu.  Jaga lah ia sepenuh jiwa dan hatimu.  "

" Bahagiakan ia. Jika ia salah maka kau berhak menegurnya.  Namun jangan membuatnya merasa kecewa dan sakit hati karena tutur cara mu memberitahu.  " lanjut Tenlee

Matthew menggigit bibir bawahnya menahan air mata serta isakan kecilnya yang bersiap tumpah. Mendengar apa yang Tenlee ucapkan,  Matthew sudah tak mampu lagi untuk mendengarnya.

Tenlee mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar,  kemudian menggiring Matthew pada Jiwoong yang sejak tadi fokus mendengarkan ucapan dari  Tenlee.

" Tentu, aku akan menjaganya.  Menjadikannya seorang ratu.  Permata yang akan selalu aku jaga.  " ucap Jiwoong mantap. 

Sedangkan Tenlee tersenyum dan mengangguk.  Ia menatap ke arah Matthew yang saat ini juga menatapnya dengan pandangan yang berkaca - kaca.

" Tetap bahagia terus hum?  " ucap Tenlee yang langsung saja diangguki oleh Matthew.

Kemudian Tenlee pun undur diri untuk ke arah dimana ia menyaksikan acara sakral ini.

Sang penatua tersenyum. 

" Lord Javern.  Apakah kau akan mencintai Seok Matthew sepenuh hatimu? Mencintai dalam keadaan apapun dan dalam situasi apapun.  Kau menerimanya sepenuh hatimu?  "

" Ya, saya akan mencintainya selalu.  " ucap Jiwoong mantap.

Kini sang penatua beralih ke arah Matthew yang nampak gugup.

" Seok Matthew. Apakah kau akan mencintai Lord Javern sepenuh hatimu? Mencintai dalam keadaan apapun dan dalam situasi apapun.  Kau menerimanya sepenuh hatimu?  "

Matthew mengambil nafasnya secara perlahan,  berusaha mengendalikan detak jantungnya yang bertalu - talu tak bisa tenang sejak tadi. 

" Eum.. Saya..  Berjanji akan mencintainya.  " ucap Matthew pelan.

Sang penatua itu tersenyum lalu memberikan kotak berbulu yang di dalamnya terisi oleh dua buah cincin biasa namun dengan ukiran rumit dan batu mulia berwarna perpaduan merah darah dan biru safir yang bersinar terang. 

Jiwoong pun mengambilnya,  lalu mendekatkan diri pada Matthew dan mengambil tangan si manis lalu memasukkan cincin tersebut pada jari manis dari Matthew.

Kemudian kini giliran Matthew yang memasangkan cincin tersebut pada jari manis dari Jiwoong.

Setelah selesai,  sang penatua pun menitahkan keduanya untuk mendekat pada cawan emas dan dua bilah pisau kecil. 

" Iris ibu jari tangan kanan kalian sebanyak 1 kali saja.  Lalu letakkan darah kalian pada cawan emas.  " ucap sang penatua.

Dengan segera Jiwoong mengiris kecil ibu jarinya dan meneteskan darahnya yang berwarna hitam itu pada cawan emas.

Berbeda dengan Matthew,  ia ketakutan karena tak pernah melakukannya.  Jiwoong pun mendekat dan memeluk si manis , tak lupa memberikan kata - kata penenang.  Lalu mengiris kecil ibu jaris Matthew membuat si manis mengeluarkan air mata karena tak pernah merasakan ini sebelumnya.

" Hiks..  Sakit.. " lirih Matthew.

" Maafkan aku.  "

Kemudian sang penatua itu membaca kata - kata aneh dan darah yang ada di cawan emas itu kini berubah menjadi trisula dan kalung berwarna biru safir.

" Selamat Lord,  anda dan Tuan muda kini telah sah menjadi suami istri dan juga selamat pada Tuan Muda.  Anda kini telah resmi menjadi Lady Javern. " ucap Penatua itu.

Beserta sorakan bahagia yang berasal dari para saksi pernikahan Lord mereka,  juga Tenlee yang mengusap air mata harunya. 

tbc
• hai?
• edisi ngebut buat update
• padahal lagi sakit.
• kalo ada typo mohon tandai :(
• vote nya mana?  ∑( ̄□ ̄;)

[2] SEŃOR DIABLO [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang